10 November 2024
Vivianne Studler
TIDAK ADA YANG SEMPURNA
Baru saja Perki Swiss Tuhan ijinkan merayakan 10 tahun pelayanannya, tepatnya perayaan tersenut kami adakan pada tanggal 26 Oktober 2024 yang lalu.
Sejak didirikan pada tahun 1975 dan berlangsung hingga tahun 1977, kemudian lama «mati suri» alias non aktif, maka pada tahun 2014 mulai diaktifkan kembali.
Karena itu, tahun 2024 ini Perki Swiss memperingati 10 tahun pelayanannya sejak diaktifkan kembali.
Puji Tuhan, selama 10 tahun Perki Swiss mengarungi samudera pelayanannya dengan melewati banyak gunung dan lembah, ketinggian dan kerendahan, kenyamanan dan kegelisahan, sukacita dan air mata … Perki Swiss boleh merasakan seperti apa yang tertulis dalam Kitab Mazmur 34, 9: Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu!
Memang usia kita baru 10 tahun, kalau anak sekolah ibaratnya kita ini masih kecil, masih SD, masih belum dewasa. Tetapi dalam Kristus, kedewasaan itu tidak diukur dari segi usia, tetapi kedewasaan rohani merupakan proses seumur hidup.
Inilah yang perlu kita lakukan dan capai hari demi hari .... karena pertumbuhan iman/rohani bukanlah pilihan, melainkan suatu keharusan.
Begitu pula dengan Perki Swiss, tidak ada satu gereja atau organisasi satupun di dunia ini yang sempurna, karena suatu gereja atau organisasi atau komunitas terdiri dari bermacam-macam orang yang tidak sempurna di dalamnya namun ditopang oleh kesempuranaan kasih karunia Tuhan. Karena itulah tidak ada satupun yang sempurna, Perki Swiss pun tidak.
Jadi janganlah kita bergantung atau bersandar kepada orang-orang didalamnya, tetapi bergantunglah kepada Tuhan yang merupakan sumber kesempurnaan itu sendiri.
Jangan heran jika di dalam pelayanan kita menemukan yang aneh-aneh, karena orang yang «pelayanan” itu belum tentu semuanya mengasihi Tuhan!
Tetapi orang yang mengasihi Tuhan tidak akan tahan untuk tidak melayani Tuhan!
Orang yang telah dewasa secara Rohani memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri termasuk mengelola emosi dan kata-kata dengan bijaksana. Mereka tidak lagi dikuasai oleh dorongan duniawi tetapi hidup dalam pimpinan Roh Kudus dan bertujuan untuk menyenangkan hati Tuhan.
Karena itu kita harus selalu ingat bahwa yang menopang kita, yang memampukan kita adalah kasih karunia Tuhan, bukan kehebatan dan kekuatan kita karena kita tidak sempurna. Karena itu janganlah kita memandang saudara-saudara kita berdasarkan prestasi maupun kegagalan mereka, karena kita pun tidak sempurna.
Karena itu jika di dalam komunitas dan pelayanan kita di Perki Swiss ini kita dipertemukan dengan orang-orang yang membuat kita jengkel, kesal, bad mood … mengucap syukurlah teman-teman, karena orang-orang ini adalah sarana yang dipakai Tuhan untuk menyempurnakan kita.
Jangan pernah lelah untuk mengingatkan diri kita sendiri, bahwa hadiah dari Tuhan seringkali bukan lah hasil dari apa yang kita perjuangkan, tetapi proses yang kita rasakan. Bagaiman kita bersabar, belajar, jatuh, bangkit, bertahan hingga tiba di garis akhir.
Karena itu saya ingin mengajak teman-teman sekalian, bukan hanya pengurus Perki Swiss, tetapi setiap dari kita untuk tetap setia dalam melayani Tuhan sekalipun kita tidak sempurna.
Melayani Tuhan akan terasa berat dan melelahkan, jika:
-
Kita merasa harus sempurna
-
Kita terus mendengarkan apa kata orang dan bukan kata Tuhan
-
Kita selalu mengejar pengakuan dan pujian dari orang lain
-
Kita mulai memakai perhitungan untung atau rugi
Tidak ada beban yang terlalu berat saat kita melayani Tuhan dengan sunggguh-sungguh. Karena beban yang ada di pundak kita adalah beban yang benar. Pada saat inilah kita akan dapat merasakan ketika pelayanan menjadi kekuatan dan bukan kelelahan.
Karena itu secara rohani kita harus sering “check up” supaya tidak tiba-tiba “check out” karena merasakan bahwa pelayanan kita menjadi beban dan bukan sukacita lagi bagi kita. Terus introspeksi diri dan minta Tuhan untuk selalu menyelidiki hati kita, karena sebagai manusia yang tidak sempurna hati kita ini bisa berubah.
Memulai sesuatu, apalagi dengan Tuhan itu mudah bahkan sangat mudah … tetapi menyelesaikannya dengan baik itulah tantangan kita.
Jangan kita menjadi cepat puas dan terlena dengan apa yang sudah kita capai atau kita miliki, melainkan kita harus terus menggali potensi, terus berkarya dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi dan mampu memberikan yang terbaik untuk Tuhan.
Pelan tiu bukan berarti buruk atau tidak mampu dan cepat itu bukan berarti hebat, karena setiap hal adalah suatu proses dan hidup serta melayani Tuhan itu berproses bersama Tuhan. Karena Tuhan yang akan memampukan dan menguatkan kita dalam setiap proses untuk mencapai kesempurnaan.
Kiranya Tuhan selalu memberkati pelayanan Perki Swiss yang tidak sempurna ini untuk terus menjadi berkat, disempurnakan karena kasih karunia dan tetap setia dalam melayani!
27 Oktober 2024
Lusi Niesel
Dalam Perjalanan Memahami Rencana Tuhan dan Memegang JanjiNYA
Yesaya 46: 4
Sampai masa tuamu Aku tetap Dia, dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.
Shalom teman-teman Perki yang diberkati Tuhan.
Dikesempatan kali ini, ijinkan saya disela-sela sharing Firman Tuhan ini untuk sedikit bersaksi.
Hampir dua puluh tahun saya meninggalkan Indonesia. Dan pasti banyak teman-teman disini yang jauh lebih lama meninggalkan Indonesia dibandingkan dengan saya.
Meninggalkan orang-orang tercinta di tanah kelahiran dan memulai hidup baru tanpa adanya sanak saudara di dekat kita tidaklah mudah. Setidaknya itu yang saya rasakan. Dan saya meyakini bahwa ini adalah salah satu proses kehidupan yang harus saya jalani.
Mungkin anak-anak yang paham teknologi akan berkata: «Ah tante lebay sekali sih… kan sekarang bisa Video Call. Kalau kangen keluarga dan teman-teman di Indonesia ya tinggal Video Call saja… beres kan!»
Harus kita ingat bahwa teknologi internet dua puluh tahun yang lalu belum secanggih saat ini. Memang saat itu sudah ada teknologi «Video Call», tetapi kualitasnya saat itu pasti tidak sebagus sekarang, dan harganya pun saat itu masih cukup mahal.
Setiap kita yang harus membuat keputusan dalam hidup pastilah tahu resiko-resiko apa yang harus kita hadapi nanti. Salah satu resiko yang saya sadar betul ketika saya memutuskan untuk memasuki kehidupan baru di Eropa adalah: Ketika Tuhan memanggil keluarga terdekat saya untuk kembali pulang ke rumah Bapa di surga, saya tidak ada di dekat mereka. Dan hal ini sudah dua kali saya alami, yaitu ketika Tuhan memanggil Papa dan kakak saya.
Saya masih mengingat betul hari dimana saya mendapatkan kabar dari Indonesia tentang kakak saya yang harus dirawat di Rumah Sakit. Hari itu tepat dua hari setelah istrinya berulang tahun. Ketika itu, bulan Januari tahun 2021, pemerintah Indonesia memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) karena pandemie Corona. Salah satu imbasnya adalah: Jika ada keluarga yang sakit dan diopname di Rumah Sakit, maka hanya boleh ada satu orang saja yang menjaga. Kakak ipar saya dengan sabar dan tabah menjaga kakak saya walau dia sendiri punya penyakit jantung.
Hari ketiga di Rumah Sakit, kakak saya harus dipindah ke ICCU. Karena penyakit diabetes yang dia derita sejak masa mudanya, kakak saya akhirnya mengalami komplikasi. Hampir semua organ tubuhnya terkena imbas penyakit diabetis yang puluhan tahun dia derita.
Beberapa hari sebelum Tuhan memanggilnya kembali pulang ke rumah Bapa di surga, istrinya sempat mengungkapkan kekhawatirannya.
«Jika Papa meninggalkan aku dan anak-anak, bagaimana dengan kelanjutan hidup anak-anak nanti? Anak-anak kita memang sudah dewasa, tapi mereka masih butuh papanya» kata kakak ipar saya.
«Kamu tidak perlu khawatir. Tuhan akan mempersiapkan semuanya. Tuhan akan menjaga anak-anak kita dan menggandeng tangan mereka dalam menjalani hidup.» jawab kakak saya.
Saudara-saudara seiman, jawaban kakak saya ini terdengar klise sekali. Jawaban yang mungkin saat itu tidak ingin kakak ipar saya dengar. Bukan kalimat itu yang dia harapkan. Saat itu ia hanya ingin suaminya kembali pulih dan menjalankan kehidupan dengan keluarga seperti sedia kala. Tetapi Tuhan punya rencana yang lain. Itu adalah percakapan mereka terakhir.
Hari berganti hari, waktu berlalu dengan cepatnya. Lebih dari tiga tahun kakak saya meninggalkan kami. Dalam tiga tahun terakhir ini banyak sekali perubahan positif yang terjadi dalam keluarga kami. Apa yang kakak saya katakan dan yakini, Tuhan genapi, yaitu bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan anak-anakNya berjalan sendiri. IA tetap menggandeng tangan kita dan bahkan menggendong kita disaat kita jatuh.
Seperti yang tertulis di Yesaya, bahwa sampai masa tua kita AKU (Tuhan) tetap DIA. Artinya Tuhan tidak akan berubah sampai kapanpun:
-
IA tetap Tuhan yang punya kuasa atas seluruh umatNya.
-
IA tetap Tuhan yang memegang kendali
-
IA tetap Bapa yang mengasihi anak-anakNya
-
IA tetap turut menanggung beban kehidupan kita, memikul dan menyelamatkan kita setiap kali kita jatuh.
Sebagai manusia biasa, kita pasti sering mengalami masa-masa dimana kita “Jatuh”. Kita tidak bisa lagi memahami dan menyelami rencana Tuhan. Disaat itu, tak jarang kita bertanya-tanya:
-
«Tuhan, dimana Engkau?»
-
«Kenapa Kau biarkan aku mengalami cobaan ini, Tuhan?»
-
«Kenapa Kau biarkan aku berjalan sendiri di masa-masa sulit ini?
-
Dan masih banyak ratapan dan keluhan lain yang kita lontarkan.
Tetapi apa jadinya jika ratapan dan keluhan yang muncul dari hati dan mulut kita berubah menjadi kalimat bijak: “Tuhan, beri aku kekuatan untuk menghadapi masa-masa sulit ini.”
Saudara-saudari seiman,
Janji Tuhan selalu IA genapi, dan saya meyakini itu. Seperti yang keluarga kami alami, saya bisa mengatakan bahwa IA tidak pernah meninggalkan kami. Mungkin lawatan dan penyertaan Tuhan tidak seketika itu kita rasakan. IA membiarkan dan bahkan mengijinkan kita untuk berproses. Berproses dalam kehidupan, dan berproses dalam Iman. Ketika kita berjalan di pasir bersama seseorang, kita akan melihat dua pasang jejak kaki. Sama halnya ketika kita berjalan bersama Tuhan, kita pun akan melihat dua pasang jejak kaki dalam kehidupan. Itulah jejak kaki Tuhan dan jejak kaki kita. Disaat kita di”proses” oleh Tuhan, ada kalanya kita hanya melihat satu pasang jejak kaki. Apakah itu artinya jejak kaki kita sendiri yang terlihat? Apakah Tuhan membiarkan kita berjalan sendiri di masa-masa tersulit hidup kita? Saudaraku, marilah kita ingat kembali janji Tuhan seperti yang tertulis di Yesaya 46 ayat 4. Yakinlah, bahwa di masa-masa sulit kita, ketika kita hanya melihat satu pasang jejak kaki, itulah jejak kaki Tuhan yang sedang menggendong kita.
Karena janji Tuhan: sampai masa tua kita dan sampai masa putih rambut kita, IA menggendong kita.
Kiranya kita selalu diingatkan bahwa rencana Tuhan itu tak pernah salah, dan IA tak akan pernah meninggalkan kita.
AMIN
13 Oktober 2024
Romo Roy Jelahu
Mengapa Berdoa?
(Matius 6: 9-15)
Jesus mengajarkan para-Murid-nya berdoa. Melalui Doa Bapa Kami Jesus mengartikan Doa bukan saja sebagai Syukur kepada Allah, tetapi juga Penegasan terhadap relasi dengan diri dan orang lain. Formulasi Syukur atas kasih Allah ini, jika dibandingkan dengan formulasi doa dalam Mazmur Daud, sungguh agak khas. Penamaan Allah sebagai Abba, Bapa, menyatakan pengenalan Jesus secara pribadi tentang Allah. Selain itu, penempatan Allah pada posisi awal dalam doa Bapa kami, menurut saya bukan tanpa sebab. Allah adalah sebagai sumber kehidupan dan kebaikan, akan memberikan berkat kepada ciptaan-Nya. Kehendak-Nya selalu baik. Iman ini mengikat. Bahwa dalam situasi apapun hidup, Allah selalu mencintai dan memberkati. Keyakinan ini mendorong pembentukan sikap hidup orang beriman.
Pada irama berikutnya dari doa Bapa kami, Jesus mencantumkan formulasi yang benar tentang permohonan: Rejeki, Perlindungan dan Pengampunan. Dua permintaa pertama berkaitan dengan kebutuhan dasariah manusia: jiwa dan raga. Kenyamaan dan ketercukupan. Pun pula Jesus mengingatkan tentang pentingnya damai dan cinta dalam hidup bersama yang lain. Menariknya formulasi pengampunan ini justru memperkuat iman Jesus akan Allah pengampun. «Ampuni dosa kami, seperti kamipun mengampuni (sesama) yang bersalah».
Saya berkesimpulan, bahwa dalam doa, kita mengingat dan menyerap kasih dan kebaikan Allah. Dengan demikian doa menjadi kekuatan diri untuk memberikan pengampunan dan kasih kepada sesama dan lingkungan, seperti Allah yang selalu mengampuni. Saya menggunakan formulasi menyerap, agar dapat dibayangkan, bahwa doa itu semisalnya seorang anak yang bercerita kepada teman-temannya dengan gembira tentang hadiah di Ulang tahunnya atau saat Natal. Karena kita sudah menerima berkat Allah, bersukacita karena Allah yang setia, sedapat mungkin, kegembiraan itu kita bagikan kepada orang lain. Salah satu bentuknya adalah membagikan damai dan pengampunan. Atau saya memformulasikannya: orang dapat mengampuni, karena dia berdoa dengan benar.
Sebenarnya formulasi ini tercetus bukan tanpa sebab. Perjumpaan saya dengan seorang tua dan sendiri di sebuah rumah tua adalah dasarnya. 30 tahun, karena sakitnya, mengharuskan diri untuk berhenti total dari kerja dan aktivitas. Sekarang dia berusia 80 tahun. Karena perkawinan mengharuskan anak semata wayangnya tinggal bersama keluarganya di tempat yang jauh. Dan juga jarang berkunjung. Walaupun demikian, dia terlihat gembira. Di wajahnya terpancar kuat harapan untuk terus melanjutkan sisa-sisa hidupnya. Dalam perjumpaan inilah, beliau meyakini, bahwa doa, terutama doa Bapa Kami menginspirasi hidupnya. Menurutnya, doa Bapa Kami telah memupuk kekuatan untuk memaafkan. Tanpa Maaf dan Damai dalam hati, akan menjadi sulit orang untuk bersyukur kepada Allah dan mencintai Allah. Karena, roh dendam dan sakit hati akan berseberang dengan hakikat Allah yang mencintai dan mengampuni. Dia mengatakan « dengan damai dalam hati, kita akan merasakan bagaimana Allah selalu mencintai kita».
Pernyataan “Doa tanpa Damai” ini mengingatkan kita akan pernyataan Jesus tentang damai sebelum membawa persembahan ke Altar Tuhan. (Matius 5:23-24) «….dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu).» Doa adalah sebuah kesempatan untuk menimba kekuatan dari Allah pengampun, agar kita juga dapat mengampuni dan membawa damai. Semoga.
29 September 2024
Mieke Lolong
Selesaikanlah perselisihanmu
Teman-teman seiman, tentunya kita semua pernah mengalami perselisihan pendapat dalam perjalanan hidup kita ini, bukan ?!? Oleh karena itu, topik yang aku ingin ajak untuk direnungkan kali ini adalah tentang ketidak-akuran dalam pekerjaan untuk melayani Tuhan, seperti yang dicatat dalam Alkitab.
Hal tersebut dilakukan oleh 2 (dua) orang wanita yang bekerja sama dengan rasul Paulus dalam membangun gereja. Mereka adalah Euodia dan Sintikhe, ayat yang tertera di dalam Alkitab berbunyi demikian: Euodia kunasehati dan Sintikhe kunasehati, supaya sehati dan sepikiran dalam Tuhan (Filipi 4:2). Hal dilakukan oleh kedua wanita ini tidak baik, karena berkat Tuhan itu didasarkan pada kesediaan kita untuk memaafkan dan mencintai satu sama lain.
Tuhan Yesus berkata: Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di Sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. (Markus 11:24-25).
Jadi, dalam hal ini, kita tidak dapat berdoa secara efektif ketika kita masih memiliki sesuatu yang bertentangan atau menentang siapapun. Sekalipun orang itu membuat kesalahan, biarlah Tuhan memakai kita sebagai peralatan paramedis untuk rahmatNYA.
Utarakan kepada mereka bahwa kita ingin melihat hubungan yang rusak kembali disembuhkan, saling memaafkan, dan berdamai kembali. Mungkin saja akan mengambil arah balik serta waktu yang lebih panjang untuk menuju pendekatan kembali dalam berhubungan seperti sediakala.
Namun, setiap langkah yang akan diambil akan membuat jalan lebih pendek. Tidak perlu untuk berdebat tentang `tentang siapa melakukan/berbuat apa terhadap/kepada siapa, jadilah untuk menjadi lebih besar dari hal-hal tersebut... tunjukkanlah Kasih Karunia !!!
Kita telah meminta Tuhan untuk memulihkan keadaan..., nah, hal ini adalah bagian darinya. Tentu saja rasa ego kita akan memberontak..., dan jika kita membiarkannya, rasa takut akan timbulnya penolakan akan menghentikan usaha kita tersebut. Namun, tetaplah melakukannya, dan lihat apa yang akan terjadi. Ingatlah, ketika kita memaafkan seseorang, kita menempatkan diri kita di luar hukuman; dan pada saat itu, Tuhan dapat mencurahkan berkatNYA bagi kita. Coba renungkan, sanggupkah kita hidup tanpa restu, perlindungan serta berkat dari Tuhan ?!?
Teman-teman seiman, kiranya ilustrasi yang kita pelajari dari kisah Euodia dan Sintikhe tersebut, dapat dijadikan bahan untuk me-refleksi diri kita dalam bergaul dengan sesama, terlebih kalau kita sedang bersama-sama melakukan kegiatan atau aktifitas yang melibatkan banyak orang untuk suatu tujuan, baik itu yang bersifat sosial maupun bukan. Mintalah selalu penyertaan Roh Kudus agar kita bisa seirama secara harmonis dalam menghadapi berbagai perbedaan. Kita juga memerlukan perkataan yang baik dalam berkomunikasi agar kita mampu mengekspresikan pikiran, emosi dan keyakinan kita. Seperti kita ketahui bahwa komunikasi adalah alat ampuh yang Tuhan berikan kepada kita. Ada beberapa ayat kunci di dalam Alkitab yang menekankan pentingnya dan kekuatan komunikasi dalam kehidupan kita sehari-hari:
Amsal 12:18, Efesus 4:29, Amsal 18:21, Kolose 4:6, Matius 12:36-37 dan Yakobus 1:19.
Kiranya Tuhan memberkati kita semua.
15 September 2024
Farry Togas
PANGGILAN UNTUK MELAYANI
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23).
Shalom teman-teman Perki yang baik hati dan yang diberkati Tuhan. Dasar saya menjadikan ayat ini menjadi renungan saya, oleh karena ayat ini adalah salah satu AYAT FAVORIT SAYA.
Melayani Tuhan adalah tugas yang sangat mulia, karena itu, tugas ini adalah sebuah panggilan bagi setiap orang percaya. Karena itu, melayani Tuhan tentu bukan hanya terbatas pada pelayanan gereja dan pemberitaan Injil, melainkan mencakup kegiatan hidup yang sangat luas yaitu segala sesuatu yang kita kerjakan dalam hidup, termasuk melalui profesi kita masing-masing yang mengarah pada kemuliaan Tuhan, itu adalah kerja melayani Tuhan
Setiap orang percaya di panggil untuk melayani Tuhan di manapun dan kapanpun. Mungkin saat ini kita ada di tengah-tengah orang yang belum mengenal Tuhan sudah seharusnya lewat kehidupan kita atau tindakan kita orang-orang melihat ada KRISTUS, bagaimana kita bertutur kata atau melakukan pekerjaan atau mungkin saja orang memberikan kita tanggung jawab semua harus di kerjakan dengan baik bahkan kalau bisa yang terbaik, oleh karena kita mempunyai JATI DIRI KRISTUS
jadi setiap tindak tanduk kita selalu berdasarkan Firman Tuhan.
Untuk itu setiap anak Tuhan sudah seharusnya mempunyai waktu membaca Firman Tuhan dan merenungkan-Nya, karena bagaimana bisa sejalan dengan Firman Tuhan kalau tidak ada waktu untuk membaca Firman Tuhan.
Dan itu hal sangat mendasar bagi anak Tuhan apalagi sampai mau melayani Tuhan. Melayani Tuhan di butuhkan yang namanya KOMITMEN.
Dengan adanya KOMITMEN maka orang tidak akan gampang menyerah atau mundur dari pelayanan apapun masalah yang di hadapi, bahkan sebagian orang dengan masalah yaag dihadapi bisa menjadikan orang labih laju lagi karena dia tahu bahwa yang dia lakukan semuanya untuk Tuhan.
Tidak ada kata mundur selangkah pun selama ada keintiman kepada Tuhan lewat pembacaan Firman Tuhan. Dan kita tahu keintiman kita bisa dapatkan kalau kita ada waktu duduk merenungkan Firman Tuhan serta mendengar suaranya lewat doa dan penyembahan.
Banyak orang salah menyingkapi arti dari MELAYANI Tuhan, padahal ketika anda berada dalam rumah tangga di situlah kita juga bisa melayani Tuhan lewat pelayanan kita kepada pasangan anak atau mungkin kpd orang tua serta mertua kita karena mereka adalah ciptaan Tuhan.
Sebagai keluarga Kristen yang adalah persekutuan terkecil, wujudkanlah sikap hidup yang saling melayani antara suami istri, orang tua dan anak tanpa melihat status kedudukan sosial anggota keluarga yang bersangkutan dalam masyarakat.
Intinya adalah ketika kita sudah menjadi berkat dalam keluarga maka kita sudah melakukan Firman Tuhan yaitu di dalam Lukas 16:10 (TB) "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Masalah-masalah di dalam keluarga adalah perkara-perkara kecil dan kita yang sudah mengenal Firman Tuhan yakinlah kalau kita sudah setia dengan perkara kecil maka Tuhan akan mempercayakan perkara besar yang besar... Amin.
Mari jadikan Rumah tangga kita tempat yangg utama dimana kita bisa saling melayani pasangan kita, anak kita orang tua kita serta mungkin mertua kita.
Ketika kita mengutamakan kata KITA maka KITA berati adanya KESATUAN dan PERSATUAN jadi segala sesuatunya kita lakukan bersama -sama dan juga tak ada lagi kata AKU, yang berarti EGO atau mau menang sendiri setiap orang di dalam rumah tangga sudah menyalipkan kata AKU.
Maka betapa indahnya kesatuan di dalam kasih Tuhan
Seperti yang di tuliskan di dalam:
Mazmur 133
Nyanyian ziarah Daud.
Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.
Semoga renungan ini bisa menjadi berkat buat kita semua di dalam melayani Tuhan
MELAYANI MENDATANGKAN BERKAT DAN UPAH BAGI ORANG PERCAYA. TERUSLAH MELAYANI DAN JANGAN PERNAH MUNDUR SELANGKAHPUN KARENA APAPUN YANG KITA KERJAKAN BUAT TUHAN TIDAK AKAN PERNAH SIA-SIA.
IMMANUEL
Selamat hari minggu
Tuhan Yesus memberkati
1 September 2024
Yosie Weiss
Mukjizat Iman Dan Provision
Ada begitu banyak kisah luar biasa yang terdapat dalam Alkitab yang dapat menjadi pelajaran dan yang patut kita teladani. Salah satunya adalah kisah Nabi Elia dan janda Miskin di Sarfat (1 Raja-Raja17:7-16).
Dikisahkan bahwa pertemuan Nabi Elia dengan janda miskin ini terjadi saat Nabi Elia dalam kejaran Raja Ahab. Dan Tuhan berfirman kepada Elia untuk pergi ke Sarfat di wilayah Sidon karena Tuhan telah memerintahkan seorang janda untuk memberinya makan. (1 Raja-Raja 17:9)
Elia meminta sedikit air dan sepotong roti kepadanya. Janda itu, yang kewalahan dengan keadaannya yang serba susah, menjelaskan bahwa ia hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak di dalam buli-buli. Dia sedang mempersiapkan makanan terakhir untuk dirinya dan putranya sebelum mereka meninggal karena kelaparan.
Terlepas dari keadaannya yang sangat menyedihkan, Elia meyakinkannya dengan berkata, “Jangan takut. Pergilah dan lakukanlah apa yang telah engkau katakan. Tetapi pertama-tama, buatlah untukku sepotong roti dan bawalah kepadaku. Kemudian buatlah sesuatu untuk dirimu dan anakmu.
Jawaban Elia jelas merupakan ujian bagi imannya. Elia mengatakan kepadanya bahwa dia harus membuat makanan untuknya, dengan menggunakan bahan makanan yang terakhir untuknya, dan menambahkan sebuah janji: “Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang, sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.” (1 Raja-raja 17:14).
Iman janda itu terbukti dalam ketaatannya, karena ia percaya pada perkataan Elia, janda itu melakukan tepat seperti apa yang diperintahkan kepadanya. Dan Tuhan setia pada janji-Nya. Ia dan seisi rumahnya makan berhari-hari lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli tidak berkurang, sesuai dengan firman TUHAN yang disampaikan-Nya dengan perantaraan Nabi Elia” (ayat 16). Persediaan makanan janda itu secara supernatural diperpanjang, seperti yang dijanjikan dan janda tersebut bersama putranya hidup dalam mujizat setiap hari!
Kisah dari 1 Raja-raja 17:10-16 ini menunjukkan iman yang teguh dan penyediaan Tuhan, mengingatkan kita bahwa bahkan di saat-saat tergelap sekalipun, pertolongan Tuhan dapat datang dengan cara yang tidak terduga.
Berkat yang sama yang datang untuk Sarfat juga tersedia bagi kita! Kita dapat hidup dalam mujizat setiap hari kalau kita memiliki hati yang benar untuk mempercayai dan menerima Yesus dengan semua perkataan-Nya. Akan tetapi yang terjadi di Nazaret justru sebaliknya. Tidak ada seorang pun yang mau menerima Yesus dengan sukarela sama seperti di Israel yang tidak berani menerima Elia. Dan di Nazaret inilah, karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ (Matius 13:58).
Marilah kita memiliki sikap yang baik seperti janda di Sarfat yang menghormati dan menghargai hamba Tuhan sehingga berkat datang ke Sarfat.
Kisah janda di Sarfat juga mengajarkan kita bahwa Tuhan tidak pernah melupakan umat-Nya dan memiliki banyak cara untuk menolong mereka. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Tuhan memerintahkan janda itu untuk memenuhi kebutuhan Elia terlebih dahulu, dan melalui ketaatannya, janda itu melihat mukjizat terjadi dalam hidupnya.
Disini kita dapat belajar, bahwa taat dan percaya dan berserah penuh kepada Tuhan, pada akhirnya akan membawa keberuntungan dan tidak akan pernah mengecewakan. Tuhan sudah menyiapkan dan pasti akan memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Untuk itu mari kita mengajar anak-anak kita agar terus percaya dan taat kepada Tuhan, meski situasi sulit sekalipun, bahkan terlihat seperti tidak ada harapan. Serahkanlah segala kuatirmu pada Tuhan, sebab Ia yang memelihara kamu, 1 Petrus 5:7 Maka Ia yang empunya kerajaan surga akan menyatakan kebesaranNya bagi kita dan menyelamatkan kita.
Amin
18 Agustus 2024
Marlina Simbolon
Sesuatu Yang Menurut Seseorang Penting, Disitulah Hatinya Berada
Jika sesuatu mempunyai nilai penting bagi seseorang, maka dia akan berusaha melakukannya dengan upaya dan semangat yang biasanya juga diiringi dengan perasaan sukacita. Karena hal tersebut mempunyai nilai yang penting baginya, baik hal tersebut hanya untuk sementara atau untuk selamanya. Contohnya: keluarga, pertemanan, pacar, pekerjaan atau pendidikan. Tanpa disadari seseorang akan rela mengorbankan waktu dan materi untuk mencapai tujuannya yang dianggap penting. Karena disitulah hatinya berada.
Pada saat kita mengenal nilai nilai penting dalam hidup kita. Maka Kita akan menyusun prioritas dalam kehidupan kita. Mari kita sebentar saja merenungkan kembali, apakah kita juga sudah menempatkan Tuhan Yesus sebagai nilai yang penting dalam kehidupan kita setiap hari? Apakah ada sukacita didalam hati kita untuk menyapa Nya setiap hari?.
Saya percaya sukacita akan tumbuh semakin besar pada saat kita mengenal siapa Yesus sebenarnya. Dia yang senantiasa menerima kita seperti apa adanya dan yang telah mengampuni dosa kita. Dia mengampuni kita karena Dia mengasihi kita. Yesus telah mengasihi kita lebih dahulu. Jika kita juga mengasihi Yesus, maka ada juga sukacita bagi kita untuk mengenal dan melakukan kehendakNya. 1 Yohanes 4: 7, Saudara saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.
Kasih Nya tidak ada batas untuk manusia, bahkan Dia akan selalu mengampuni dosa dan kesalahan kita. Jika kita menyadari, bahwa Dia telah dan akan terus memberkati kita oleh karena kasih Nya yang dicurahkan dalam kehidupan setiap anak anakNya.
Jenis Kasih
1. Kasih Agape
Kasih tanpa syarat. ,
(Kasih Agape juga mengajarkan kita untuk mengasihi sesama manusia
2. Kasih Storge
Kasih sayang alami antara orang tua kepada anak anaknya. «Having a child is like having your heart walking around outside of your body».
3. Kasih Phileo
Kasih yang didasarkan pada persahabatan dan kasih sayang antara saudara atau teman.
4. Kasih Eros
Kasih romantis antara pria dan wanita
Makna kasih sangat penting karena kasih adalah dasar dari seluruh hukum dari ajaran Kristen. Apakah bisa dibayangkan jika kita tidak mempunyai kasih antara sesama manusia?
Kasih menciptakan banyak manfaat, seperti persatuan, perdamaian, memulihkan kesehatan fisik dan mental, juga menyembuhkan luka emosional.
Pemahaman tentang ajaran kasih yang telah kita kenal melalui ayat Alkitab akan membantu kita membedakan jenis kasih, yang akan memberikan landasan untuk mengapresiasi pentingnya manfaat kasih. Contoh kasih dalam Alkitab memberikan motivasi dan inspirasi bagi kita untuk melakukannya dalam kehidupan secara pribadi.
Ada saatnya mengasihi tidak akan selalu mudah dilakukan seseorang oleh karena situasi dan kondisi yang sedang terjadi.
Kesadaran akan mengasihi dalam situasi yang tidak mudah adalah suatu tantangan dan proses untuk mempersiapkan diri kita dalam menghadapi kesulitan yang akan datang. Dengan memahami dan melakukan ajaran tentang kasih sesuai firmanNya adalah sangat penting untuk pertumbuhan dan kedewasaan rohani kita.Roma 12: 10 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat
Karena, kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri sendiri dan tidak sombong. 1Korintus 13: 4
Semoga renungan ini membantu kita untuk menyadari makna dari kasih yang adalah nilai penting bagi anak anak Kerajaan Allah Bapa.
Salam Kasih
21 Juli 2024
Christiana Streiff
Mudik - Perjalanan Fisik Dan Emosional
Pulang ke kampung halaman bukanlah perjalanan fisik, melainkan perjalanan emosional."_ Setiap orang yang pernah meninggalkan kampung halamannya pasti mengakui pernyataan ini. Tentunya untuk kembali ke kampung halaman kita harus melakukan perjalanan secara fisik, tetapi perjalanan ini tidak akan pernah terlalu sulit karena ini adalah pengalaman yang menyenangkan. Kampung halaman kita adalah tempat di mana kita dibesarkan, penuh dengan cinta dan kenangan. Kampung halaman kita seharusnya menjadi tempat yang paling nyaman di mana kita berada. Status seperti itu meyakinkan kita bahwa tidak ada tempat seperti kampung halaman kita. Tidak heran jika setiap perjalanan ke kampung halaman adalah perjalanan yang emosional.
Perjalanan emosional seperti ini kita temukan dalam firman Tuhan (Markus 6:1-6) ketika Yesus melakukan perjalanan ke kampung halamannya, Nazaret. Ini adalah sebuah kota pedesaan di mana Yesus dibesarkan, jadi perjalanan ini haruslah menyenangkan seperti pulang ke rumah. Setelah meninggalkan kampung halamannya selama beberapa bulan, Yesus pulang ke rumah ditemani oleh para muridnya. Mungkin seperti orang lain, Yesus ingin bersantai setelah sibuk melayani orang dengan mengajar dan melakukan mukjizat seperti menyembuhkan orang sakit. Mungkin perjalanan itu masih merupakan perjalanan yang emosional karena selalu menyenangkan untuk pulang ke rumah. Namun, apa yang Yesus temui di Nazaret sama sekali tidak menyenangkan. Dia ditolak hanya karena orang-orang Nazaret berpikir bahwa mereka sudah mengenal-Nya dengan baik. Untuk beberapa saat ketika mereka mendengarkan pengajaran-Nya, mereka tercengang. Tetapi kemudian mereka menyimpulkan bahwa itu terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Mereka mengenal Yesus terlalu baik sehingga mereka menolak-Nya sebagai seorang Rabi, seorang guru dengan hikmat ilahi, seperti yang pada umumnya terjadi di mana-mana di jaman itu.
Bahkan di jaman sekarang pun, jika seseorang yang sudah lama merantau dan dianggap telah berhasil dalam pencapaian kehidupannya pada saat pulang ke kota asal, ada selintas harapan dari sanak saudara ataupun kerabat untuk lebih didengar pendapat dan pemikirannya. Banyak orang akan menunggu tentang sharing apapun terutama kesuksesan secara duniawi .
Tetapi kemungkinan akan menjadi suatu kekecewaan karena pada saat pulang kampung tidak satupun seorang yang dia kenal dapat ditemui nya. Ada suatu dan banyak hal yang menjadikan hal ini terjadi. Jika kita dihadapkan dengan hal demikian, apakah kita tetap mengucap syukur dan tetap terberkati?
Apakah kita tetap berjalan bersama Tuhan?
Jika kekecewaan yang kita temukan, apapun bentuk dan penyampaiannya.
Sebagai hamba dan mahluk yang serupa dengan Tuhan Yesus, (Allah punya maksud untuk meneruskan karya Allah di bumi ini, tentunya ini tidak berarti bahwa Allah telah berhenti berkarya, Allah terus berkarya. Dalam hubungan dengan ciptaan yang lain, manusia ditentukan sebagai wakil Allah atas bumi dan segala isinya).
Tugas penyelamatan Tuhan Yesus kepada kita, supaya kita tetap melekat dan menjadi saksi Kristus dan menjadi garam dan terang Kristus. Kita pun tetap bercermin kepada Yesus yang sempat ditolak pada saat pulang ke Nazareth - karena pengharapan orang- orang Yahudi terhadap Dia pun berbeda.
Yesus pun menghadapi hal kurang nyaman. Kita diharapkan meneladani sikap bijak dan taat Nya kepada Bapa di surga.
Keputusan kita untuk tetap melekat sebagai ranting Nya. Karena Tuhan Yesus pokok anggur.
Harapan kita untuk dimampukan dalam menyampaikan 9 buah roh dan kasih. Kasih menunjukkan kehendak hati yang murah hati dan tidak dapat dikuasai yang selalu menginginkan kebaikan orang lain, tanpa peduli apa yang dilakukan orang itu. Secara singkat, kasih itu memberi secara cuma-cuma tanpa mengharapkan balasan.
Menjadi saksi Kristus, terang dan garam dunia tidak terlepas dari sikap 9 buah roh dan kasih. Kasih mula- mula Kristus kepada kita.
Kiranya kita dimampukan dalam menjalankan nya, karena itu kita telah mengenal dan mempercayai ajaran Nya meskipun kita belum melihat Nya seperti yang kita telah lama tunggu dan harapkan kehadiran Nya menurut pengertian dunia.
7 Juli 2024
Alfonco Sinaga
MEMIKUL SALIB
Lukas 9:23
Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut aku”
Yusuf adalah anak kesayangan Yakub, melebihi dari ke-11 saudara-saudaranya yang lain, karena Yusuf lahir dari Rahel, istri kesayangan Yakub. Yakub membuat jubah berwarna warni khusus untuk Yusuf, karena begitu sayangnya dia sama Yusuf. Ingat Rahel maka kita ingat Laban, bapaknya Rahel. Yakub sangat mencintai Rahel, lalu Laban meminta Yakub untuk bekerja selama 7 tahun untuk Laban. Tapi setelah Yakub menyelesaikan tugasnya, Laban tidak menepati janjinya, malah menipu Yakub dengan memberikan Lea, kakaknya Rahel untuk dinikahi Yakub. Tapi Yakub tidak mau menyerah, dia kekeh untuk mendapatkan Rahel, maka Laban pun memintanya untuk bekerja 7 tahun lagi untuk mendapatkan Rahel, Yakub pun menyetujuinya. Jadi sangat dapat dimengerti betapa sayangnya Yakub kepada Yusuf, anak yang dilahirkan Rahel. Yakub memiliki 12 anak laki-laki dan 1 anak perempuan bernama Dina. Istri Yakub ada 4, yang pertama Lea melahirkan 6 putra: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon dan 1 putri : Dina. Yang kedua Rahel melahirkan 2 putra : Yusuf dan Benyamin. Yang ketiga Bilha (budak Rahel) melahirkan 2 putra: Dan dan Naftali, dan yang keempat Zilpa (budak Lea) melahirkan: Gad dan Asyer.
Sejak kecil Yusuf ini memiliki talenta menafsirkan mimpi, dia pernah bermimpi 2 kali dan keduanya menggambarkan saudara-saudaranya, bahkan ayah dan ibunya akan bersujud menyembahnya. Hal tersebut membuat saudara-saudaranya dan ibu-ibu tirinya iri hati dan benci kepada Yusuf, kecuali Benyamin yang sama-sama lahir dari Rahel ibunya Yusuf. Saat Yusuf berusia 17 tahun, saudara-saudaranya berniat membunuhnya sewaktu dia menggembalakan domba-dombanya. Namun Ruben, kakak sulungnya, mencegahnya, sehingga akhirnya mereka membuangnya ke dalam sumur kering, dan lalu mereka menjualnya kepada pedagang Midian (orang Ismael) yang lewat menuju Mesir. Laporannya ke Yakub bahwa Yusuf telah mati diterkam oleh binatang buas. Di Mesir, Yusuf menjadi budak pewagai istana Potifar. Yusuf ini orangnya sangat baik dan dapat dipercaya oleh Potifar, tampan pula rupanya, membuat istri Potifar merayunya untuk tidur bersamanya, tetapi Yusuf menolak rayuan istri Potifar, namun demikian malah dia difitnah oleh istri Potifar, seakan-akan Yusuflah yang ingin merayuhnya, akhirnya Yusuf dimasukkan dalam penjara. Di dalam penjara Yusuf berkelakuan sangat baik, sehingga dia dipercaya kepala penjara untuk mengurus para narapidana lainnya.
Suatu saat Firaun bermimpi, 2 kali dia bermimpi dengan mimpi yang berbeda, saat bangun pagi gelisah sekali hatinya. Lalu dipanggillah semua ahli tafsir mimpi dan semua orang berilmu di Mesir. Tetapi tidak seorang pun yang dapat mengartikan arti mimpi tersebut. Juru minuman teringat kepada Yusuf, karena 2 tahun sebelumnya juru minuman dan juru roti Firaun bermimpi dan Yusuf berhasil menafsirkan mimpinya. Dan Yusuf pun berhasil menafsir mimpi-mimpi Firaun berikut ini:
-
Firaun berdiri di tepi sungai Nil, lalu dari sungai itu keluar 7 ekor lembu yang gemuk, kemudian memakan rumput di tepi sungai itu. Lalu tampaklah 7 ekor lembu keluar dari sungai itu, badannya kurus. Tetapi sapi-sapi yang kurus itu memakan sapi-sapi yang gemuk. Bangunlah Raja Firaun.
-
Kemudian dia tidur lagi dan bermimpi lagi, ada satu tangkai gandum dengan 7 bulir gandum yang sangat baik, tapi ada pula 7 bulir gandum yang kurus dan layu, lalu 7 bulir gandum yang kurus menelan 7 bulir gandum yang sangat baik tadi. Lalu bangunlah Raja Firaun
Dan beginilah tafsir mimpi tersebut oleh Yusuf:
7 sapi gemuk itu dan 7 bulir gandum yang baik itu menggambarkan masa 7 tahun kelimpahan di seluruh penjuru Mesir, dan 7 sapi kurus dan 7 bulir yang kurus itu menggambarkan 7 tahun masa kelaparan (paceklik) di seluruh negeri Mesir. Dan Yusuf tidak hanya menafsir mimpi saja, tapi dia memberikan nasehat kepada Firaun mulai sekarang sampai 7 tahun ke depan agar Mesir mengumpulkan gandum sehingga saat 7 tahun kelaparan itu datang, persediaan gandum telah cukup untuk menghidupi seluruh warganya.
Akibat keberhasilan Yusuf menafsirkan mimpi tersebut, diangkatlah dia menjadi Perdana Menteri, yang merupakan orang nomor dua seluruh Mesir setelah Firaun. Ketika itu Yusuf berusia 30 tahun. Dan dia diberikan pula seorang istri, dan melahirkan dua putra: Manasye dan Efraim. Yusuf memimpin proyek pemerintah Mesir untuk mengumpulkan gandum selama 7 tahun ke depan.
Dan tibalah 7 tahun masa kelaparan seperti yang dimimpikan oleh Firaun, tidak hanya terjadi di Mesir tapi juga ke Tanah Kanaan, tempat tinggal Yakub dan saudara-saudaranya Yusuf. Singkat cerita akhirnya semua saudara-saudara Yusuf dan ayahnya Yakub pindah ke Mesir karena pertolongan Yusuf, mereka tinggal di Gosyen, di delta sungai Nil yang sangat subur dan bagus untuk menggembalakan domba. Dan hal ini mengingatkan Yusuf akan mimpinya terhadap saudara-saudaranya sewaktu dia masih kecil.
AYUB
Ayub adalah seorang saleh dan jujur, ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ayub disebut sebagai orang terkaya dari semua orang di bagian timur.
Ayub memiliki:
-
7 orang putra, dan 3 orang putri
-
7000 ekor kambing domba
-
3000 ekor unta
-
500 pasang lembu
-
500 keledai betina
-
Budak-budak dalam jumlah yang sangat besar
Anak-anaknya lelaki biasa mengadakan pesta di rumah masing-masing secara bergilir dan saudara-saudara perempuannya diundang untuk makan dan minum bersama-sama. Setiap habis pesta, Ayub memanggil mereka dan menguduskan mereka, lalu besoknya Ayub mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah anak-anaknya, sebab Ayub berpikir anak-anaknya mungkin telah berbuat dosa.
Lalu suatu ketika datanglah iblis menghadap Allah, meminta ijin untuk mencobai Ayub yang dikenal sangat saleh dan takut akan Allah itu. Allah pun mengijinkan iblis untuk mencobai Ayub dengan satu syarat jangan mengambil nyawanya.
Malapetaka pun menghampiri Ayub, api menyambar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaganya. Kemudian orang-orang Kasdim merampas unta-untanya. Tidak hanya itu, bahkan anak-anak laki-laki dan perempuannya mati tersapu badai gurun sewaktu sedang makan dan minum di rumah saudara mereka yang sulung.
Lalu melihat ini semua Ayub mencukur kepalanya dan sujud menyembah Allah, dan berkata “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan”.
Tidak sampai di situ, malapetaka kedua pun terjadi. Ayub kena penyakit barah yang busuk dari telapak kainya sampai ke kepalanya. Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu. Maka berkatalah istrinya kepadanya “Kutukilah Allahmu dan matilah!” Tetapi Ayub menjawabnya “Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita hanya mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?”
Setelah malapetaka demi malapetaka, akhirnya Allah memulihkan Ayub, dan Tuhan memberkati Ayub dalam hidupnya melebihi daripada yang dia miliki dahulu, ia pun mendapatkan:
-
14’000 ekor kambing domba
-
6’000 unta
-
1’000 pasang lembu
-
1’000 ekor keledai betina
Ia juga mendapat 7 putra dan 3 orang putri, di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat.
KESIMPULAN
Setiap orang memiliki “SALIB” sendiri-sendiri, dan harus dipikul sendiri-sendiri. Yusuf, meskipun saudara-saudaranya berniat membunuh dia, namun dia tidak membalaskan dendam, malah memberi mereka makan dan menyelamatkan saudara-saudaranya dari bencana kelaparan. Demikian juga Ayub, meskipun semua yang dimiliki habis, bahkan istrinya pun menyakiti hatinya untuk melawan Tuhan, namun dia tidak mengutuki Tuhan.
Ada 3 unsur penting dalam memikul salib ini:
-
Sabar dalam penderitaan
-
Sanggup menyangkal diri
-
Pemulihan dan kemenangan
Sama sewaktu Yesus akan disalibkan, Dia harus menderita, harus memikul sendiri salib-Nya, padahal begitu banyak orang-orang atau murid-murid-Nya di sana. Dia pun harus “menanggalkan” kuasa keillahian-Nya, membiarkan diri-Nya disiksa, diludahi, dimaki seperti tidak punya harga diri, demi untuk menebus dosa-dosa manusia yang dikasihi-Nya itu. Malah Dia berkata “Ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Namun di hari ketiga, Dia bangkit dari orang mati, dan itulah kemenangan kita atas maut dan hubungan manusia dan Tuhan pun dipulihkan kembali, sehingga semua kita yang percaya kepada-Nya serta mau dan rela memikul salib kita masing-masing akan beroleh hidup yang kekal.
Terpujilah Tuhan Yesus Kristus yang telah disalibkan itu dan telah bangkit itu, dahulu, sekarang kekal untuk selama-lamanya.
AMIN
23 Juni 2024
Vivianne Studler
MENGENAL, MENGASIHI DAN MELAKUKAN PERINTAH TUHAN
Yohanes 14, 15
Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.
1 Yohanes 2, 3-4
Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.
Barangsiapa berkata: aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.
Melalui kedua ayat ini, saya ingin mengajak kita semua untuk menilik ke dalam diri kita masing-masing.
Meneliti semua ruangan yang ada dalam hati kita bahkan sampai ke ruangan-ruangan yang gelap dan tersembunyi, yang mungkin kita sendiri tidak ingin memasukinya …
Kedua ayat diatas, mengingatkan kita kembali seberapa besar cinta kita kepada Tuhan sesungguhnya?
Melalui ayat ini, kita bisa mengintrospeksi diri kita sendiri apakah kita sudah benar-benar mengenal dan mengasihi Tuhan kita?
Apakah kita sudah menuruti perintah-perintah-Nya?
Karena Firman Tuhan berkata: jika kita mengenal Dia, tapi kita tidak menuruti perintah-Nya, maka kita adalah seorang pendusta …
Dunia tertarik dengan sikap dan perbuatan kita, tapi Tuhan melihat kedalaman hati kita.
Tidak apa-apa orang menilai kita salah, yang penting Tuhan menilai kita benar.
Tidak apa-apa orang salah paham dengan kita, yang penting Tuhan tahu kita benar.
Yang repot …. Dunia menganggap kita benar, tapi dimata Tuhan kita salah.
Yang lebih parah … dunia melihat kita sebagai pelayan Tuhan, tetapi Tuhan melihat kita sebagai seorang penipu.
Hari ini yang kita kejar bukan dunia, tapi Tuhan.
Hari ini yang kita cari bukan perkenanan dunia, tapi perkenanan Tuhan.
Orang yang mengenal, mengasihi dan takut pada Tuhan, bukanlah orang yang rajin ke gereja setiap minggu atau bahkan mungkin setiap hari, bukanlah orang yang hafal Firman Tuhan, juga bukan mereka yang rajin berpuasa, bukan mereka yang rajin “pelayanan” dan tampak kudus, bukan mereka yang selalu tampil di mimbar …
tapi orang yang mengenal, mengasihi dan takut akan Tuhan akan terlihat nyata dalam sikap hidupnya, dari perkataan dan tingkah lakunya.
Pada saat kita mengikut Tuhan Yesus, kita tidak akan mendapatkan tepuk tangan atau pujian dari semua orang … dan ini adalah hal yang menarik ….. karena pada saat kita memikirkannya, maka kita akan menyadari bahwa kita tidak akan bisa menyenangkan semua orang.
Kadang kita berusaha sedemikian rupa untuk tampil benar dan baik, tapi justru malah kita tampak bodoh dan ditertawakan.
Kita tidak bisa mendapatkan perkenanan dari semua orang, tapi kita BISA mendapatkan perkenanan dari Tuhan.
Kita bisa menyenangkan Tuhan, tapi bagaimana cara kita menyenangkan-Nya?
Tentu saja tidak mungkin kita bisa menyenangkan Tuhan tanpa iman.
Milikilah iman untuk melakukan apa yang Dia perintahkan kepada kita, untuk menjadi sesuatu sesuai dengan panggilan-Nya dan untuk menjalani kehidupan sesuai dengan yang dibuat-Nya untuk kita jalani.
Karena kita tidak dapat menyenangkan semua orang, tapi dengan pertolongan dan kasih karunia-Nya maka kita dapat menyenangkan Tuhan.
Kadang-kadang sebelum Tuhan menggenapi janji-Nya, Dia akan «menyerang» hidup kita, ada invasi Ilahi. Dan invasi itu bukan sesuatu untuk meruntuhkan kita, karena Tuhan tidak pernah membawa kehancuran dalam hidup kita, kecuali menghancurkan “manusia lama” kita, sifat lama kita.
Tapi invasi Tuhan itu pasti sesuatu yang kurang nyaman rasanya dan diluar zona nyaman kita.
Contohnya, kita disuruh mengampuni padahal kita sedang kepahitan, sedang sakit hati, sedang marah …. Gimana sih Tuhan ini???
Untuk apa mengampuni jika kita sedang merasakan sesuatu yang manis? Apa yang perlu diampuni jika kita sedang baik-baik saja?
Misalnya teman kita menjengkelkan sekali ... kenapa Tuhan suruh saya mengasihi dia??? Jika kita mengasihi orang yang mengasihi kita, semua orang dapat berbuat demikian, bahkan mereka yang tidak mengenal Yesus pun dapat melakukannya.
Kenapa Tuhan suruh kita bersyukur pada saat kita berada di titik terendah kita?
Karena pada saat kita berada di titik tinggi, itu namanya bukan sukacita tapi «HAPPY» ...
KESABARAN adalah satu senjata yang perlu kita miliki.
Kesabaran adalah senjata paling ampuh pada saat kita sedang “diproses”.
Tapi sering sekali kesabaran kita itu hanya dimulut saja ... kita bilang kita mau sabar, tapi dalam hati kita berontak dan mulai complain … kok gini sih Tuhan? Kok tidak selesai-selesai sih masalahku, Tuhan?
1 Korintus 10, 13:
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami adalah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu.
Pada saat kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menaggungnya.
Jadi setiap Tuhan ijinkan ada masalah/ujian, pasti selalu sepaket dengan jalan keluarnya.
Pada waktu Tuhan ijinkan ujian/masalah terjadi yang Tuhan mau ubah itu adalah KITA, bukan masalahnya.
Pada saat kita sadar bahwa kita yang sedang “diproses” maka itu artinya kita akan naik kelas dan jika sadar akan hal ini maka akan lebih mudah bagi kita untuk menerima dan melewati ujian tersebut.
Dan pada saat kita diproses, memang kita perlu salah satu buah dari kasih yang namanya sabar.
Pada saat keadaan tidak seperti yang kita harapkan atau bayangkan, jangan kuatir karena Tuhan pasti bisa buka jalan.
Jangan kita berkata atau meratap kepada Tuhan, oh Tuhan ... betapa besarnya masalah yang aku hadapi … TAPI sebaliknya katakan kepada masalah kita betapa besarnya TUHAN kita. Tuhan kita spesialis dalam membuka jalan.
Jadi jangan kita suka membesar-besarkan masalah kita, seolah-olah Tuhan kita itu kecil, tapi besarkan Tuhan kita dan seolah-olah masalah kita itu kecil.
Pengharapan kita selalu datangnya dari Tuhan.
Sudahkah kita mengenal, mengasihi dan melakukan apa yang Tuhan suruh? Apa yang Tuhan perintahkan kepada kita untuk kita lakukan meskipun hal itu tidak nyaman bagi kita?
Mari kita menilik dalam diri kita masing-masing dan mulai mengambil langkah iman dengan melakukan perintah-perintah-Nya sekalipun itu adalah hal yang tidak nyaman bagi kita, bahkan mungkin mengecewakan kita.
Kiranya Tuhan yang adalah sumber kekuatan, akan memampukan kita semua untuk menjadi orang-orang yang mencintai DIA dan janganlah kita menjadikan diri kita sendiri sebagai pendusta, seperti yang Firman Tuhan katakan.
9 Juni 2024
Paulus Tan
The Golden Chain of Salvation
28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
29 Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
30 Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya.
Roma 8 : 28 - 30
Surat Paulus kepada jemaat di Roma dalam Perjanjian Baru sering dianggap memiliki konten teologi paling mendalam dan kaya di seluruh Alkitab.
Dalam Roma 8: 28-30, rasul Paulus mengungkapkan kebenaran mendalam tentang rencana kedaulatan Allah dalam keselamatan, yang sering disebut sebagai "Rantai Emas". Bagian ini menyoroti urutan tindakan ilahi yang tak terpatahkan yang menjamin penebusan orang-orang pilihan Allah, orang-orang yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Ayat 28).
Dimulai dengan ayat 29, dipilihNya dari semula. Terjemahan bahasa Indonesia memakai kata ‘pilih’ sementara dalam bahasa Inggris, digunakan kata ‘foreknew’ (greek: proegnō).
Allah didalam kekekalan, dari semula (sebelum dunia dijadikan), sudah mengenal orang orang yang dikasihiNya. Jauh sebelum manusia bisa mengenal Allah, Allah terlebih dahulu sudah mengenal manusia secara sempurna. Allah kita yang tidak terbatas memiliki kemampuan untuk mengerti dan mengetahui segala sesuatu, termasuk manusia yang terbatas ini, secara sempurna. Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku. Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau berjalan dan berbaring, segala jalanku Kau maklumi (Mazmur 139 :1–3).
DitentukanNya dari semula. Dalam Alkitab bahasa Inggris, seringkali digunakan kata ‘predestined’ (greek: proōrisen). Konsep penentuan/predestinasi dari Allah ini dapat ditemukan secara eksplisit di dalam Alkitab (misalnya di Efesus 1:4-5, 2 Tesalonika 2 : 13, 1 Petrus 1 : 2, Titus 1 :1-2).
Beberapa Ayat di dalam kitab Injil juga menyatakan bahwa Tuhan Yesus mengajarkan konsep penentuan / predestinasi ini, seperti kita temukan di Injil Yohanes 6: 37, Yohanes 6: 44, Yohanes 10: 26 - 29 dan secara implisit di Injil Matius 11:25-27 dan Matius 13:11–16.
Kebenaran konsep ini memang sulit dicerna dan seringkali menimbulkan banyak perdebatan, untuk itu perlu dipelajari dengan teliti dan ditangani dengan hati hati. Penentuan ini tidak didasarkan pada jasa manusia, melainkan semata-mata pada rencana kasih karunia Allah.
DipanggilNya (Ayat 30). Mereka yang telah ditentukan Allah sebelumnya, mereka juga dipanggilNya (Calling).
Panggilan ini bersifat efektif, yang membuat apa yang dikehendaki Allah terjadi dalam kehidupan orang percaya. Hal ini merupakan pekerjaan Allah untuk membangkitkan manusia dari kondisi ‘mati’ secara rohani (Efesus 2 : 1 – 3) untuk mengalami kelahiran baru di dalam jiwa orang pilihan melalui pekerjaan supranatural yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Panggilan dari Allah ini selain bersifat efektif, juga merupakan panggilan yang tidak dapat ditolak, hal ini terlihat jelas dalam kehidupan Rasul Paulus, ketika Tuhan Yesus ‘memanggilnya’ ketika dalam perjalanan menuju Damsyik. Panggilan yang sama juga banyak terjadi pada orang orang yang pada awalnya berniat untuk melawan Tuhan tetapi karena panggilan dari Tuhan yang tak tertolakkan itu, membuat mereka tunduk dan lalu mengikuti dan melayani Tuhan.
DibenarkanNya (Ayat 30). Pembenaran (Justification) adalah deklarasi kebenaran secara hukum bagi mereka yang menaruh iman kepada Kristus, membebaskan mereka dari kesalahan dosa. Alkitab mengajarkan bahwa manusia tidak dibenarkan oleh karena perbuatan-perbuatan baik, tetapi berdasarkan pemberian dari Allah yang kita terima berdasarkan iman, yaitu kebenaran Kristus (Roma 5:1, Galatia 2:16, Roma 3:28, Roma 4: 3–5, Efesus 2: 8–9, Filipi 3:9).
Hal ini tidaklah berarti bahwa perbuatan-perbuatan baik tidak penting. Yakobus 2:17 mengajarkan kita bahwa Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Perbuatan baik bukanlah untuk memperoleh keselamatan, tetapi merupakan buah alami dari iman yang hidup di dalam Kristus.
DimuliakanNya (Ayat 30). Mata rantai terakhir adalah pemuliaan (Glorification), puncak keselamatan ketika orang percaya sepenuhnya dibentuk menjadi serupa dengan Kristus. Paulus dengan yakin menyatakan, "Dan semua orang yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya." Meskipun masih akan terjadi di masa depan, pemuliaan begitu pasti sehingga Paulus menyatakannya dalam bentuk lampau, menegaskan komitmen Allah yang tak tergoyahkan untuk menyelesaikan karya penebusan-Nya. Pemuliaan menjadi pengharapan yang begitu besar bagi orang percaya bukan saja untuk masa yang akan datang, tetapi juga merupakan penghiburan untuk masa sekarang. Ketika orang percaya mengetahui bahwa Allah turut bekerja juga dalam menyucikan orang percaya untuk persiapan kemuliaan mereka di masa yang akan datang.
“Rantai Emas” keselamatan menegaskan kebenaran yang tak tergoyahkan bagi mereka yang telah dipilih, ditentukan, dipanggil, dibenarkan, dan akhirnya akan dimuliakan Allah. Tidak ada kuasa yang dapat menghalangi rencana kedaulatan Allah atau memisahkan umat-Nya dari kasih-Nya di dalam Kristus Yesus.
Roma 8: 28-30 adalah penegasan yang menggembirakan tentang komitmen Allah yang tak tergoyahkan terhadap keselamatan orang-orang pilihan-Nya, dari kekekalan masa lalu hingga kekekalan masa depan. Rantai emas penebusan ini berdiri sebagai kesaksian yang tak terpatahkan akan kuasa, hikmat, dan kesetiaan Allah Tritunggal yang mengatur segala sesuatu bagi kebaikan mereka yang mengasihi Dia dan terpanggil sesuai dengan rencana-Nya.
AMIN.
26 Mei 2024
Pastor Lucky Effendi
Kesempatan Kedua
Kisah para Rasul 2: 36-38:
36 Sekarang dengan-pasti seluruh rumah Israel haruslah-ketahui, bahwa baik sebagai-Tuhan maupun-sebagai Kristus dia telah Allah buat, Jesus ini, yang mereka telah-salibkan."
37 Dan mendengar (itu), mereka-tertusuk di-hati dan berkata kepada Petrus dan rasul-rasul yang-lain: "Apa yang-harus-kami-perbuat, Bapak-bapak, Saudara-saudara?"
38 Dan Petrus (berkata) kepada mereka: "Bertobatlah!", ia-berkata, "Dan dibaptislah masing-masing dari-kalian atas nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosa kalian, dan kalian akan menerima karunia Roh Kudus!"
Selamat hari Pentakosta Saudara-saudari sekalian. Pentakosta (Schawuot) dalam agama Yahudi adalah sebuah hari raya syukur untuk menutup masa panen biji-bijian, dimulai dengan persembahan sulung tuaian jelai pada tanggal 16 Nissan, dua hari setelah Pessach, dan berakhir dengan tuaian gandum. Bagi orang-orang Kristen hari ini adalah hari turunnya Roh Kudus dan lahirnya Jemaat Tuhan. Apakah keduanya berhubungan? Ya, tentu saja, Yesus yang bangkit dari Maut pada tanggal 16 Nissan adalah Tuaian Sulung (1Kor 15:20.23), dan masa tuaian ini ditutup dengan hari raya Pentakosta, tuaian berupa orang-orang Kristen yang dibangkitkan dari maut karena dipersatukan dengan kebangkitan Yesus (1Kor 15:21-22). Di hari Pentakosta sekitar 2000an tahun lalu, Allah Bapa dan Anak mencurahkan Roh Kudus turun hinggap kepada murid-murid di Yerusalem. Di hari ini mulailah iman Perjanjian Baru (Kis 11:17) dan Jemaat Tuhan.
Karena pada hari itu adalah hari raya dimana orang-orang Yahudi diaspora berziarah ke Yerusalem untuk beribadah dan merayakan hari raya syukur ini, maka kota ini dipenuhi dengan banyak sekali orang Yahudi dan sebagian dari mereka sudah tidak bisa lagi berbahasa Ibrani dan Aramis secara lancar. Karena Allah berkehendak orang-orang ini mendengarkan firman Tuhan dengan benar, di hari ini Allah memberikan dua mukjizat, yang pertama adalah mukjizat berkata-kata dalam bahasa lain kepada para murid (Kis 2:4) dan yang kedua mukjizat mengerti bahasa-bahasa tersebut dalam bahasa mereka masing-masing (Kis 2:6-8). Mereka terheran-heran dan berpikir murid-murid mabuk anggur (Kis 2:13).
Yesus adalah Tuhan dan Mesias (Juruselamat)
Maka Petrus berusaha menjelaskan kepada mereka dengan mengutip beberapa bagian Perjanjian Lama untuk membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias yang diutus Allah, tetapi umat pilihan Allah tidak menerima Dia dan bahkan telah menyalibkan Dia (Kis 2:14-36). Petrus menutup penjelasannya dengan memberikan sebuah perintah kepada kaum Israel, bahwa mereka, entah mereka setuju atau tidak, suka atau tidak, harus tahu dengan pasti, bahwa Yesus yang mereka sudah salibkan itu sudah Allah buat menjadi sebuah ketetapan, bahwa Ialah Tuhan dan Mesias/Juruselamat (KIs 2:26). Keputusan ini tidak bergantung dengan reaksi dan jawaban manusia. Juga kalau manusia tidak setuju dan tidak suka, Allah sudah membuatnya seperti demikian.
Yesus sebagai Tuhan memiliki arti yang lebih dalam jikalau didengar oleh orang-orang Yahudi, karena kata Adonai (Tuan/Tuhan) sudah mereka reservasi buat Yahwe, nama perjanjian Allah bagi kaum Israel. Jadi dengan membuat Yesus sebagai Tuhan, maka Allah mau menyatakan, bahwa Yesus ini tidak lain dan tidak bukan adalah Yahweh atau Allah itu sendiri, dan Yahweh sepenuhnya cukup dikenal melalui Yesus. Yesus menjadi satu-satunya oknum yang menjadi perwakilan Allah Tritunggal untuk dikenal manusia: Mengenal Yesus berarti mengenal Yahwe. Buat manusia tidak boleh ada Tuan lain selain dari Kristus (bandingkan Roma 10:9,
Filipi 2:11).
Orang-orang Yahudi pada saat itu tidak bisa menerima Yesus sebagai Mesias, karena Yesus tidak mengadakan perang untuk menjadi Juruselamat mereka dari penjajahan Romawi. Ia menjadi sebuah sosok yang lemah, yang ditangkap dan diadili. Mereka tidak bisa mengerti, bahwa ada pembebasan yang lebih penting, yaitu pembebasan umat manusia dari penjajahan dosa dan maut. Sebagai penolakkan mereka, mereka menyalibkan Yesus. Terlepas dari kekecewaan, penolakkan dan ketidaksukaan mereka, Yesus inilah yang sudah dibuat oleh Allah menjadi jalan keselamatan bagi umat manusia.
Apa yang harus kami perbuat?
Kita mungkin tidak langsung menyalibkan Yesus, tetapi dengan setiap dosa kita, kita ikut menyalibkan Yesus bersama-sama dengan umat Yahudi jaman itu, karena Ia memberi diriNya disalibkan oleh karena dosa-dosa kita. Kita menyebut Dia Tuhan, tetapi Dia mungkin cuma sebagai salah satu yang penting buat kita. Yesus sering bukan yang paling penting dalam hidup kita. Ketika kita lebih mengutamakan emosi kita, kepentingan kita, kesenangan kiuta melebihi Dia, kita sedang menolak Dia sebagai Tuhan. Pada akhirnya, kita tidak lebih baik dari orang.orang Yahudi jaman dulu, yang telah menolak Tuhan dan Mesias mereka.
Kesadaran, bahwa mereka sudah menyia-nyiakan Tuhan dan Mesias mereka, bahkan telah membuang Dia dengan jalan menyalibkan mereka, membuat hati mereka tertusuk. Ada suatu penyesalan yang dalam di dalam diri mereka, karena mereka ternyata sudah menyalibkan Tuhan dan satu-satunya jalan keselamatan mereka. Mereka merasa sudah tidak ada harapan lagi untuk mereka, karena itu mereka berkata kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: „Apa yang harus kami perbuat?“. Mereka menyadari keadaaan mereka yang kristis ada di dalam maut, dan dengan pernyataan mereka itu, mereka bertanya, apakah masih ada harapan dan kesempatan bagi mereka.
Pentakosta dalam agama Yahudi adalah juga hari peringatan pemberian Taurat kembali oleh Allah kepada Musa, setelah umat Allah menunjukkan kegagalannya dengan menyembah anak lembu emas dan karena itu Musa memecah kedua loh batu yang pertama. Kedua loh batu berisikan Taurat yang berikut ini merupakan kesempatan kedua yang Allah berikan kepada bangsa Israel. Sama seperti jaman dahulu, Tuhan memberikan kesempatan kedua bagi bangsa Israel, Allah juga memberikan kepada orang-orang Yahudi ini kesempatan kedua, dan juga kepada kita kesempatan yang sama. Kita mungkin sudah gagal dalam hidup kita dalam pengikutan kita akan Tuhan, tetapi kesempatan kedua ini ditawarkan kepada saya dan Saudara.
Bertobat, Dibaptis, Menerima Roh Kudus
Didalam jawabannya kepada orang-orang Yahudi, Petrus berkata: „Bertobatlah! […] Dan dibaptislah masing-masing dari kalian atas nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosa kalian, dan kalian akan menerima karunia Roh Kudus!“
Sewaktu Petrus menyerukan pertobatan, Petrus tidak memaksudkan sebuah proses pertobatan yang lambat laun terjadi, tetapi bentuk Aorist ia memerintahkan sebuah tindakan ekstrim yang terjadi di dalam sebuah momentum waktu yang pendek untuk bertobat meninggalkan dosa dan kembali kepada Allah, sebuah perubahan bukan hanya bersifat permukaan dan dangkal, tetapi sebuah perubahan secara keseluruhan dan ekstrim dalam pikiran dan perbuatan terhadap dosa, sehingga kita dari suka dosa menjadi benci dosa, dari tidak suka Tuhan menjadi cinta Tuhan.
Hal kedua yang dikatakan Petrus adalah soal baptisan. Kita cenderung langsung beranggapan, bahwa yang dimaksud oleh Petrus adalah baptisan air. Jikalau yang dimaksud Petrus adalah baptisan air, maka ada dua permasalahan yang mengikuti. Baptisan air tidak mengakibatan pengampunan dosa dan baptisan air tidak mebuat orang menerima Roh Kudus. Oleh karena itu baptisan ini adalah baptian atas/ke dalam (nama) Yesus Kristus (Kis 2:38, 19:5, Rm 6:3, Gal 3:27) atau Baptisan Roh (Mat 3:11). Bentuk pasiv „dibaptis“ menunjukkan bahwa baptisan ini tidak dilakukan oleh manusia, tetapi oleh Yesus, dimana kita yang tadinya berada di luar Kristus dibawa oleh Yesus masuk ke dalam Kristus dan dipersatukan dengan Dia, juga kedalam kematian dan kebangkitanNya (Rm 6:3-5). Dalam baptisan ini manusia lama kita mati bersama Kristus (Rm 6:6), dan dalam persatuan dengan kebangkitanNya, sehingga sama dengan Yesus dibangkitkan Allah, kita dibangkitkan dari maut ke dalam hidup yang baru menjadi ciptaan baru (Kol 2:11-13). Dalam kejadian ini penanggungan dosa yang Yesus lakukan dikenakan kepada dosa-dosa kita sehingga dosa-dosa kita diampuni. Satu hal yang menarik, bentuk „dibaptislah“ ini merupakan sebuah bentuk perintah dan biasanya diterjemahkan dengan „biarlah kita dibaptis“. Artinya kita bisa tidak membiarkan Yesus melakukan itu. Kalau bcara soal kuasa, Yesus tidak kekurangan itu, tetapi bukanlah cara Tuhan memaksa manusia. Karena itu Tuhan mau kita membiarkan Dia membaptis kita dan mengubah kita dari manusia lama menjadi manusia baru. Frase „masing-masing dari kalian“ menunjukkan keputusan ini tidak bisa diwakilkan. Kita tidak otomatis diselamatkan karena kita lahir dalam keluarga Kristen, dibaptis air oleh Gereja, berada dalam jemaat Tuhan, melainkan kita diselamatkan karena kita masing-masing secara pribadi menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita pribadi.
Baptisan ke dalam Yesus Kristus adalah juga Baptisan Roh, dimana Tuhan Yesus memberikan Roh Kudus kepada kita supaya kita bisa dibangkitkan menjadi manusia baru (Rm 8:11) dan Roh Kudus ini adalah jaminan Tuhan buat kita sampai pada kesudahannya (Ef 1:13-14), yaitu pada saat kita dijemput oleh Tuhan. Berbeda dengan pemberian Roh Kudus sebelum Pentakosta yang hanya untuk jangka waktu tertentu, Roh kudus yang Allah berikan kepada kita sekarang bersifat menetap. Roh Kudus ini juga menjadi perwakilan Allah dalam hidup kita sebagai Parakletos (yang bersuara disamping), ia berharmoni dengan roh kita dan berbicara melalui roh kita (Rm 8:15-16, Gal 4,6), memimpin kita, menolong kita menghadapi kelemahan-kelemahan kita (Gal 5:18), mengarahkan kita kepada Kristus (Yoh 16:13-14), menegur kita, dan memberikan kita karunia-karunia rohani (1Kor 12:7.11). Ia menjadi perwakilan Kristus di dalam hidup kita sampai nanti kita bertemu muka dengan muka dengan Dia.
Penutup
Kita telah gagal dalam pengikutan kita akan Tuhan dengan semua dosa kita. Kita bisa tidak setuju dan tidak suka terhadap Yesus Kristus, kecewa terhadap Dia, menolak Dia, dan bahkan membuang Dia. Setiap tindakkan ini adalah juga tindakkan menyalibkan Tuhan. Penetapan Allah tidak bergantung kepada keinginan dan preferensi kita. Dan kita perlu tahu dengan pasti kalau Yesus inilah jalan satu-satunya yang allah berikan kepada kita, manusia, untuk bisa diselamatkan. Dialah Tuhan dan Jeruselamat kita.
Jika hal ini tidak penting buat kita, mungkin firman ini memang bukan buat Saudara. Tetapi jikalau ini penting, maka kita perlu bertobat meninggalkan semua dosa kita dan kembali kepada Tuhan, memberikan diri kita secara pribadi dibaptis oleh Yesus masuk ke dalam diriNya untuk dipersatukan dengan kematianNya, menanggalkan manusia lama supaya mati bersama-sama dengan Kristus dan dosa-dosa kita diampuni, dan juga dipersatukan dengan kebangkitanNya, sehingga kita dilahirkan kembali menjadi ciptaan baru, bangkit dari maut menjadi manusia baru. Janji Tuhan adalah bahwa kita akan menerima Roh Kudus, menetap dalam hati dan hidup kita. Ia akan menyertai kita sampai kepada akhirnya.
Di saat akhir, di saat manusia luar kita berhenti berfungsi, maka karena kita memiliki manusia dalam yang sudah hidup, maka Tuhan akan memberikan kita tubuh yang baru dan kita akan menyongsong Tuhan Yesus datang untuk bersatu dengan Dia (1Tes 4:16-17).
Selamat Pentakosta!
12 Mei 2024
Romo Roy Jelahu
Iman Tanpa Perbuatan Adalah Mati
(Yakobus 2:26)
Sebuah Postingan tentang kunjungan Diakonia Pengurus Perki Swiss di Media Online menjadi pemantik refleksi pada kesempatan ini. Berkesan dan bermakna. Kehadiran atas kunjungan kepada sesama yang sakit mengingatkan kita akan ajakan Jesus tentang tugas sebagai Murid Kristus. (Matius 25: 36) “Ketika aku telanjang, kamu memberi aku pakaian. Ketika aku sakit, kami melawat aku. Ketika aku di penjara, kamu mengunjungi Aku». Lebih dari itu, pengambilan bagian pada panggilan kemuridan Kristus ini, mengisyaratkan iman. «Iman tanpa Perbuatan, adalah mati» demikian penegas Rasul Yakobus dalam Surat Yakobus 2:26. Hidup kita belum terintegrasi secara penuh dan terikat secara utuh dengan kehidupan Kristus. Jati diri kemuridan kita masih terbentuk dengan kehendak pribadi.
Dalam perbuatan Kasih terungkap secara nyata iman. Tentang kasih kepada sesama ini, secara nyata Jesus menungkapkannya dalam Matius 22:37-40. Kasihilah Allahmu dan sesamamu, sebagai dua hukum utama, di mana pada kedua hukum ini tergantung seluruh hukum taurat dan kita para nabi. Pernyataaan Yesus ini menunjukkan sebuah relasi berhubungan antara kasih kepada Allah dan kepada sesama. Atau dalam pernyataan lain dapat saya formulasikan. Melalui karya kebaikan kepada sesama, terungkap relasi yang personal Pribadi manusia dengan Allah. Kasih yang mengalir dalam relasi dengan sumber kebaikan, memotivasi kita untuk mencintai sesama. Karena semua yang diciptakan berasal dari Allah yang satu dan sama. Allah yang menciptakan dengan kasih.
Persoalan dalam karya kebaikan kepada sesama ini dapat muncul, ketika pemahaman tentang «sesama», belum didalami. Kita bisa saja, begitu mengasihi si A. Di lain pihak, kita perlu banyak pertimbangan untuk mengasihi si B. Pertimbangan itu bisa saja terjadi, karena orang tersebut orang asing. Tidak di kenal. Atau kepada musuh. Pengampunan kadang hanya menjadi sebuah slogan.
Persoalan tentang «arti sesama» ini telah dibicarakan Yesus dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37). Kebaikan hati yang dimaksudkan Jesus terwujud dalam sikap dan perilaku orang Samaria. Dalam lingkung kalangan Yahudi, kelompok Samaria dianggap sebagai kelompok Kafir. Mereka dianggap bukan sebagai «jemaat Israel», karena doa mereka lakukan bukan di Bait Allah. Dan Allah mereka berbeda dari ajaran kebanyakan orang Israel. Tetapi dalam perumpamaan ini, Jesus menegaskan tentang kesejatian iman akan kasih Allah. Hanya si Samaria yang memberikan pertolongan kepada orang yang menderita, tanpa membangun prasangka dan pertimbangan terhadap korban. Kemanusiaan dan kasih melebihi pelbagai bentuk pertimbangan.
Pujian Yesus kepada si Samaria menjadi sebuah tantangan bagi tugas kemuridan kita. Beranikah kita untuk memberikan kasih kepada orang-orang asing. Mereka yang berada di jalan. Para Imigran? Bisakah kita menghadiahkan pengampunan kepada musuh? Sudah kah kita juga menemukan wajah Allah dan Kristus di dalam hidup sesama saudara yang beragama lain atau juga tanpa agama, tanpa menganggap kita lebih benar dari yang lain?
28 April 2024
Mieke Lolong
Melawan Rasa Takut
Salah satu keuntungan warisan rohani kita sebagai orang yang percaya pada Tuhan Yesus Kristus adalah bebas dari ketakutan. Namun meskipun kita takut, kita tahu bahwa kita dapat terus berjalan dan bertindak, karena Tuhan akan beserta kita untuk melindungi kita. DIA akan menolong kita, berperang bagi kita atau membebaskan kita membawa kita keluar dengan kemenangan karena ketaatan kita kepadaNYA. Jika kita merasa kehilangan sesuatu dalam hidup kita karena rasa takut, kita dapat belajar cara menangani atau mengatasi ketakutan dan mulai merasakan hidup berkelimpahan yang telah Tuhan rencanakan bagi kita.
Aku mengambil topik di atas itu dikarenakan pengalaman pribadi yang baru-baru ini aku alami, yaitu pada tanggal 14 Maret 2023 yang lalu. Hari itu aku mengalami saat-saat dimana aku tanpa sadar sudah dikuasai oleh roh ketakutan itu sendiri. Aku tertipu karena dkelabui oleh sekelompok orang lewat telephon yang saking mahirnya serta professional-nya, sampai-sampai aku percaya dan mengikuti saran-saran yang mereka anjurkan. Yang ingin aku utarakan disini adalah, terkadang dalam situasi atau suasana yang tertekan kita terkadang khilaf untuk berpikir tenang dahulu..., minta petunjuk lewat doa..., baru bertindak... inilah kesalahan besar yang dilakukan tanpa aku sadari dihari itu. Kepekaanku hilang karena tekanan yang berbalut bisikan manis..., seharusnya aku meminta petunjuk dengan menggunakan nama Yesus. Kekhilafan atau kealpaan itulah yang membuat sukacita dalam diri aku hilang hari itu... benar-benar suatu pembelajaran yang berharga buat diriku.
Yesus memerintahkan kita untuk meminta dalam namaNYA maka kita akan menerima supaya sukacita kita penuh. Aku percaya itu adalah satu alasan utama kurangnya sukacita dalam kehidupan umat percaya saat ini adalah karena kurangnya doa ! Dalam kitab Yohanes 16:24 dikatakan ... Sampai sekarang kamu belum pernah meminta sesuatupun dalam nama-KU (=yang mewakili keseluruhan diriKU). Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu (=kesenangan, kesukaan).
Nah, satu alasan kurangnya doa adalah fakta bahwa umat Allah mencoba melakukannya dalam kedagingan apa yang seharusnya mereka doakan dan minta Allah melakukannya melalui mereka dan untuk mereka.
Sehubungan dengan paragraph di atas itu, pernahkah kita bertanya apa artinya meminta dalam nama Yesus ? Menurut kita Yohanes ayat 24, berdoa dalam nama Yesus adalah untuk membawa kepada Bapa seluruh keberadaan Yesus. Salah satu alasan utama kita begitu lemah dalam kuasa doa adalah karena kita datang kepada Allah sebagaimana kita adanya. Hal itu menjadi masalah ketika kita gagal mengikut DIA, kita berpikir kita tidak memiliki apa-apa untuk dibawa kepadaNYA yang akan mempengaruhiNYA bereaksi terhadap kelakuan kita. Yang pasti : ada kuasa dalam nama Yesus ! Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi. (Filipi 2:10). Jadi, kita tidak perlu hidup dalam ketakutan dan kekurangan. Marilah kita menggunakan kunci dan membuka pintu berkat yang dapat tercurah untuk kemuliaan Allah, supaya kehendak Allah yang jadi di bumi seperti di surga, dan supaya sukacita kita menjadi sempurna.
Rasa takut itu bukanlah berasal dari Allah… tapi dari setan. Satu-satunya sikap (dan pengakuan) yang dapat diterima adalah jika seorang Kristiani dapat menghadapi rasa takut dengan cara begini : “Hal ini bukan dari Allah, dan aku tidak akan menyerah padanya atau membiarkannya mengontrol hidupku !
Aku akan melawan rasa takut, karena hal itu adalah roh yang dikirimkan dari neraka untuk menyiksaku.“
Aku sering mendengar bahwa takut itu adalah roh yag digunakan setan untuk mencoba menahan umat Allah tunduk di bawah kepemimpinan yang benar, yaitu Yesus Kristus. Aku percaya kalau Allah bekerja secara lembut dalam diri kita untuk membawa kita keluar dari perbudakan menuju kemerdekaan. Di dalam Alkitab banyak ditulis tentang perintah agar “jangan takut“. Banyak kejadian di dalam kehidupan manusia membawa pada pengertian bahwa “jangan takut“ berarti “jangan lari“. Kita harus menekannya, dan bila perlu “lakukan itu dengan taat“. Janganlah kita lari dari rasa takut ; sebaliknya, lawanlah hal tersebut dengan doa dan iman.
Ingatlah, Allah ingin membawa kita keluar dari semua ketakutan kita :
T - Tantangan
A - Atas
K - Ketaatan
U - Umat
T - Tuhan
31 Maret 2024
Farry Togas
JANGAN PERNAH MENYERAH
SHALOM
Teman-teman Perki yang diberkati Tuhan
Semoga kita semua dalam keadaan Sehat dan tetap berharap kepada Tuhan
Mazmur 119:105
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
MENGAPA BANYAK ORANG MENYERAH ?
DALAM MENJALANI KEHIDUPAN INI TERKADANG TERASA BERAT DENGAN BERBAGAI BEBAN MASALAH, BAIK ITU MASALAH KELUARGA, MASALAH PEKERJAAN, MASALAH PELAYANAN
Terkadang Tuhan mengijinkan tantangan dan Proses dalam kehidupan kita dengan sebuah tujuan agar Iman kita semakin kokoh didalam Tuhan. Kita banyak belajar nilai-nilai kehidupan dari para tokoh ALkitab, bukan hanya ketika mereka mengalami mujizat Tuhan, namun juga ketika mereka menghadapi tantangan, kegagalan dan ketika Anugerah Tuhan yang memulihkan dan memberikan kemenangan disanalah kita bisa belajar bahwa Tuhan selalu hadir dalam setiap tantangan dan proses yang ada.
Dengan mengerti Maksud dari Mazmur 119 :105 bahwa
FIRMAN-MU PELITA BAGI KAKIKU DAN TERANG BAGI JALANKU
Sebetulnya tak ada KATA KATA MENYERAH dalam kamus anak Tuhan atau PENGIKUT KRISTUS karena Dia telah memberikan teladan dan Contoh selama Dia hidup di Dunia karena Dia 100% Manuasia
Walaupun Dia hampir saja MENYERAH di Saat mau meminum cawan di Taman Getsemani terdapat di Matius 26 : 39
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
Namun Dia mengakhiri perkataannya Dengan TETAPI JANGANLAH SEPERTI YANG KUKEHENDAKI MELAINKAN SEPERTI YANG ENGKAU KEHENDAKI
Roh yang lebih besar dari semua roh yang ada di dunia. Jika Tuhan senantiasa menyertai saya, mengapa saya harus menyerah, mengapa saya harus takut menghadapi raksasa atau badai. Bukankah raksasa takluk kepada-Nya dan badai tunduk pada perintah-Nya?
TIGA ALASAN AGAR KITA TIDAK MENYERAH
Jika Musa menyerah, Laut Merah tidak akan terbelah dan Bangsa Israel masih diperbudak oleh bangsa Mesir. Jika Daud menyerah, Goliat akan menghabiskan seluruh tentara Israel dan tidak akan ada kitab Mazmur yang begitu indah. Jika Yesus menyerah, kita masih hidup di dalam kutuk dan dosa.
Teman, jangan menyerah. Kesaksian kita melewati pergumulan dapat mengubahkan sejarah hidup seseorang di masa mendatang dan keteguhan iman kita saat dalam pergumulan dapat memberkati mereka yang tidak percaya kepada Yesus.
Setidaknya ada tiga alasan yang membuat saya menolak untuk menyerah terhadap masalah. Saya berharap tiga alasan ini dapat membantu kita untuk kuat menghadapi apa pun pergumulan hidup yang ada di hadapan kita.
1. JANJI TUHAN SAYA BERHASIL
Ini adalah alasan pertama saya menolak untuk menyerah terhadap situasi dan kondisi yang buruk, karena Tuhan menjanjikan saya berhasil. Saya percaya janji Tuhan tersebut jauh lebih nyata dan jauh lebih terpercaya daripada situasi dan kondisi yang saya alami. Masalah yang saya hadapi hanyalah sementara, sedangkan janji Tuhan itu kekal. Itu sebabnya saya menolak untuk menyerah.
2. TUHAN SENANTIASA MENYERTAI SAYA
Ada Roh Kudus yang tinggal di dalam saya. Roh yang gagah perkasa dan Roh yang lebih besar dari semua roh yang ada di dunia. Jika Tuhan senantiasa menyertai saya, mengapa saya harus menyerah, mengapa saya harus takut menghadapi raksasa atau badai. Bukankah raksasa takluk kepada-Nya dan badai tunduk pada perintah-Nya?
3. SAYA DICIPTAKAN LEBIH DARI PEMENANG
Jika saya menyatakan diri menyerah terhadap suatu masalah, itu artinya saya mengakui bahwa saya adalah orang yang kalah dan gagal. Padahal, saya tahu sekali Tuhan menciptakan saya, dan juga Anda, lebih dari pemenang. Tuhan tidak menciptakan kita untuk kalah dan gagal, melainkan untuk menang dan berhasil. Itulah identitas kita di dalam Kristus.
Amin
Tuhan YESUS memberkati
17 Maret 2024
Yosie Weiss
Berkat yang Tak Terduga
Dalam 2 Samuel 9 menceritakan bagaimana Daud menghormati perjanjian kasih agape dengan Yonatan dan bagaimana dia memulihkan keadaan putra Yonatan yang lumpuh, Mefiboset.
Siapakah Mefiboset dan apa yang dapat diajarkan oleh kehidupannya kepada kita tentang Berkat yang Tak Terduga?
Kadang-kadang ketika kita melihat sebuah nama yang tercantum dalam Alkitab, secara otomatis kita membayangkan tokoh tersebut dan mengingat kisah yang menyertainya, contohnya: Abraham, Yusuf, Musa, Paulus dan seterusnya. Akan tetapi ketika kita mendengar nama "Mefiboset", mungkin respons kita adalah "Siapa dia?"
Kisah tentang Mefiboset muncul secara singkat dalam 2 Samuel. Mefiboset adalah putra Yonatan, cucu Saul yang cacat dan Mefiboset, dalam bahasa Ibrani yang berarti "penghapus rasa malu". Mefiboset mengalami masa kecil yang sulit sejak dini. Dengan berita meninggalnya ayah dan kakeknya, Mefiboset yang masih balita dibawa pergi dari rumahnya di Gilbea oleh perawatnya, untuk menghindari pembalasan dari musuh. Sayangnya, dalam proses pelariannya, dia secara tidak sengaja terjatuh dan kakinya mengalami cacat permanen. Pada masa itu, orang yang mengalami luka parah atau cacat tidak akan diperlihatkan atau disambut dengan bangga, terutama jika mereka adalah anggota kerajaan. Jadi Mefiboset mungkin disembunyikan untuk memastikan keselamatannya dari Daud dan karena dianggap lebih baik untuk tidak mengenali cacat yang berhubungan keluarga kerajaan.
Ketika Yonatan dan ayahnya, raja Saul tewas dalam pertempuran di Gunung Gilboa, Daud sangat sedih dan mengoyakkan pakaiannya sambil meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam.
2 Samuel 1: 11-12
11 Lalu Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga.
12 Dan mereka meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam karena Saul, karena Yonatan, anaknya, karena umat TUHAN dan karena kaum Israel, sebab mereka telah gugur oleh pedang.
17 Daud menyanyikan nyanyian ratapan ini karena Saul dan Yonatan, anaknya.
Disini kita juga bisa melihat bahwa betapa Raja Daud menghormati seseorang yang disebutnya sebagai sahabat, bahkan setelah kematiannya, dengan memperhatikan kebutuhan putranya yang cacat. Raja Daud bersumpah bahwa ia akan memperhatikan kebutuhan keluarga Yonatan sebagai ucapan terima kasih atas persahabatannya.
Daud juga merasa terdorong untuk memberkati orang lain karena semua berkat dari kemenangan-kemenangan perang yang telah Tuhan berikan kepadanya (2 Sam:7-8).
2 Samuel 9:3
Kemudian berkatalah raja: "Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah." Lalu berkatalah Ziba kepada raja: "Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya."
Suatu hari, Daud meminta bantuan seorang hamba, Ziba, dari keluarga Saul, untuk mencari seorang kerabat Yonatan dan Saul untuk membantunya, dan kepadanya diberitahukan tentang Mefiboset. Sebenarnya, Mefiboset adalah ancaman potensial bagi Daud. Raja lain mungkin akan membunuhnya. Tetapi Daud adalah seorang yang berkenan di hati Bapa (Kisah Para Rasul 13:22). Oleh karena itu, ia setia menepati perjanjian kasihnya.
Kisah ini juga menjadi pengingat bahwa ketika kita tidak mengharapkan berkat atau keajaiban dalam hidup, saat itulah Tuhan mengantarnya untuk kita!
Dikisahkan bahwa Daud memutuskan untuk bertemu dengan Mefiboset saat itu juga dan menyuruhnya untuk diambil dari tempat tinggalnya. Mefiboset pergi dari rumah Makhir, anak Amiel, di Lodibar, dan dibawa kepada Daud (2 Sam. 9:4). Lodibar adalah kata dalam bahasa Ibrani yang berarti kering, sunyi, dan tidak dapat dihuni. Daerah gurun pasir yang kering dan berbatu-batu yang menjadi tempat tinggal pangeran ini dan satu-satunya orang yang tinggal di Lodibar adalah mereka yang bersembunyi dari sesuatu, lari dari sesuatu, jadi di situlah pangeran kecil yang lumpuh ini hidup selama bertahun-tahun.
Kita dapat mengira-ngira bahwa ketika seorang raja baru dan mantan musuh kakek kita meminta kehadiran kita di hadapannya, kemungkinan besar hal itu bukan untuk sesuatu yang baik. Kita dapat menebak apa yang dirasakan Mefiboset saat itu: ketakutan! Dia telah melalui begitu banyak hal dalam hidupnya karena cedera masa kecilnya dan kehilangan ayah serta kakeknya di usia muda, jadi dia tidak berharap sesuatu yang baik untuk pertemuan ini.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Mefiboset tersungkur di hadapan Daud dalam kepasrahan dan kerendahan hati, dia bahkan menyebut dirinya sebagai "anjing mati" ketika mempertanyakan mengapa raja begitu menyayanginya (2 Sam. 9:8).
Dalam pertemuan itu, raja menasihatinya untuk tidak takut; bahwa dia tidak hanya akan diberikan tanah yang dimiliki Saul, tetapi juga akan menjadi tamu tetap di meja makan Daud. Ini semua untuk menghormati persahabatan Daud dengan Yonatan.
Tidak berhenti sampai di situ, Daud juga meminta agar Ziba dan anak-anaknya merawat tanah yang baru saja dipulihkan dan diberikan kembali kepada Mefiboset, sementara Mefiboset tetap makan roti di meja Daud.
Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja sampai akhir hidupnya.
Kehidupan anak Yonatan ini berubah drastis hanya dalam sehari; Pagi hari dia bangun pagi di sebuah gubuk dan malam harinya dia tidur di istana raja.
Kisah Mefiboset adalah untuk menunjukkan kepada kita bahwa berkat dari Tuhan dapat datang dari orang-orang yang paling tidak terduga. Dan dengan berkat yang diberikan kepada kita, dapat dipahami bahwa kita harus menunjukkan kebaikan sebagai balasan kepada mereka yang telah menolong kita, karena kita tidak pernah tahu kapan Tuhan akan menempatkan kita sebagai bejana berkat bagi mereka.
Amin
03 Maret 2024
Marlina Simbolon
Penolong
Yohanes 14:
15. Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.
16. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.
Ini adalah Pesan Yesus kepada murid- muridNya sebelum Ia pergi meninggalkan Dunia untuk menghadap Allah Bapa di Surga.
PesanNya tentang Jika Engkau mengasihi Aku, taatilah perintahKu di ucapkanNya berulangkali di dalam Yohanes 14: 15-31
Dia ingin menekankan bahwa pesanNya ini mempunyai arti sangat penting untuk kita dengar, renungkan dan melakukannya dalam hidup kita setiap hari.
Pada saat Yesus tidak ada lagi di Dunia sebagai Anak Manusia, Yesus minta kepada Bapa untuk memberi kita seorang Penolong yang lain yaitu Roh Kudus, Roh Kebenaran, Roh Penghibur, Roh Penasihat, Roh Pembela untuk menyertai kita selama-lamanya. Luar biasa KasihNya kepada manusia yang tidak luput dari dosa. Dia menerima kita seperti apa adanya. Sehingga di Dunia yang penuh pencobaan, kita tidak dibiarkanNya hidup sebagai yatim piatu dalam arti tanpa Penolong/ Pembimbing. Sangat sempurna rencanaNya untuk kita, sekali lagi semua itu oleh karena KasihNya yang tidak terbatas bagi kita yang telah menerima Yesus. Tidak mudah sebagai manusia biasa untuk mengasihi Yesus, Jika Roh Kudus tidak hidup di dalam diri kita.
Penolong yang dikirim Yesus yang membuka hati, pikiran dan kehendak kita untuk berbuat yang terbaik bagi Tuhan, sesama manusia dan diri kita sendiri. Kita dimampukan berbuat benar dihadapan Tuhan oleh karena Penolong.
Rema diatas mengingatkan kita kembali untuk mengasihi Yesus dan melakukan perintahNya dalam kehidupan kita. Maknanya cukup besar, karena kita diajari juga untuk mengasihi, mengampuni, melayani, berdamai, menolong,rendah hati dan mementingkan orang lain lebih dahulu.
Jika kita mengasihi Yesus, maka kita akan melakukan hal-hal yang tertulis diatas. Penerapan yang tidak selalu mudah jika kita memakai akal pikiran manusia, ingat kembali hal tentang mengasihi Yesus dan melakukan perintahNya. Selama kita punya kesempatan, hal ini bisa disimpulkan sebagai pertandingan bagi kita untuk berusaha mencapai garis akhir kemenangan yang sesuai dengan perintahNya. Oleh karena hanya dalam penyertaan Penolong/ Roh Kudus kita dimampukan untuk melakukannya.
Matius 22
37 Jawab Yesus kepadanya: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Yesus mau kita tidak hanya mengasihi Dia tetapi juga sesama manusia. Pada saat kita menghadapi pergumulan atau masalah, baik didalam keluarga, pekerjaan ataupun sosialisasi. Penolong yang ada didalam diri kita yang akan memimpin dan memberi kekuatan bagi kita untuk menyelesaikan setiap masalah sesuai dengan kehendakNya.
Percayalah kita tidak berjalan sendiri, karena Roh Kudus dan Roh Kebenaran ada dalam diri kita yang mengasihiNya dan melakukan perintahNya. Oleh penyertaan Roh Kudus kita dimampukan untuk mewujudkan KasihNya, baik dalam kehidupan setiap hari bahkan juga dalam pergumulan. Tidak ada kata gelisah atau khawatir bila kita berjalan bersama Yesus. Bukan berarti kehadiran Roh Kudus dalam diri kita akan menjamin hidup tanpa pergumulan atau tanpa pencobaan. KehadiranNya memberi kita pertolongan, kekuatan dan penghiburan.
Bahkan kita dianugrahi ketekunan dalam ujian yang menimbulkan pengharapan yang tidak mengecewakan, karena Kasih Allah yang dicurahkan dalam hati kita dan kehadiran Roh Kudus yang dikaruniakan kepada kita. Roma 5: 4-5
Semakin kita taat melakukan perintahNya, semakin kita mengasihi Dia, semakin kita merasakan KasihNya. Karena Tuhan Yesus telah menempatkan Penolong yaitu Roh Kudus dan Roh Kebenaran didalam diri kita semua. Amin
Selamat menyambut Hari Paskah dan Tuhan memberkati kita semua.
18 Februari 2024
Cynthia Kaluntas-Lebet
Hati Membaca Firman, Firman yang membentuk Daripada Kehidupan
Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan inti renungan dari Bpk. Pdt. Jack Kawira, M.Th., M.A. pada Ibadah syukur pembukaan grup baca Alkitab tahun 2024. Kiranya bisa menjadi berkat bagi setiap kita.
Amsal 1 : 1 – 7
1 Amsal-amsal Salomo bin Daud, raja Israel,
2 untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna,
3 untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran,
4 untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda--
5 baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan--
6 untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak.
7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
Di dalam kita membaca Firman kita akan dihadapkan dengan satu tulisan yang kadang kita tidak mengerti konteksnya/penekanannya/situasinya lalu kita akan baca begitu saja sehingga akan ada banyak hal yang terlewatkan. Seperti waktu kita baca tentang Amsal 1. Kita tahu Amsal ditulis oleh Salomo dan Ia menulis kepada generasi yang muda dan kalau kita tahu latar belakang ini, kita akan tahu betapa pentingnya Amsal karena kita melihat kalau baca seluruh kitab Amsal, kita tahu Amsal adalah sebetulnya pesan, seperti pesan terakhir seorang ayah kepada anak seperti kalau ayah sudah mau meninggal, sudah lanjut usianya, dia mau memberikan pesan-pesan kepada anaknya yang masih muda, dia akan lakukan segala cara sesungguhnya untuk memberi satu masukan bahwa Firman Tuhan itu sesuatu hal yang sangat-sangat penting. Sebagai orang tua kita punya satu kerinduan untuk anak kita bisa bertumbuh di dalam kebenaran Firman.
Inilah cara baca kita pada Kitab Amsal, maka sadar atau tidak, posisi kita pada waktu baca Firman, posisinya seperti apa ? Ini penting untuk kita memahami sudut pandang pembaca itu juga harus tepat. Sudut pandang kita sekarang waktu baca, kita ini seolah-olah masih muda, terlepas dari kita mungkin usia sudah senior/hamba Tuhan/aktivis/penatua dsb. Waktu kita membaca Amsal, kita membaca di dalam sudut pandang orang muda yang tidak berpengalaman. Ini penting karena kalau salah dalam sudut pandang akhirnya kita berpikir saya sudah tahu, sudah memperhatikan dll. Kita akan memposisikan diri tidak sesuai dengan yang penulis sedang ingin memposisikan orang yang baca.
Oleh sebab itu waktu membaca, misal kita akan mulai melihat bahwa saya sekarang memposisikan diri sebagai orang yang tidak berpengalaman itu. Dengan starting point, sudut pandang seperti inilah yang akan membuat kita akan terus bertumbuh. Dengan satu sudut pandang yang tepat kita membaca Firman dan kita akan terus bertumbuh karena kita tidak mengambil sudut pandang "oh saya sudah tahu" kadangkan Firman Tuhan malah dipakai untuk tembak orang. Ambillah contoh misalnya ada Hamba Tuhan khotbah di gereja terus jemaatnya dalam hati "aduh pas banget ini, ini Firman memang cocok untuk Bapak itu, harus tobat dia" atau suami istri lagi duduk sama-sama dengar khotbah lalu istri/suami colek pasangan agar dengar. Di dalam suatu proses kita bertumbuh sebagai orang di dalam Tuhan memang ada satu godaan seperti ini yaitu memandang diri benar dan memandang orang lain salah.
Kalau kita lihat di dalam Firman Tuhan, kapan ada orang yang melihat dirinya benar dan orang lain salah, ada tidak ? ada, itulah perjumpaan orang Farisi dan pemungut cukai yang lagi berdoa. Orang Farisi itu bilang "saya tidak seperti orang itu". Coba kita bayangkan, sadar atau tidak kalau sudut pandangnya salah, kita akan menjadi orang Farisi, kita menjadi orang yang membenarkan diri dan kalau sudah begitu, mau baca Firman Tuhan sebanyak apapun hasilnya jadi bagaimana ? Jadi orang Farisi. Ini yang kita tidak harapkan maksudnya tentu membaca Firman lebih baik daripada tidak membaca Firman, itu pasti. Tapi yang kita tidak mau terjadi adalah makin baca Firman makin jadi orang Farisi, ini kecelakaan. Nanti kutip-kutip ayat-ayat yang sering sekali kita lihat, kutip-kutip ayat Firman Tuhan khotbain orang tapi dia lupa bahwa pedang itu bermata dua.
Kita harus selalu ingat Firman Tuhan itu dua matanya yaitu Firman Tuhan itu kalau diberitakan akan mengoreksi yang ngomong dan yang menerima pesan, itu Firman Tuhan. Jadi tanpa satu attitude atau satu sikap yang tepat kita baca Firman maka makin baca makin jadi Farisi. Ini jangan sampai terjadi.
Masih di dalam konteks ini kita tahu memang banyak orang Kristen yang gagal juga baca Firman, ada yang sudah hidup puluhan tahun, baca Firman satu kali juga belum pernah ini sesuatu hal yang memang kita sayangkan. Memang faktanya banyak orang percaya tidak baca Firman. Ada juga orang menjadikan Firman Tuhan sebagai salah satu pencapaian. Hati-hati, Firman Tuhan bukan untuk kita mencapai sesuatu, bukan, membaca Firman itu bukan untuk jadi tambah sombong, baca Firman itu untuk tahu kita orang sombong, itu sudut pandangnya. Baca Firman itu untuk kita tahu bahwa kita ini orang bebal, harus bertobat, ini sudut pandang yang tepat. Jadi kalau kita salah sudut pandang, kita akan merasa diri benar dan orang lain terus yang salah. Jika ketemu orang yang sulit, kita tahu kenapa ada orang yang sulit begitu ? karena dia tidak pernah memposisikan diri sebagai orang yang tidak berpengalaman, kalau di dalam Amsal 1 tadi, dia tidak memposisikan diri sebagai orang muda, dia memposisikan diri sebagai orang yang kelihatannya sudah tahu, ini celaka.
Waktu kita baca Firman sebagai manusia berdosa kita harus selalu sadar kita baca sebagai manusia yang berdosa tapi yang sudah ditebus dan diakui Tuhan. Oleh sebab itu kadangkala waktu kita lagi saat teduh, waktu kita lagi baca Firman, kita itu bisa di dalam kacamata yang lama, kita pakai untuk baca Firman. Contoh : Mazmur 1 : 1 - 2. Setiap orang yang baca bagian ini sadar atau tidak, akan memposisikan dirinya sebagai orang benar yang suka merenungkan Taurat Tuhan, siang dan malam, jarang memposisikan diri "celaka sayalah orang fasik itu yang membuat orang benar mungkin jalannya agak serong". Nanti baca misalnya mengenai cerita tentang Daud dan Goliat kita langsung memposisikan diri sebagai Daud. Nanti gantian Daud dan Batsyeba jatuh dalam dosa kita akan memposisikan diri sebagai Natan. Perspektif atau sudut pandang yang tidak tidak tepat selalu dalam baca Firman, kita ada kecenderungan ini sebagai manusia berdosa. Sekali lagi kita perlu sadar, natur keberdosaan kita itu membuat kita baca dan kita pilih, pilih bagian yang enak buat kita, maka selalu kita akan memilih tokoh protagonis bukan tokoh antagonis dan seterusnya kita akan selalu menempatkan diri sebagai orang yang baik padahal Firman Tuhan justru untuk mengoreksi kita, sudut pandang kita juga harus berubah. Dengan cara pandang demikian kita akan bertumbuh, kita akan tahu kita banyak kekurangan, sombong dan tinggi hati, kita jadi mengenal diri kita.
Jadi membaca Firman Tuhan itu penting dan penting dalam kacamata yang benar. Memang kita harus akui pada akhirnya membaca Firman Tuhan dari waktu ke waktu butuh anugerah Tuhan maka kita berdoa dulu sebelum membaca Firman, minta kekuatan, hikmat bijaksana Tuhan dan kita baca supaya hati kita lembut. Di dalam banyak sekali pembacaan Firman Tuhan kita akan menyadari memang semakin baca, semakin gentar, semakin baca, semakin melihat, waktu kita melihat diri kita berdosa, waktu itulah kita akan makin melihat kemuliaan Tuhan, belas kasihan Tuhan, cinta kasih Tuhan, kesabaran Tuhan dan karakter Dia yang begitu besar, baru itu terjadi.
Tujuan kita baca Alkitab apa ? Kalau kita mau lihat diri sebagai hero kita tidak perlu baca Alkitab tapi ke bioskop untuk melihat saya ini superhero juga seperti di film. Harapannya semakin baca semakin terus dipimpin tiap-tiap waktu dan kita akan bertumbuh hari demi hari. Tiap-tiap bagian Akitab ada konteksnya sehingga perlu berhati-hati waktu kutip-kutip ayat. Semakin hati kita mencintai Firman semakin kita menggali Firman dan siapa yang terberkati tentu kita sendiri, itu anugerah yang Tuhan beri bagi setiap kita yang merenungkan Firman. Setelah baca Firman kiranya makin penuh cinta, makin lembut, jangan makin keras, penuh dengan senyum, cinta kasih, makin mengampuni jangan makin menghakim, ini sesuatu hal yang anti klimaks, bukan baca Firman makin judge mental, tapi makin hati lapang, makin menolong yang lain, makin menutupi kelemahan yang lain, ini arahnya dan itu kita akan dimampukan oleh karya Tuhan dalam hidup kita. Kiranya lewat renungan singkat ini hati kita boleh diteguhkan, dikuatkan dan pada akhirnya makin mencintai Tuhan dan makin mencintai jemaat Tuhan.
Soli Deo Gloria
4 Februari 2024
Christiana Streiff
Kesombongan Yang Menjatuhkan
Kata kesombongan sering kali kita dengar dalam dunia keseharian kita, bahkan di segala sendi kehidupan. Acap kali pula latah kita dengar kata ini.
Apa perbedaannya dengan keangkuhan?
Pikiran pertama dari kita semua, beranggapan bahwa dua kata ini sama tetapi mempunyai pengertian yang berbeda.
Menurut sebuah sumber yang saya baca, arti sombong adalah seseorang yang meninggikan dirinya dengan memamerkan kelebihan atau kekayaan yang dimiliki, sedangkan angkuh adalah bagaimana seseorang meninggikan dirinya dengan memandang rendah orang lain.
Kedua kata ini mempunyai manifestasi yang sama, contohnya dalam hal pelayanan baik di masyarakat atau keluarga, tanpa kita sadari kita sering mengharapkan mendapat pengakuan dari orang lain jika kita dapat melakukan hal- hal yang lebih baik atau orang lain tidak dapat melakukannya. Harapan diakui yang kita tunggu, tidak kita dapatkan akhirnya kita merasa sangat kecewa..
Bagi orang yang tidak mendapatkan pengakuan atau tujuan yang kita harapkan tidak kunjung kita dapatkan akan berakibat kekecewaan yang mendalam bahkan akibat paling buruk, tidak berkenan lagi untuk ikut serta dalam pelayanan.
Banyak sekali hal ini terjadi. Hanya dalam tingkat level masyarakat yang paling kecil sampai tingkat satu negara.
Kejadian yang sekarang sedang dialami beberapa pihak di Indonesia dalam masa kampanye menuju pesta demokrasi, banyak terjadi dalam beberapa kelompok masyarakat yang kecewa terhadap pemimpin mereka.
Bahkan ungkapan mulai bermunculan dengan bahasa ‘penguasa’ karena ketidaksukaan mereka terhadap pemimpin yang sebelumnya mereka puja dan selalu elu- elukan bahkan percaya.
Begitulah ada campur tangan kesalahan kita juga yang terlalu memuja pemimpin kita, seharusnya yang kita puja, Tuhan Yesus - sang empunya kehidupan dan kasih. Refleksi untuk kita masukan dalam doa dan saat teduh kita sembari memohon hikmat bagi langkah kehidupan kita juga dalam menghadapi pesta demokrasi untuk memilih pemimpin masa datang bagi bangsa Indonesia.
Kesombongan dapat menghinggapi siapapun tanpa kecuali. Sosok pemimpin baik itu di semua tingkat pemerintahan atau dalam organisasi atau sendi kehidupan berkarya, tidak sepatutnya memperlihatkan kekuasaan yang dimilikinya . Sekecil apapun rasa kuasa atau pemahaman saya punya kuasa. Karena tanpa disadari menjadi suatu kesombongan yang luar biasa, akibatnya akan merusak pelayanan.
Semua orang yang terlibat dalam pemerintahan terlebih seorang pemimpin dalam lembaga / institusi apapun adalah Pelayan masyarakat , bukan sebaliknya, mereka dilayani rakyat. Justru Tuannya mereka adalah rakyat.
Jika kesombongan sudah merasuki diri kita, kehancuran perlahan yang merusak kepribadian kita. Apalagi jika telah diperingatkan secara berulang sebagai teman, kawan dan guru bahkan masyarakat awam ternyata nasehat dan himbauan tidak diindahkan, maka yang teelihat adalah keangkuhan.
Sebagai orang Kristen, kita selalu diingatkan dalam firman Tuhan:
Amsal 16:
18) Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.
Dalam Perhanjian Lama pun, juga telah ditulis tentang kisah menara Babel.
Menara Babel dijelaskan di kitab Kejadian 11:1-9. Setelah peristiwa air bah, Allah memerintahkan manusia untuk "bertambah banyaklah serta penuhilah bumi" (Kejadian 9:1).
Manusia justru melakukan hal yang sebaliknya. "Juga kata mereka: 'Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi'" (Kejadian 11:4).
Manusia memutuskan untuk membangun sebuah kota besar dan berkumpul di sana. Mereka memutuskan untuk membangun sebuah menara raksasa sebagai simbol kekuasaan mereka, untuk mencari kemuliaan dirinya.
Sebagai refleksi, apakah kita telah menghancurkan menara Babel di dalam diri kita? Perenungan dan suatu proses yang kita harus berani hadapi jika memang kita harus melalui proses tersebut, untuk kebaikan diri kita.
Sebagai pengikut Kristus , kita pun harus berani menyangkal diri.
Menyangkal diri biasanya sering diartikan dengan meninggalkan sesuatu yang baik dan diinginkan seperti keberhasilan karir dan kenyamanan materi, demi mengikut Kristus. Namun, banyak yang enggan meninggalkan karakter yang buruk demi mengikut Kristus.
Semua hal yang telah saya sampaikan , banyak terlihat di dunia maya dan dunia nyata. Banyak pula contoh yang kita lihat sebagai sosok atau figur yang menjadi idola kita dapat kita jadikan contoh, yang bermanifestasi kesombongan dan keangkuhan sampai beranikah menyangkal diri.
Hanya kita yang dapat mengenal diri kita masing masing. Patutkah juga, kita menjaga diri kita dalam bertindak, bersikap dan berkata. Jangan sampai orang lain menegur berulang kali dan kita tidak mau menghadapi kenyataan bahwa kita sebagai pengikut Kristus harus berani menyangkal diri dan lupa menyadari bahwa kesombongan akan menghancurkan secara perlahan apa yang telah kita buat dan karyakan sejauh perjalanan kita sampai waktu kita selesai di dunia.
Amsal 29:23
Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian.
21 Januari 2024
Alfonco Sinaga
Kebenaran Itu Akan Mencari Jalannya Sendiri
Kebenaran itu adalah sebuah hukum yang tidak dapat dibantah oleh sebuah pemikiran, tafsir atau keyakinan. Kebenaran itu adalah sebuah harga mutlak yang tidak dapat diganggu gugat. Ibarat matahari yang selalu terbit dari ufuk timur dan terbenam di ufuk barat. Betapapun kekuatan seorang atau sekelompok orang di dunia ini, tidak ada yang mampu merubah hukum alam tersebut. Hukum yang telah ditentukan sedemikian rupa oleh penciptanya sehingga tidak ada sebuah kekuatan apapun yang dapat merubah kemauannya atau tidak ada satu kekuatan apapun yang mampu merekayasanya.
Seandainya pun semua ilmuwan berusaha membantah sebuah kebenaran, tapi tetap saja kebenaran itu tidak dapat berubah, sebab kebenaran itu adalah sebuah fakta. Ibarat air yang mengalir akan selalu mencari tempat yang lebih rendah, demikian juga sebuah kebenaran akan selalu mencari jalannya sendiri, meskipun semua orang menutup jalannya. Tidak ada yang mampu menahan kekuatan air bukan? Apakah air itu yang berada di lautan samudera, atau di atas pegunungan, atau di lembah-lembah, tapi air tersebut memiliki kekuatan laten yang sudah terkandung pada zat air tersebut. Bahkan bila ada kekuatan yang menghalangi alirannya maka air tersebut akan perlahan-lahan menghancurkan segala penghalang tersebut.
Kadangkala air tentu saja dapat dibendung untuk sementara waktu, untuk batasan volume tertentu, tetapi setelah itu kekuatan air tersebut akan kembali melampaui daya tampung bendungannya, lalu air tersebut akan mencari jalan keluar sendiri. Demikian pula sebuah kebenaran meskipun ada kekuatan lain yang menghalangi, atau menghambat, tapi suatu ketika kebenaran itu akan melimpah kekuatannya, karena kekuatannya benar-benar hidup dan tidak pernah mati, sebab kebenaran itu berasal dari mata air kehidupan yaitu Firman Tuhan.
Kita sebagai manusia yang berasal dari Tuhan, maka sejatinya kita harus memiliki dan memegang teguh kebenaran tersebut, yaitu kebenaran Firman Tuhan yang berasal dari Tuhan itu sendiri. Kita harus menjaga hidup benar, jalan yang benar, prinsip yang benar, motivasi yang benar, tujuan yang benar, cara berbicara yang benar, cara berpikir yang benar, cara pandang yang benar, cara menjawab yang benar. Dengan praktek-praktek kehidupan seperti itulah maka kekuatan dari Tuhan akan berada tinggal bersama-sama dengan kita dan dari kita akan terpancar kehidupan dan kekuatan.
Amsal 4 : 18 “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang akan bertambah terang sampai rembang tengah hari “.
Amsal 4:19 “Jalan orang fasik itu seperti kegelapan, mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung”.
Begitu jelasnya perbedaan jalan orang benar dan jalan orang fasik. Orang benar itu diibaratkan seperti cahaya matahari pagi (fajar) yang semakin beranjak siang hari semakin terang hingga rembang (tengah) hari. Demikian pula sebaliknya jalan orang fasik itu seperti kegelapan, mereka menganggap jalannya benar tapi pada suatu saat mereka akan tersandung karena mereka tidak sadar telah berjalan di dalam kegelapan.
Judul tulisan ini cukup sering digunakan oleh orang-orang yang berada dalam tekanan hidup yang disebabkan oleh pembelaan mereka terhadap hal-hal yang benar, tapi kebanyakan orang menentang mereka, sehingga orang-orang benar itu merasakan keletihan dan kelelahan, kadang mereka serasa tidak ada kekuatan yang disebabkan tekanan yang begitu dahsyat dari orang-orang yang berusaha menekan bahkan membunuh karakter mereka yang selalu berjalan lurus membela kebenaran dan keadilan.
Baru-baru ini ada sebuah partai politik ternama di Indonesia yang mengambil tema «Kebenaran akan mencari jalannya sendiri» karena mereka merasakan ada kekuatan-keuatan lain yang ingin menghancurkan perjuangan partai mereka yang ingin menegakkan keadilan dan kejujuran di negaranya. Dan itu sudah benar, kita tidak perlu bersusah hati atau tidak perlu harus melacurkan diri demi sebuah kekuasaan atau pengaruh dengan menyerahkan kebenaran itu seolah-olah hanya menjadi milik mereka yang kuat atau mereka yang kuasa. Sebaliknya kita haruslah percaya bahwa kebenaran itu ibarat air tadi, dia hanya menunggu waktu hingga melebihi daya tampung maka air tersebut pada waktunya akan meluap dan menghancurkan kekuatan-kekuatan yang berusaha membendungnya, dengan syarat air tersebut harus terus mengalir dan harus memiliki sumber mata air yang abadi yaitu kebenaran dari Firman Tuhan.
Bila terus memelihara sumber kebenaran tersebut, dan menjadi gaya hidup serta menjadi prinsip hidup maka kita sebagai manusia tidak perlu kuatir akan himpitan dan desakan dengan bentuk apapun atau dengan berbagai tekanan apapun karena kebenaran yang kita punya akan mencari jalannya sendiri untuk menghancurkan kefasikan dan kemunafikan dunia ini. Mari kita terus hidup di jalan yang benar meskipun kita harus berjalan sendiri.
Amin.
7 Januari 2024
Vivianne Studler
BIARKAN TUHAN BERJALAN DI DEPANMU DAN BERSAMAMU
Ulangan 31: 6-8
Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.
Dalam memulai, memasuki dan menapaki tahun baru , saya menetapkan ayat Alkitab yang diambil dari Kitab Ulangan 31: 6-8 sebagai ayat penuntun di tahun 2024 ini.
Sebelum memulai sesuatu hal yang baru, biasanya orang sudah mulai mereka-reka dan merencanakan segala sesuatunya sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya.
Begitu pula dengan kita, tentu kita semua sudah mulai membuat rencana-rencana untuk di tahun 2024 ini. Baik itu rencana dalam hal pekerjaan, organisasi dan juga pribadi. Mungkin ada yang sudah merencanakan akan liburan kemana tahun ini, atau mungkin ada yang ingin membeli barang baru, mungkin ada yang mau pindah rumah, ada yang mau menikah, mau melanjutkan sekolah dan masih banyak lagi.
Tidak ada yang salah dengan semua rencana tersebut, bahkan menurut saya memiliki sebuah rencana dan memikirkannya serta melaksanakannya adalah hal yang baik daripada hidup tidak memiliki rencana apa-apa dan tanpa tujuan.
Hanya saja kita sering terburu-buru dalam membuat suatu rencana, kadang-kadang kita lupa bertanya kepada Tuhan apakah yang Tuhan inginkan agar kita perbuat? Apakah yang kita lakukan seturut dengan kehendakNya?.
Betapa seringnya kita lupa mengikutsertakan Tuhan dalam rencana-rencana kita. Kadang kita merasa diri kita cukup mampu untuk melakukan segala sesuatunya sendiri, padahal kemampuan atau kepandaian yang kita miliki itu juga adalah karunia Tuhan semata.
Karena itu, diawal tahun ini, saya ingin mengajak kita semua untuk membiarkan Tuhan berjalan didepan kita dan biarkan Dia sendiri yang memimpin jalan kita, niscaya kita tidak akan salah langkah karena Dialah pemandu kita.
Bukan hanya itu saja, tapi Tuhan juga akan berjalan bersama-sama dengan kita bahkan menuntun tangan kita. Ada kalanya Dia juga menggendong kita jika kita sudah merasa tidak mampu lagi untuk berjalan.
Seperti Musa mengingatkan bangsa Israel dan juga Yoshua agar mereka tidak takut untuk berjalan dan masuk ke negeri yang dijanjikan Tuhan, mari kita juga menguatkan hati kita dalam menapaki tahun 2024 ini.
Mungkin akan ada batu-batu kerikil dalam perjalanan kita, mungkin ada badai, mungkin ada ujian-ujian dan hal-hal lain yang tidak kita harapkan atau inginkan, tapi ingat bahwa Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depan kita, Dia sendiri yang akan menyertai kita dan Dia tidak akan membiarkan apalagi meninggalkan kita, karena itu janganlah kita takut.
Kiranya di tahun 2024 ini, kita dapat lebih peka lagi dalam mendengar suara Tuhan yang memimpin jalan kita dan kita bisa lebih mengerti lagi rencana Tuhan dalam hidup kita.
Dan janganlah hendaknya kerajinan kita menjadi kendor, tetapi biarlah roh kita semakin menyala-nyala dan terus melayani Tuhan
(Roma 12:11)