26 Desember 2021
Christiana Streiff
Pengampunan Yang Membebaskan
Berdamai dengan Tuhan Yesus Kristus, diantaranya, mengasihi sesama dan saling mengasihi.
Dalam kehidupan kita masing-masing, pasti kita pernah mengalami dilema dengan timbulnya suatu pertanyaan dalam hati kita. Bisakah saya memaafkan orang yang telah melukai hati saya, bahkan melupakan apa yang pernah diperbuat orang tersebut?
Tidak mudah jika pertanyaan itu menghampiri di benak kita, meskipun hanya selintas saja ….
Hal yang saya alami dan menjadi kesaksian saya kali ini, bermula sulitnya saya memaafkan seseorang dan hal tersebut berakhir dengan ketidakmampuan saya untuk menyampaikan ucapan selamat kepada yang bersangkutan di hari-hari penting dan bersejarah.
Itu adakah keputusan saya dan saya pun lebih baik tidak berhubungan dengan orang tersebut.
Apakah hal tersebut mendidik kita?
Pada awalnya, seperti ada kepuasan tersendiri karena berhasil membalas perbuatan yang tidak dapat saya terima dari orang tersebut.
Dengan berjalannya waktu dan tanpa saya sadari, saya telah membawa semua pikiran dan perasaaan negatif tersebut dan acap kali menganggu pikiran saya.
Saya maafkan atau tidak?
Pertanyaan yang kadang singgah dan menghantui pikiran saya, sampai pada suatu saat kita semua dihadapkan pada saat pandemi seperti yang masih berlangsung hingga sekarang ini. Banyak hal dalam kehidupan menyadarkan kita, bahwa hidup ini sangat singkat, hidup ini perlu kita nikmati, berinteraksi dalam banyak hal dengan sesama, saling mengasihi, saling menghormati satu dengan yang lain, selagi kita masih diberi kesempatan. Kita persiapkan diri kita di tahun-tahun yang masih ada ini untuk melakukan hal-hal yang baik. Persiapkan diri kita masing-masing sebelum waktuNya tiba dan kita dipanggil pulang ke rumah abadi, Rumah Bapa di surga.
Dari pengalaman saya, karena kepahitan mempengaruhi sukacita kita dalam menempuh hari demi hari. Seakan, hati kita seperti terbelenggu oleh sesuatu.
Karena manusia terdiri dari roh, jiwa dan tubuh sementara pikiran yang adalah bagian dari jiwa kita dan jika pikiran ini terbelenggu maka akan mempengaruhi kehidupan manusia roh kita, meskipun kita berpura pura untuk dapat menutupinya.
Dan ini tentu saja akan berdampak juga terhadap tubuh kita dan tanpa kita sadari akan membuat tubuh kita menjadi lelah.
Karena itu mari kita minta belas kasih dan pengampunan dari Bapa di surga untuk memampukan kita mengampuni sesama kita. Di saat saya berdoa untuk meminta kekuatan untuk mengampuni, selalu ada suara-suara hati yang tidak berkenan bahkan melintas dengan kalimat, “lebih baik tidak usah dipersoalkan dan lebih baik melupakannya.” menurut saya bukan pengajaran yang baik.
Pada suatu saat, saya mendengar kotbah dari seorang Romo, yang berpesan:
“ Dalam hidup ini, selalu bersukacitalah. Bersyukur dalam tiap kesempatan dan menikmati karunia kasih Tuhan Yesus kepada kita. Berdamailah dengan Tuhan Yesus dan mengasihi sesama.“
Saya refleksikan kembali, hal yang telah saya alami, sebagai bahan untuk introspeksi diri, apakah saya telah melakukannya?
Betapa kita, manusia-meskipun serupa Anak Allah, tak mampu melakukannya, tanpa bantuan Roh Kudus dan Iman.
Seperti telah ditulis dalam Galatia 5, 22-23:
22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Hari Natal, kita memperingati kelahiran Tuhan Yesus, Sang Anak yang telah diutus dan berkenan lahir di bumi untuk menebus dosa- dosa kita, manusia. Terjadi, karena Kasih Bapa di surga kepada kita semua.
Sebagai salah satu kesaksian, saya mengucapkan Selamat ulang tahun kepada kawan dan sahabat yang pada mulanya saya hanya ingin melupakan saja, karena sakit hati dan tidak akan ada pengampunan.
Tetapi karena Kasih Allah Tuhan Yesus yang telah memampukan saya, untuk memafkan dan mengampuninya. Keinginan dan niat saya, supaya manusia Roh saya semakin bertumbuh dan menghasilkan buah-buah yang baru.
Roh Kasih yang sabar, seperti kesabaran Yesus dalam setiap perjalanan kehidupan saya.
Saling mengampuni membebaskan kita. Firman Tuhan telah mengatakan:
Efesus 4:32
‘’Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu’’
Berdamai dengan Tuhan Yesus. Dan salah satu ajaranNya, adalah mengasihi sesama. Harus dimulai dari diri kita terlebih dahulu. kita tidak perlu menunggu perubahan dari orang lain. Buah Roh, Kasih dan Kesabaran, dimana orang lain yang akan menilai kita, apakah kita telah berubah atau belum. Buah Roh, Kesabaran, apakah kita masih mengeraskan hati atau kita telah melangkah lebih maju demi pembaharuan manusia roh kita, seperti menyambut hari-hari baru yang akan kita isi dengan hal dan maksud baik, yang telah dipersiapkan oleh Tuhan Yesus.
Soli deo Gloria.
19 Desember 2021
Cynthia Kaluntas Lebet
Adakah Kita Waspada Dengan Ajaran Yang Kita Dengar? (2)
Saya pernah melihat ada orang yang begitu berani mengajar bahwa kita orang Kristen hanya perlu mengikuti perkataan Paulus karena Paulus yang diutus Tuhan untuk menginjili di luar bangsa Israel (Kisah Para Rasul 13 : 2), dan perkataan Yesaya tidak perlu di dengar karena itu ditujukan kepada orang Israel. Beliau begitu berapi-api sehingga yang dengar tidak bisa bilang apa-apa dan hanya manggut-manggut. Situasi seperti ini sering terjadi karena banyak orang Kristen tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh sehingga tidak bisa menjawab apapun sekalipun mungkin dalam hati merasa ini kayaknya tidak benar tapi tidak berani bicara karena takut. Yang sering terjadi orang menempatkan berani di posisi pertama, berani menyatakan pemikirannnya sendiri dengan berapi-api padahal seharusnya benar dulu sesuai Firman, kemudian berani mengajar dan kiranya setia selamanya dalam anugerah Tuhan.
Saya mengangkat bagian ini untuk kita boleh lebih peka akan ajaran yang kita terima, boleh berhati-hati, menguji segala sesuatu apakah sesuai Firman atau tidak. Tentunya ketika saya menulis seperti ini bukan berarti saya selalu tahu mana yang benar, tidak saudara-saudara, justru karena saya masih terlalu jauh dari memahami kedalaman, keindahan, keluasan Firman sehingga saya terus ingin belajar dan berhati-hati dalam menerima ajaran dan apa yang saya yakin salah akan saya sampaikan agar orang lain tidak salah.
Saat ini moment Natal adalah moment yang sangat baik mengingatkan kita, kembali ke Firman Tuhan. Cinta Bapa yang begitu besar sehinggga memberikan Putra Tunggal-Nya bagi kita manusia yang kelahiran-Nya akan kita rayakan di seluruh dunia. Juga pandemi yang berkepanjangan menjadi satu moment untuk sungguh-sungguh memperbaiki diri menjadi pelaku Firman. Pandemi menjadi bagian dimana manusia menyadari kalau maut begitu mudah kelihatannya mengambil kita dari dunia ini. Saya percaya ini juga satu cara Tuhan untuk menegur manusia agar berbalik ke Tuhan, agar mencari Tuhan dengan segenap hati dan segenap kekuatan.
Tulisan Rasul Paulus mendominasi kitab Perjanjian Baru dimana 13 buku ditulis oleh Rasul Paulus baik secara langsung atau tidak (14 buku jika dihitung dengan Kitab Ibrani yang tidak mengungkapkan siapa penulisnya namun dari cara penulisan mengarah ke Paulus). Rasul Paulus adalah Rasul yang melayani setelah Yesus tidak ada lagi di dunia (dalam bentuk fisik manusia) namun mengalami pertemuan dengan Yesus sendiri ketika dalam perjalanan ke Damsyik untuk membunuh pengikut Kristus sehingga menjadi pengikut Kristus yang setia.
Rasul Paulus yang nama aslinya Saulus berasal dari kata Saul (mengingatkan Raja Israel yang pertama) dan juga berasal dari suku Benyamin sama dengan Raja Saul. Rasul Paulus dididik oleh Gamaliel tentang kitab-kitab Perjanjian Lama (hukum nenek moyang kita Kis 22 : 3) sehingga ajaran-ajaran dari Rasul Paulus didasarkan akan Perjanjian Lama dan tentunya termasuk Kitab Yesaya didalamnya sehingga kita tidak bisa menganggap kalau Kitab Yesaya tidak perlu diperhatikan sebagai orang Kristen dari luar Israel apalagi dalam kitab Yesaya banyak berbicara tentang nubuat-nubuat tentang Kristus (Yesaya 7 : 14; 9 : 1-2; 9 : 6; 11 : 12; 53 : 5)
Kisah Para Rasul 22 : 3 "Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini.
Rasul Paulus juga dengan tegas menyatakan keabsahan Alkitab seperti dalam
1 Timotius 4 : 13 Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar.
Rasul Paulus mengingatkan Timotius agar bertekun dalam membaca Kitab-kitab Suci dimana tentunya ini menunjuk ke Kitab-kitab Perjanjian Lama.
1 Timotius 3 : 15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.
Ini sekali lagi yang dimaksud adalah Kitab-kitab Perjanjian Lama, karena tulisan-tulisan Rasul Paulus baru ada sekitar akhir 40an setelah Masehi (ada pendapat lain juga setelah tahun 50an penulisan Kitab-kitab Paulus).
1 Timotius 3 : 16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Paulus mengkonfirmasikan bahwa seluruh Alkitab adalah Firman Allah yang harus kita pelajari, hidupi dan kerjakan.
Kita tidak bisa mengambil bagian-bagian tertentu dalam Alkitab apalagi untuk kepentingan kita atau karena itu menguntungkan kita. Sebagai orang Kristen kita menerima keseluruhan isi Alkitab sehingga ketika ada orang yang hanya mengambil bagian-bagian tertentu dia simply bukan orang Kristen, bukan pengikut Kristus. Kita tidak bisa hanya memilih bagian mana yang bisa mendukung kesaksian kita dan menjelaskan bahwa bagian lain yang sepertinya bertentangan tidak perlu dianggap.
Kita tidak bisa memakai Firman untuk melayani diri kita sendiri, untuk mendukung kelakuan kita, justifikasi diri. Kita juga tidak bisa hanya memilih bagian Alkitab yang nyaman untuk telinga kita atau telinga orang lain. Kita harus mengutamakan perasaan Tuhan dan bukan perasaan manusia karena ketika kita memilih membuat nyaman telinga orang dan bukan kebenaran berarti kita kompromi dan kita lebih takut manusia daripada Tuhan.
Kiranya kita semua semakin kuat dalam Tuhan, takut Tuhan bukan karena takut penghukuman tetapi takut dengan hormat dan kasih karena tahu kita sudah dikasihi terlebih dahulu. Selamat merayakan Natal Yesus Kristus kiranya tahun 2022 akan semakin membawa kita lebih dekat lagi kepada Tuhan. LAUS DEO
12 Desember 2021
Demita Klassen
Terang Besar Di tengah Kegelapan – Sebuah Renungan Menjelang Natal
„Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya.“ (Yesaya 9:5-6)
Ketika memasuki musim dingin di belahan bumi utara, matahari terbenam pada waktu yang berbeda-beda. Semakin utara posisi suatu tempat, maka akan semakin cepat matahari terbenam. Ada tempat dimana matahari sudah terbenam jam 4 sore, bahkan jam 2 sore, dan ada juga tempat yang matahari tidak pernah terbit selama beberapa minggu, yang ada hanyalah kegelapan semata. Dan yang uniknya, kegelapan dalam musim dingin ini berbeda dengan kegelapan pada musim panas. Kegelapan pada musim dingin ini seperti lebih pekat daripada musim lainnya dan terasa mencekam. Tidak heran kalau pada musim dingin orang lebih suka masuk di dalam rumah daripada beraktivitas outdoor, karena selain diluar dingin, juga di dalam rumah lebih banyak cahaya dan kehangatan.
Kegelapan yang mencekam di musim dingin di belahan bumi utara ini seperti menggambarkan kegelapan yang mencekam yang dialami manusia melalui penderitaan, penganiayaan, kesukaran, kesakitan, dari masa ke masa sejak penciptaan hingga saat ini. Sebut saja saat Adam dan Eva diusir keluar dari taman Eden karena mereka melanggar perintah Allah. Hubungan mereka rusak dengan Tuhan Allah dan mereka mengembara dan dengan susah payah hidup dari tanah yang kering gersang. Ayub yang menderita karena tangan Tuhan yang kuat menekannya dan dia diijinkan mengalami banyak penderitaan dan pencobaan. Umat pilihan Tuhan yang sangat menderita ratusan tahun di Mesir dibawah tekanan Firaun yang memperbudak mereka. Generasi demi generasi, masa demi masa melihat, menyaksikan dan mengalami getirnya hidup penuh dengan pergumulan dan penderitaan akibat dosa dan perpisahan dengan Tuhan Allah yang dimulai dari kejatuhan dosa di taman Eden.
Setelah memasuki tanah perjanjian, bangsa Israel hidup semakin lama semakin menjauh dari perintah Tuhan, dan melakukan hal-hal yang jahat dan mendukakan hati Tuhan. Berkali-kali Tuhan membangkitkan nabi-nabi yang memberikan peringatan akan bencana dan penghukuman yang akan datang karena ketidak-taatan bangsa Israel.
Di tahun 700 SM Tuhan membangkitkan Nabi Yesaya untuk sekali lagi memberikan peringatan pada bangsa Israel akan penghakiman yang akan datang, dan mengingatkan bangsa Israel untuk berbalik dari penyembahan berhala. Selama sekitar 63 tahun (dari tahun 700- 687SM) dalam masa pemerintahan 4 raja-raja yaitu Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia (2 Raja-Raja 15-20 dan 2 Tawarikh 26-32) Yesaya menyampaikan peringatan-peringatan dan nubuatan-nubuatannya kepada bangsa Israel. Tapi karena kekerasan hatinya, umat Tuhan ini justru semakin memberontak, akhirnya penghakiman itu jatuh atas umat Tuhan. Kerajaan Israel Selatan yaitu Yehuda pertama-tama diserbu oleh Kerajaan Asyur dan kemudian dijatuhkan oleh Kerajaan Babel. Bait Allah dihancurkan, segala harta kekayaan yang dimiliki sekaligus juga seluruh umat Tuhan dibawa ke Kerajaan Babel sebagai tawanan perang. Dan pembuangan ke Babel ini sungguh terjadi dan digenapi 100 tahun sesudah Nabi Yesaya bernubuat.
Umat Tuhan jatuh terpuruk di dalam kegelapan yang kelam, dalam suatu krisis yang tampaknya tanpa pengharapan dan jalan keluar. Secara spiritual mereka sebetulnya berada dalam kegelapan, dimana mereka telah terbiasa hidup tanpa Tuhan dan melakukan penyembahan berhala dan hal-hal yang sangat mendukakan hati Tuhan. Sungguh keadaan yang menyedihkan!
Namun, sangatlah ajaib! Di tengah situasi yang kelam dan gelap itu, Allah berkenan menyatakan anugerahNya. Kasih setia Allah melampaui segala dosa dan pemberontakan bangsa Israel. Allah bertindak menyelamatkan umatNya berdasarkan anugerah dan kemurahanNya sendiri.
Dalam Yesaya 9, Tuhan menyampaikan suatu janji dan nubuat pengharapan kepada bangsa yang sedang menuju pada penghakiman. Allah mau menyatakan keselamatanNya sehingga “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar“ (Yesaya 9:1). Umat Israel yang sedang menuju kekelaman dan kegelapan akan memperoleh anugerah Tuhan yang besar sehingga mereka dapat memiliki pengharapan akan adanya terang besar yang akan datang. Terang ini tentunya menjadi sumber sukacita dan dapat menggantikan kesedihan dan penderitaan yang mereka akan alami dalam masa pengasingan di kerajaan Babel nanti. “Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan.“ (Yesaya 9:2). Bagaimana mungkin mereka bisa bersorak-sorai seperti saat panen, ketika mereka dihadapkan pada situasi yang sangat kelam dan mereka ada di tempat yang jauh dari negeri mereka sebagai tawanan perang? Sebagaimana lilin yang menyala di tengah kegelapan yang pekat, janji Tuhan akan datangnya suatu masa penuh sukacita besar dapat memberikan pengharapan dan kekuatan pada umat Israel. Nabi Yesaya kemudian menyampaikan janji Tuhan akan datangnya seorang Mesias yang akan lahir dari tengah-tengah mereka.
„Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang Putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya.“ (Yesaya 9:5-6)
Sungguh luar biasa, bahwa Nabi Yesaya telah menubuatkan akan datangnya seorang Mesias 700 tahun sebelum hal itu terjadi. Ini menjadi bukti bahwa Alkitab benar-benar adalah perkataan yang diilhami oleh Tuhan Allah. Bangsa Israel mendambakan adanya perdamaian dimana mereka tidak harus terus menerus merasakan ketakutan akan kemungkinan serangan dan penaklukan dari bangsa-bangsa besar lain di sekitar mereka. Perdamaian saat itu seringkali harus dipertahankan dengan kekerasan dan kekuatan militer. Tetapi akan datang masanya dimana „damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas tahta Daud dan di dalam kerajaannya“ akan tiba, saat Mesias itu hadir.
Mesias yang dijanjikan ini bukanlah sekedar raja yang biasa-biasa saja, karena Dia memiliki sifat-sifat Ilahi dan urapan Ilahi sehingga pada masa kekuasaannya akan ada damai sejahtera yang tidak berkesudahan.
“Seorang Putera diberikan…” Kebenaran yang terutama dari ayat ini, Mesias adalah pemberian dari Tuhan Allah, Tuhan yang adalah kasih. Umat manusia yang berdosa sama sekali tidak memiliki hak atas Anak ini, dan sangat tidak layak untuk menerimaNya, tetapi walaupun demikian Tuhan Allah memberikan dengan sukarela AnakNya yang tunggal untuk menjadi korban bagi dosa-dosa dunia.
Pada saat kita merayakan natal, inilah yang seharusnya kita renungi dan syukuri, bahwa “seorang Putera telah diberikan” kepada kita manusia berdosa yang tidak layak. Ketika kita melakukan ini, maka hati kita akan meluap dengan ucapan syukur. Inilah esensi natal yang sesungguhnya. Jangan sampai kita merayakan natal sebagai rutinitas, pergi ke perayaan-perayaan natal untuk berkumpul dengan banyak orang dan makan yang enak-enak tapi melupakan esensi dari natal itu sendiri.
Di dalam Yesaya 9:5 ini dikatakan bahwa “Putera yang diberikan” ini memiliki Karakteristik dan Nama yang menunjukkan sifat keilahianNya :
Penasihat Ajaib (Wonderful Counsellor) :
Sebutan sebagai Penasihat (Counsellor) ini juga dapat dibandingkan dengan Yesaya 28:29 yang menyatakan bahwa “YHWH is wonderful in counsel” (Tuhan semesta alam, Ajaib dalam dalam keputusan). Mesias memiliki Roh hikmat Allah yang melampaui kebijaksanaan manusia di sepanjang masa, karena Dia sendiri adalah Allah yang mengambil rupa manusia. Yang biasanya memerlukan penasihat pada jaman dahulu ada raja-raja sehingga mereka dapat memberikan keputusan yang paling baik dalam berbagai tantangan dan permasalahan yang mereka hadapi. Sebagai anak-anak Tuhan, kita pun dipanggil untuk menjadi Imamat yang Rajani (1 Petrus 2:9), dan kita selalu bisa datang meminta hikmat kepada sang Penasihat Ajaib, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.
Allah yang Perkasa (Mighty God, dalam Bahasa Ibrani „EL GIBOR“)
Dalam Yes 10:21 istilah yang persis sama (EL GIBOR) digunakan untuk Allah. Jadi bahwa di sini nama ini diberikan kepada Mesias yang menunjukkan bahwa Ia adalah Allah. Mesias yang dijanjikan ini adalah Allah yang perkasa, yang mampu memenangkan peperangan dengan musuh utama manusia, yaitu kuasa dosa. Dengan kuasa dan hikmatNya, dosa dan kegelapan akan ditundukkan dan manusia akan dibebaskan dari belenggu dosa. Apa yang harus dilakukan oleh Mesias, tidak akan dapat dilakukan oleh apapun yang lebih rendah dari Allah. Ia harus menebus umat manusia, Dia harus mengalahkan kuasa dosa dan maut, Dia harus menang atas setan dan Dia harus menjadi Korban yang sempurna.
Bapa yang Kekal (Everlasting Father):
Merupakan kebiasaan orang timur di jaman dulu untuk menyebut seorang dengan kualitas karakter yang paling menonjol, bapa. Misalnya dalam budaya ibrani orang yang sangat bijaksana akan dipanggil sebagai “bapak hikmat”. Kualitas yang menonjol dianggap sebagai anak dan orang itu adalah “bapa” yang memperanakkan suatu kualitas. Bapa yang kekal, istilah ini dapat dimengerti bahwa sang Mesias memiliki karakter utama yaitu kekekalan, yang adalah karakter yang hanya dimiliki oleh Allah sendiri. Panggilan sebagai “Bapa yang kekal” menunjukkan kekekalan Mesias, bahwa Dia adalah pencipta, sumber dan pemelihara dari kekekalan. Dan karena karakter kekalnya ini, maka pemerintahan dari kerajaanNya tidak akan berkesudahan.
Raja Damai (Prince of peace):
Mesias disebut sebagai Raja Damai karena dialah yang akan (dalam nubuatan Yesaya 700 tahun sebelum kedatangan Mesias) mendamaikan manusia dengan Allah, dari perseteruan dan keterpisahan mereka karena kejatuhan dosa. Ia memberikan damai dalam hati setiap orang yang percaya kepadaNya. Dan di dalam Mesias, hubungan-hubungan akan dapat dipulihkan sehingga tercipta damai yang sejati.
Nama-nama yang luar biasa yang menunjukkan sifat keilahian dari Mesias yang akan datang telah dinubuatkan nabi Yesaya dalam Yesaya 9:5. Dan penggenapannya sungguh terjadi Ketika Mesias datang dalam sejarah umat manusia, sebagai Yesus Kristus. Ia diberi nama “Immanuel” yang artinya “Tuhan menyertai kita.” Yesus dilahirkan di dunia saat bangsa Israel sekali lagi mengalami masa kegelapan dan penindasan dibawah penjajahan bangsa Romawi. Tapi pertolongan Tuhan tidak dinyatakan dalam bentuk kekuasaan dan kekuatan militer yang dapat melawan kerajaan Romawi. Dalam kegelapan Tuhan mengutus Mesias yang lahir di kandang binatang yang sederhana, jauh dari gemerlapnya kekuasaan dan kekayaan. Sang Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai itu hadir dalam palungan hewan, dalam kesederhanaan dan kemiskinan. Sukacita besar yang dinubuatkan nabi Yesaya, tampak Ketika para gembala bersukacita karena mendengar bala tentara surga yang menyanyikan pujian menyambut kelahiran sang Mesias ini.
Saat ini seluruh dunia sedang berjuang, berduka, bergumul karena pandemic Covid-19 yang berkepanjangan. Data terakhir per tanggal 10.12.2021 menunjukkan angka 269 juta jiwa yang terpapar dan 5,29 juta jiwa yang telah meninggal karena Covid-19 di seluruh dunia. Dan saat banyak pihak merasa sudah mengalami kemenangan dalam perang melawan virus ini, dunia kembali digoncangkan dengan munculnya varian virus baru yang pertama dikenali di Afrika Selatan, yang dinamakan varian Omicron. Virus ini telah begitu banyak bermutasi sehingga dikuatirkan dapat menembus sistem pertahanan tubuh yang telah dibentuk oleh vaksin yang kita terima. Kita tidak pernah tahu akan berapa lama lagi dan berapa panjang perjuangan kita melawan virus ini. Sudah begitu banyak korban jatuh, begitu banyak orang menderita, kehilangan orang yang dikasihi, kehilangan pekerjaan, kehilangan kesempatan mendapat pendidikan, dan mungkin juga kehilangan harapan. Masa yang dapat disebutkan sebagai masa kegelapan. Tapi jangan berkecil hati!
Semakin pekat kegelapan itu, maka semakin berarti dan semakin indah arti dari sebuah cahaya. Di dalam kegelapan ini, marilah kita semakin memandang pada sumber terang itu, Dia yang mengatakan bahwa “Akulah terang dunia” (Yohanes 8:12) dan barangsiapa mengikut Dia maka orang itu tidak akan berjalan dalam kegelapan.
Sebentar lagi kita akan merayakan natal, menyambut kedatangan Mesias, sang Juru Selamat.
Mari kita terus menaikkan ucapan syukur bahwa “seorang Putera telah diberikan” kepada kita yang tidak layak menerima anugerah yang besar ini. Dan marilah kita terus memandang pada “Terang Dunia” itu, Dia yang adalah “Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai” yang akan menuntun dan memimpin kita dalam masa-masa kegelapan dan ketidakpastian ini dan memberikan kita damaiNya. Amin
5 Desember 2021
Mieke Lolong
Hati-hatilah Dalam Berkata-kata
Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, tetapi mulut orang fasik hanya tahu tipu muslihat. Amsal 10:32
Perkataan yang diucapkan melalui lidah kita, dapat menjadi sumber berkat yang besar karena mampu memberikan 4 (empat) hal bermanfaat yang dibutuhkan oleh manusia.
Pertama, perkataan kita dapat memberi pengajaran tentang kebijaksanaan (wisdom). Bisa dibaca dalam Kitab Amsal 10 ayat 31-32 dan Kitab 2 Timotius 2:2. Kita perlu memberitahukan apa yang telah Tuhan ajarkan kepada mereka-mereka yang membutuhkan tuntunan dan haus akan ilmu pengetahuan. Jangan memaksakan, dan jangan malu untuk membagikan apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Ibaratnya, kalau kita ingin memberi makan ikan kepada orang yang lapar, itu dapat menghidupnya selama 1(satu) hari saja, tetapi kalau kita mengajarkan orang itu cara menangkap ikan, hal tersebut dapat menghidupinya seumur hidup.
Kedua, perkataan kita dapat juga mengambil manfaat dari teguran untuk perbaikan (correction), yang mana tidak semua orang suka diperbaiki baik sikap maupun tutur-katanya. Sepantasnya kita bersikap seperti yang ditulis dalam Kitab Amsal 15:31-33, yaitu mempertimbangkan kritik yang membangun, melatih kepatuhan, serta mendengarkan teguran, memberi pengertian, kerendahan hati mendahului kehormatan. Tentu saja tidaklah mudah bagi kita untuk mengatakan hal yang benar dan mengorbankan pertemanan, namun kita dapat mempercayai teguran dari seorang teman seperti yang tertulis dalam Kitab Amsal 27:6 yang bunyinya : seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetap seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. Dengan demikian, kita harus dapat melakukan 3 hal, yakni
1. Kita menyampaikan kebenaran berdasarkan pertemanan, jadi kalau kita belum
melakukannya, serahkan kepada seorang teman yang sudah berpengalaman.
2. Kita menyampaikan kebenaran dengan kasih seperti dalam Kitab Efesus 4:15.
3. Kita menyampaikan kebenaran dengan jujur dan lugas seperti dalam Kitab Amsal 28:23.
Ketiga, perkataan kita dapat memberi dorongan semangat (encouragement), bisa kita baca dalam Kitab Amsal 15:4, 15:23, 16:24 dan 25:11. Banyak jiwa yang terluka memperoleh kesembuhan dan kekuatan liwat kata-kata yang membangkitkan semangat dari teman-temannya atau orang-orang yang memberikan perhatian. Terkadang, hanya dengan mengirim surat, mengirim e-mail atau menelpon sudah sangat membantu dalam hal ini.
Keempat, perkataan kitapun dapat membawa keselamatan (salvation), seperti tertulis dalam Kitab Amsal 11:30 : Hasil orang benar adalah pohon kehidupan, dan siapa bijak, mengambil hati orang. Perkataan yang paling benar, paling berguna dan tinggi nilainya yang diucapkan melalui lidah kita adalah memberitakan perihal tentang Tuhan Yesus kepada sesama !!! DIA tidak perlu dibela, cukup diperkenalkan saja...
Seperti ada tertulis juga dalam Kitab Amsal 10:11, perkataan-perkataan baik kita yang dikeluarkan untuk orang-orang yang tersesat, dapat merubah masa lalu mereka, masa kini dan masa yang akan datang. Perkataan-perkataan baik kita juga dapat menolong orang-orang menjadi lebih dewasa dalam pertumbuhan keimanannya serta mendekatan hubungan mereka dengan Tuhan. Hal ini sesuai dengan apa yang tertulis dalam Kitab Amsal 10:21 Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, tetapi orang bodoh mati karena kurang akal budi.
Nah, konon di masa perang dunia ke-2 yang lalu, pernah ada poster yang bertuliskan : *Perkataan yang ceroboh membawa kematian*. Aku pernah mendengar bahwa seandainya kita mengetahui perihal negative tentang seseorang, cobalah menanyakan 4 pertanyaan ini kepada diri kita sendiri, sebelum menyebar-luaskannya :
1. Apakah hal itu benar ?
Di dalam Sepuluh Perintah Allah (Ten commandments), dan bukan Sepuluh Saran Allah (Ten suggestions), dikatakan untuk: jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. (Kitab Keluaran 20:16). Oleh karena itu, janganlah mengomentari atau tetaplah berdiam diri, seandainya kita tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak... waktulah yang akan menentukannya.
2. Apakah hal itu bersifat rahasia ?
Jadi, apakah yang kita mendengarnya dari orang lain yang sebenarnya tidak boleh disebar-luaskan ? Kalau kita juga menceritakannya lagi kepada orang lain, berarti kita menyalah-gunakan kepercayaan yang diberikan untuk tidak menyebar-luaskan berita yang kita dengar tadi. Ada tertulis dalam Kitab Amsal 11:13 yaitu: siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara. Jelaslah disitu, bahwa Tuhan menuntut kita untuk tidak mengorbankan integritas kita dengan mengkhianati kepercayaan.
3. Apakah hal itu membantu ?
Apakah berita yang kita sebarkan itu membangun atau menjatuhkan sifatnya? Apakah sifatnya membangun dan menguntungkan bagi orang lain? Seperti kita tahu setan senantiasa ingin menjatuhkan, melemahkan dan menghancurkan… oleh karena itu janganlah bersekutu dengan dia. Dalam Kitab Efesus 4:29, dikatakan demikian: Janganlah ada perkataan kotor keluar dari multmu, tetapi pakailah perkataan baik untuk membangun, dimana perlu, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia.
4. Apakah hal itu perlu untuk diutarakan ?
Cobalah untuk bertanya kembali dalam diri kita, apakah keuntungan yang didapat oleh orang lain kalau kita meneruskan berita yang kita dengar itu... terkadang penyesalan itu terjadi setelah kita mengeluarkan ucapan kita tersebut dari pada menyimpannya. Menurut Kitab Amsal 29:11, dikatakan bahwa: Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya.
Refleksi yang juga berlaku bagi diriku adalah: jadilah bijak... dan berhati-hati dengan apa yang kita ucapkan.
28 November 2021
Wanda Freidhof
Berjalan bersama Yesus
Sebagai seorang Kristen sejak lahir, kita terbawa dengan kebiasaan-kebiasaan dan ajaran apa yang orangtua ajarkan kepada kita. Kita diajarkan sejak kecil, harus berdoa, setiap hari Minggu pergi ke Gereja, ikut Persekutuan Doa atau melayani di Gereja. Tetapi apakah ini cukup dikatakan sebagai seorang pengikut Kristus, tanpa pengenalan secara pribadi kepada Allah Bapa?
Memahami apa arti berjalan bersama dengan Tuhan secara spiritual dapat kita bayangkan bagaimana kita sedang berjalan bersama seorang teman atau anggota keluarga kita. Berjalan artinya melangkah menuju arah yang sama, tidak mendahului dan tidak meninggalkan. Intinya selalu ada kebersamaan dan kesatuan selama dalam perjalanan.
Satu contoh Tokoh Alkitab yang berjalan bersama dengan Tuhan adalah Henokh, seorang laki-laki yang pertama sekali disebut di dalam Alkitab sebagai seorang yang berjalan bersama dengan Allah.
Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah (Kejadian 5:22-24).
Artinya Henokh selalu hidup dalam kebersamaan yang akrab dengan Tuhan, sedemikian akrabnya sampai Tuhan mengangkat Henokh ke surga pada hari terakhir dia hidup.
Berjalan bersama dengan Yesus adalah jika memfokuskan diri kepadaNya. Saat kita berjalan bersama dengan teman dan dia menyibukkan diri dengan handphonenya tidak dapat dikatakan berjalan bersama-sama. Atau jika kita terlalu terfokus dengan pekerjaan kita dan pekerjaan menjadi identitas diri kita dan kita terobsesi sehingga hubungan kita dengan Tuhan menjadi nomor dua atau nomor tiga tidak dapat dikatakan kita berjalan dengan Yesus.
Membaca Kitab Suci mengarahkan kita kepada apa yang Tuhan inginkan dan melakukannya dalam kehidupan kita sehari-hari, tidak hanya saat kita beribadah pada hari Minggu, tetapi dalam setiap sisi kehidupan kita. Saat kita membaca Kitab Suci kita belajar mengerti apa sebenarnya tujuan hidup kita dan merefleksikan diri kita dengan tuntunan Roh Kudus. Jika kita membaca Alkitab dengan pengertian kita sendiri dapat membuat kita menjadi sombong rohani. Merasa mengerti ayat-ayat Alkitab dan mulai menghakimi sesama dan merasa selalu benar. Jika kita dituntun Roh Kudus saat membaca ayat-ayat Alkitab kita semakin mengakui bahwa kita adalah manusia berdosa hanya karena anugerah semata kita layak disebut Anak Tuhan.
Marilah kita proklamirkan Iman percaya kita, bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat pribadi kita. Untuk mencapainya, kita memerlukan Tuhan Yesus sendiri sebagai penuntun kita. ”Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” (Ibrani 12:2)
21 November 2021
Vivianne Studler
PENTINGNYA FIRMAN TUHAN BAGI PERTUMBUHAN IMAN
Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus
(2 Timotius 3:15)
Apakah Saudara suka membaca Alkitab setiap hari?
Mungkin ada yang berkata waaahhhh ... tidak sempat atau kita sering kali sulit menyediakan waktu buat membaca Alkitab dan berdoa. Tetapi untuk hal-hal lain yang fana kita bisa menyediakan waktu ....
Masih ada banyak orang Kristen yang walaupun sudah mengikut Tuhan selama bertahun-tahun belum juga membaca Alkitab secara keseluruhan.
Memang kita akui tidak mudah mendisiplinkan diri membaca Alkitab secara rutin.
Bahkan tidak sedikit orang Kristen yang hanya membuka Alkitabnya saat ibadah di gereja, padahal "Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya ... Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: Orang benar akan hidup oleh iman (Roma 1:16-17).
Jangan sekali-kali meremehkan Injil, karena di dalamnya terkandung isi hati, kehendak, rencana, jalan dan janji-janji Tuhan yang 100% pasti baik adanya.
Itulah sebabnya Tuhan memerintahkan kepada Yosua demikian, "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung" (Yosua 1:8).
Alkitab berisikan ajaran & petunjuk Tuhan yang bertujuan "mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan & untuk mendidik orang dalam kebenaran " (2 Timotius 3:16).
Dengan suka membaca Alkitab langkah hidup kita diarahkan kepada jalan kebenaran Tuhan; kita juga diingatkan kembali tentang kuasa, kasih, kebaikan, kemurahan, perlindungan dan kepedulianNya kepada kita. Selain itu kita dapat meneladani kehidupan orang-orang pilihanNya, bagaimana mereka melewati setiap proses dan betapa Tuhan menyatakan kuasaNya atas mereka.
"Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci "(Roma 15:4).
Alkitab memberikan kekuatan dan pengharapan yang pasti bagi orang percaya, karena tidak ada satu pun janji-janji Tuhan yang batal, semua pasti di tepatiNya (Ayub 42:1-2), baik janji berkat maupun kutuk (Ulangan 11:26-28) pilihan ada dalam keputusan kita masing-masing.
Orang yang mentaati perintah-perintah Allah jiwanya selamat dan hidupnya diberkati Tuhan, tetapi orang yang menghinanya, nasibnya malang, rohaninya mati dan jiwanya binasa tersiksa dalam neraka kekal (Amsal 19:16)
Ayoooo ... mari mulai dari sekarang rajin baca Firman Tuhan. Jadikan Firman Tuhan sebagai makanan harianmu, yang dapat meningkatkan pertumbuhan iman dan juga rohMu.
Selamat hari Minggu, Tuhan memberkati.
14 November 2021
Farry Togas
PANGGILAN UNTUK MELAYANI
Shalom Aleichem
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23).
Melayani Tuhan adalah tugas yang sangat mulia, karena itu, tugas ini adalah sebuah panggilan bagi setiap orang percaya. Karena itu, melayani Tuhan tentu bukan hanya terbatas pada pelayanan gereja dan pemberitaan Injil, melainkan mencakup kegiatan hidup yang sangat luas yaitu segala sesuatu yang kita kerjakan dalam hidup, termasuk melalui profesi kita masing-masing yang mengarah pada kemuliaan Tuhan, itu adalah kerja melayani Tuhan.
Setiap orang percaya di panggil untuk melayani Tuhan di manapun dan kapanpun. Mungkin saat ini kita ada di tengah-tengah orang yg belum mengenal Tuhan sudah seharusnya lewat kehidupan kita atau tindakan kita orang-orang melihat ada KRISTUS, bagaimana kita bertutur kata atau melakukan pekerjaan atau mungkin saja orang memberikan kita tanggung jawab semua harus di kerjakan dengan baik bahkan kalau bisa yang terbaik, oleh karena kita mempunyai JATI DIRI KRISTUS.
Jadi setiap tindak tanduk kita selalu berdasarkan Firman Tuhan .
Untuk itu setiap anak Tuhan sudah seharusnya mempunyai waktu membaca Firman Tuhan dan merenungkan-Nya.
Karena bagaimana bisa sejalan dengan Firman Tuhan kalau tidak ada waktu untuk membaca Firman Tuhan.
Dan itu hal sangat mendasar bagi anak Tuhan apalagi sampai mau melayani Tuhan.
Melayani Tuhan di butuhkan yang namanya KOMITMEN.
Dengan adanya KOMITMEN, maka orang tidak akan gampang menyerah atau mundur dari pelayanan apapun masalah yang di hadapi, bahkan sebagian orang dengan masalah yang dihadapi bisa menjadikan orang labih laju lagi karena dia tahu bahwa yang dia lakukan semuanya untuk Tuhan.
Tidak ada kata mundur selangkah pun selama ada keintiman kepada Tuhan lewat pembacaan Firman Tuhan
Dan kita tahu keintiman kita bisa dapatkan kalau kita ada waktu duduk merenungkan Firman Tuhan serta mendengar suaranya lewat doa dan penyembahan .
Banyak orang salah menyingkapi arti dari MELAYANI Tuhan
padahal ketika anda berada dalam Rumah tangga di situlah kita juga bisa melayani Tuhan lewat pelayanan kita kepada Pasangan anak atau mungkin kepada orang tua serta mertua kita karena mereka adalah ciptaan Tuhan.
Sebagai keluarga Kristen yang adalah persekutuan terkecil, wujudkanlah sikap hidup yang saling melayani antara suami istri, orang tua dan anak tanpa melihat status kedudukan sosial anggota keluarga yang bersangkutan dalam masyarakat.
Intinya adalah ketika kita sudah menjadi berkat dalam keluarga maka kita sudah melakukan Firman Tuhan yaitu di dalam Lukas 16:10 (TB) "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Masalah-masalah di dalam keluarga adalah perkara-perkara kecil dan kita yang sudah mengenal Firman Tuhan yakinlah kalau kita sudah setia dengan perkara kecil maka Tuhan akan mempercayakan Perkara besar ... amin.
Mari jadikan Rumah tangga kita tempat yang utama dimana kita bisa saling melayani pasangan kita, anak kita orang tua kita serta mungkin mertua kita.
Ketika kita mengutamakan kata KITA maka KITA berati adanya KESATUAN dan PERSATUAN jadi segala sesuatunya kita lakukan bersama -sama dan juga tak ada lagi kata AKU. Yang berarti EGO atau mau menang sendiri setiap orang di dalam rumah tangga sudah menyalipkan kata AKU, maka betapa indahnya kesatuan di dalam kasih Tuhan seperti yg di tuliskan di dalam Mazmur 133
Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.
Semoga renungan ini bisa menjadi berkat buat kita semua di dalam melayani Tuhan.
MELAYANI MENDATANGKAN BERKAT DAN UPAH BAGI ORANG PERCAYA
TERUSLAH MELAYANI DAN JANGAN PERNAH MUNDUR SELANGKAHPUN KARENA APAPUN YANG KITA KERJAKAN BUAT TUHAN TIDAK AKAN PERNAH SIA-SIA
IMMANUEL
Selamat hari minggu
Tuhan Yesus memberkati
Salam dan doa
7 November 2021
ALfonco Sinaga
ROH PEMECAH BELAH
Suatu ketika saya dicurhati oleh seorang teman yang bermasalah dengan seseorang yang lain yang telah memfitnahnya, “dia itu baru mukanya bahagia kalau melihat orang susah, selama orang senang mukanya butek”, ujarnya. Dan memang setelah diselidiki orang tersebut punya track record yang sangat jelek, yaitu dimana-mana selalu menciptakan persoalan dan permusuhan. Awal-awalnya orang itu berkata sangat manis dan lembut kepada orang yang baru dikenalnya, sehingga orang itu terpesona, tetapi lama kelamaan orang itu pun bermasalah dengannya. Sampai-sampai ada seorang yang lain yang sudah mengikuti gerak-gerik orang tersebut mengatakan bahwa pada diri orang itu ada roh pemecah belah. Roh pemecah belah inilah yang akan saya coba kupas dalam tulisan ini. Karena memang faktanya di dalam kehidupan kita, baik sehari-hari atau dalam lingkungan pelayanan termasuk dalam dunia pekerjaan, sangatlah mungkin kita akan menghadapi orang yang senang menyuntikkan bibit-bibit perpecahan.
Namun kita tidak perlu kaget, tidak perlu heran, hal tersebut bukanlah hal baru, sudah ada tertulis, yang penting adalah kita waspada, dan semakin berhati-hati dalam berteman, sebab sebaik-baiknya teman atau sahabat, dia tetaplah seorang manusia yang tidak lepas dari kekurangan dan sifat-sifat kedagingan. Dan kita sebaiknya menghindari orang-orang yang memiliki roh pemecah belah tersebut, terlebih kalau kita tidak mampu menasehatinya, kita harus mampu mengenalinya dan mempelajari sifat-sifat orang demi orang agar kita tidak salah memilih teman atau tidak salah dalam berbagi cerita atau kisah kita kepada orang tersebut. Karena cerita yang kita sampaikan padanya, akan dia jadikan sebagai bahan baku untuk membelokkan cerita sesuai dengan tujuannya, yaitu merusak. Karena sesungguhnya orang itu tidak senang melihat kebaikan, kebahagiaannya adalah apabila orang-orang yang dia kenal hidupnya menjadi susah dan berantakan.
Bagaimana kita mengenali orang-orang yang masuk kategori pemecah belah ini? Mari kita baca ayat berikut ini:
Galatia 5:19-21
5:19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, 5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Sebetulnya nats ini menjabarkan lebih banyak sifat-sifat kedagingan manusia itu, tapi saat ini mari kita fokus saja dulu kepada salah satu sifat tersebut pada ayat 20 yaitu “roh pemecah”. Namun roh pemecah ini tidak berdiri sendiri, dia ada sifat-sifat pendamping seperti: iri hati, kedengkian, kepentingan diri sendiri (egois), dsb. Sifat-sifat itulah yang pada akhirnya menjadi tempat yang nyaman bagi roh pemecah dalam dirinya. Untuk menambah referensi bisa kita baca pada ayat berikut ini:
Yudas 1:19
Mereka adalah pemecah belah yang dikuasai hanya oleh keinginan-keinginan dunia ini dan yang hidup tanpa Roh Kudus.
Dari kedua ayat ini dapat kita simpulkan bahwa roh pemecah belah ini sangat erat kaitannya dengan kedagingan, alias sifat ini adalah perbuatan daging, dan keinginan-keinginan duniawi. Kita tahu sendiri daging ini adalah lemah, penuh dengan hawa nafsu, dan daging ini sangat rentan dimasuki oleh bisikan-bisikan roh dunia ini, dalam hal ini yaitu roh pemecah belah itu. Pada dasarnya roh itu tidak punya wujud, demikian juga roh pemecah belah ini tidak punya wujud. Dan selama roh ini tidak punya “tumpangan” maka roh pemecah belah ini tidak akan mengganggu kehidupan manusia. Roh pemecah belah ini sangat membutuhkan daging sebagai tempat “tumpangannya”, agar tujuannya tercapai melalui orang itu yaitu memecah belah hubungan sesama manusia yang baik dan terutama hubungan manusia dengan Tuhan. Iblis tidak senang melihat hubungan antar manusia itu baik, apalagi hubungan baik antara manusia dan Tuhan, iblis sangat benci. Oleh sebab itulah iblis melalui roh pemecah belahnya masuk ke dalam daging manusia dan mulailah melakukan aksinya.
Modus pekerjaan roh pemecah belah ini biasanya bekerja di ruang-ruang tertutup, di ruang-ruang gelap, dia tidak bekerja di ruang-ruang terbuka. Misalnya dengan cara menelepon orang per orang lewat jalur pribadi, mengirim pesan pribadi, lalu mengadu dombanya, dan orang itu tidak mau membicarakannya secara terbuka, sebab dia tahu apabila dibuka di depan umum semua kebohongannya akan terbongkar, dan dia tidak akan mampu mempertanggungjawabkannya, itu sebabnya dia memilih cara mempengaruhi orang per orang. Sebaliknya di ruang-ruang terbuka orang yang sudah didiami oleh roh pemecah belah ini akan tampil manis dan sejuk, karena seperti kita tahu iblis itu sangat pandai bersandiwara dan berkamuflase, tujuannya agar dia tidak mudah dikenali. Dia bekerja secara senyap, tidak terbuka. Tujuannya agar orang-orang yang bersentuhan dengannya tercerai berai, terpecah belah. Untuk apa? Yaitu untuk merusak hubungan antar manusia, dan target akhirnya merusak hubungan manusia dengan Tuhan. Karena ini sesungguhnya adalah pekerjaan iblis. Manusia, termasuk dirinya sendiri, adalah hanya korban semata.
Mengapa roh pemecah belah ini bisa masuk kepada diri seseorang? Jelas karena orang itu lebih mendengar dan lebih menuruti roh kedagingannya. Dan yang anehnya biasanya orang yang dimasuki roh pemecah belah ini adalah orang yang kerap „mengaku“ kenal Tuhan bahkan tak jarang mereka adalah dipandang sebagi orang yang taat dan tahu Firman Tuhan. Tetapi karena kedagingannya sangat kuat maka roh pemecah belah dapat masuk dalam dirinya, diperalat iblis untuk mengacaukan dan memecah belah hubungan sesama manusia dan Tuhan. Orang ini sangat berbahaya, dia ibarat pencuri yang terang-terangan, yang tidak tahu malu, punya standard moral yang rendah, dan orang itu bisa saja teman baik kita. Oleh sebab itu sangat penting bagi kita agar tidak menjadi korban orang yang memiliki roh pemecah ini. Dan perlu diketahui orang yang memiliki roh pemecah itu tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah.
Dan kebalikannya, untuk terhindar dari kerasukan roh pemecah belah ini, mari kita hidup dalam pimpinan Roh Kudus, hanya itu jalan untuk bebas dari kemasukan roh-roh pemecah belah ini. Coba kita baca ayat-ayat selanjutnya:
Galatia 5 : 22-26
5:22Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. 5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. 5:25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, 5:26 dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
Jadi sangat kontras ya perbedaan apabila kita hidup mengikuti kemauan daging dan kemauan Roh. Sudah saatnya kita belajar tidak lagi mengikuti daging tapi Roh, karena Roh adalah kehidupan dan daging adalah menuju kematian dan kebinasaan. Dan berhati-hatilah jangan sampai kita menjadi indung atau inang dari roh pemecah belah, karena apabila demikian kita tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah, dan demikian juga jangan sampai kita menjadi korban dari orang-orang yang memiliki roh pemecah dalam dirinya, sebaiknya nasehatilah orang itu dengan kebenaran, karena memang itulah fungsi dari Firman Tuhan untuk mengajari dan menunjukkan kesalahan. Apabila tidak mampu menasehatinya, menjauhlah segera darinya. Sebab hubungan baik dengan sesama manusia terutama kepada Tuhan adalah jauh lebih penting, ketimbang menghabiskan waktu mengurusi orang yang memiliki roh pemecah belah.
Terimakasih sudah membaca, Tuhan memberkati, Amin.
31 Oktober 2021
Frankie Massie
Kebaikan Terhalang
Amsal 3: 27 - 35, Anjuran untuk berbuat baik dan
Roma 12: 9 - 21, Nasihat untuk hidup dalam kasih.
Ketika Perbuatan Baik Dianggap Tidak Baik.
Seringkali ingin kita melakukan perbuatan baik, seringkali juga terhalang. Atau perbuatan kita yang baik dianggap tidak baik.
Perbuatan baik menurut dunia seringkali tidak berdasarkan kehendak Tuhan tetapi lebih didasarkan kepentingan pribadi yang sarat dengan keuntungan diri sendiri.
Perbuatan baik seseorang bisa diartikan perbuatan jahat menurut orang lain dan sebaliknya perbuatan jahat seseorang bisa dianggap perbuatan baik menurut orang lain karena ada unsur kepentingan pribadi yang menjadi ukurannya.
Setiap perbuatan yang kita lakukan, perbuatan baik ataupun buruk pasti akan ada konsekuensinya. Misalnya saja, ketika kita menolong teman, pasti ada saja orang yang mengatakan bahwa kita sedang panjat sosial. Padahal, tujuan kita hanya ingin membantu tanpa ada tujuan lain.
Itu baru contoh perbuatan baik. Berbuat baik saja masih diperlakukan tidak baik, lalu bagaimana jadinya kalau kita berbuat tidak baik?
Seperti itulah manusia, apa yang kita anggap baik, belum tentu di mata orang lain juga baik. Mungkin satu diantara kita merasa bingung, harus bagaimana? Harus tetap berbuat baik agar bermanfaat buat orang lain, atau justru berhenti berbuat baik agar tidak dinilai pamer atau sombong? Semua itu tergantung pada diri kita, karena setiap amalan atau perbuatan baik itu tergantung pada niatnya.
Beberapa Renungan dijelaskan, manusia janganlah menahan kebaikan kepada sesama. Sudahkah kita berbuat baik bagi sesama? Perbuatan baik itu keharusan bagi setiap orang yang mengaku percaya Yesus. Berpikir positif dan selalu optimis karena Tuhan kita baik kepada semua orang.
Atau mungkin kita sudah berniat baik namun terhalang pikiran dan godaan.
Janganlah niat dan kerajinan kita kendor, tapi tetap semangat dan yakin bahwa niat baik akan mendatangkan kebaikan dan berkat melimpah,
Kebaikan Membungkam Kejahatan
Umumnya seseorang akan berbuat baik terhadap orang lain apa bila orang tersebut pernah berbuat baik atau paling tidak kepada seseorang yang dianggapnya tidak jahat.
Kebaikan dibalas dengan kebaikan dan perbuatan jahat dibalas dengan kejahatan sepertinya sudah menjadi “wajah” dunia, akan tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan itu perbuatan luar biasa.
Kemuliaan, keagungan jiwa: bersumber dari hati mulia dan agung yang terpancar melalui sikap dan tindakannya. Hati yang tulus dan baik melahirkan hal-hal bersifat tulus dan baik melalui pikiran, perkataan dan perbuatan.
Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya (Lukas 6: 45)
Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat (Markus 7: 21)
Seorang abdi Allah bernama Elisa berhasil mengatasi dan membungkam kejahatan dengan perbuatan baik (2 Raja-Raja:8-23), suatu tindakkan yang cenderung tidak menjadi pilihan manusia saat menghadapi orang yang dibenci atau yang menjadi musuhnya apa lagi terhadap orang yang terbukti sudah berbuat jahat dan merugikannya.
Lalu bertanyalah raja Israel kepada Elisa, tatkala melihat mereka: Kubunuhkah mereka, bapak?
Tetapi jawabnya: Jangan! Biasakah kaubunuh yang kautawan dengan pedangmu dan dengan panahmu? Tetapi hidangkanlah makanan dan minuman di depan mereka, supaya mereka makan dan minum, lalu pulang kepada tuan mereka. Disediakannyalah bagi mereka jamuan yang besar, maka makan dan minumlah mereka. Sesudah itu dibiarkannyalah mereka pulang kepada tuan mereka.
Sejak itu tidak ada lagi gerombolan-gerombolan Aram memasuki negeri Israel.” (2 Raja-raja 6: 21 - 23)
Sikap dan keputusan Elisa abdi Allah mendeskripsikan, bahwa kekerasan tidak akan pernah menghasilkan kebaikan akan tetapi kebaikan senantiasa membuka pintu selebar lebarnya kepada kesadaran hati untuk berbalik berbuat kebaikan, bahkan terhadap musuh sekalipun dapat diubah menjadi orang yang baik. Kebaikan didasari takut akan Tuhan melahirkan belas kasih yang mulia dan yang membaharui jiwa.
Demikian juga Kristus Tuhan menyatakan:
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. (Matius 5: 39, 43 - 45)
Kepribadian seseorang juga sangat dipengaruhi oleh tabiat-tabiat serta kebiasaan kebiasaan yang sering dilakukannya, misalkan kebiasaan berucap kata kata yang kasar atau bersikap kasar akan membentuk kepribadiannya. Demikian juga yang dikemukakan oleh Elisa, abdi Allah itu kepada raja Israel: biasakah kau bunuh yang kau tawan dengan pedangmu dan dengan panahmu, hal ini menggambarkan sesuatu bersifat psikologis yang dapat mempengaruhi terhadap terbentuknya kepribadian seseorang.
Sangatlah sulit untuk mengasihi orang yang telah berlaku jahat kepada kita, tapi orang yang mampu mengasihi musuhnya adalah anak-anak Allah.
Berdasarkan Alkitab bahwa perbuatan baik maupun kebaikan bukan dikarenakan pada kemampuan dan kesempatan melakukannya atau perbuatan membalas kebaikan dengan kebaikan. Perbuatan baik maupun kebaikan merupakan *buah iman* yang dihasilkan dari sikap hidup takut akan Tuhan, dimana Injil menterjemahkan sebagai wujud dari sikap hati seseorang yang mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.
Jawab Yesus kepadanya: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Sikap dan perbuatan mengasihi Allah dan manusia diimplementasikan Elisa abdi Allah
Pintu Gerbang Tahun 2021 telah terbuka bagi semua orang dan bagaimana keberadaan setiap orang menjalaninya itu tergantung dari sikap apa dan bagaimana orang tersebut mengawalinya.
Tiada pandangan, filosofi, dan sikap hidup yang terbaik dari yang baik selain pandangan, filosofi dan sikap hidup *mengasihi Allah dan sesamanya manusia seperti diri sendiri* untuk menjadi pilihan mengawali dan menjalani tahun-tahun hidup ke depan, prinsip hidup seperti ini akan menuntun seseorang melangkah dari satu kemenangan kepada kemenangan hidup lainnya sebab Tuhan berjanji:
Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. tapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari
(Matius 6:31 - 34)
Dan Tuhan senantiasa menyertainya sampai kepada akhir zaman. (Matius 28: 20)
Tiada satupun kebaikan atau perbuatan baik yang sempurna selain berdasarkan sikap hati dan pandangan hidup mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.
Lagu KebaikanMu Tuhan dan Doa Syukur Atas Kebaikan Tuhan
Tuhan yang maha kuasa, terima kasih karena telah memberikan beribu ribu kebaikan kepada kami. Terima kasih telah menyertai kami sepanjang hidup, terima kasih telah menyukupkan kami baik dalam hal pendidikan, pekerjaan, hubungan sesama lain,
serta hubungan kepadaMu.
Tuhan, di kesempatan yang baik ini izinkan saya mengucap syukur dari hati yang paling dalam. Saya benar benar berterima kasih karena Engkau telah begitu baik kepada saya, terima kasih telah melayakkan saya di hadapan banyak orang.
Atas nama Tuhan Yesus kami bersyukur. Amin.
24 Oktober 2021
Megawati Samudra
PERINTAH BARU
Yohanes 13:34
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
Yohanes 13:35
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, jikalau kamu saling mengasihi."
Pertanyaan yang selalu ada dibenak saya adalah : Bagaimana saya dan kita semua umat percaya, umat perjanjian baru, bisa melakukan firman Tuhan ini yaitu; Tuhan memberikan Perintah baru ..... supaya kita saling mengasihi, sama seperti Tuhan Yesus telah mengasihi kita demikian pula kita HARUS (WAJIB) saling mengasihi.
Mengapa di Injil Yohanes 13:34 tertulis PERINTAH BARU ?
Bukankah Allah sendiri dulu di Perjanjian Lama sudah memerintahkan kepada umat pilihanNya melalui Nabi Musa untuk saling mengasihi ?
Seperti ada tertulis di dalam firmanNya:
Imamat 19:18
⁃ Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.
Pengertian yang bisa kita pahami bersama adalah bahwa sangat jauh sekali perbedaan standar yang Tuhan haruskan bagi umat manusia perjanjian lama dengan standar yang Tuhan haruskan bagi umat manusia perjanjian baru.
Kalau tolak ukurnya adalah standar manusia mengasihi sesamanya seperti mengasihi diri sendiri....standarnya adalah manusia itu sendiri .... masing-masing pribadi lepas pribadi dengan standard mereka masing-masing, intinya adalah pasti beraneka ragam standar, tolak ukur yang digunakan mengasihi sesama manusia itu, semua diukur dengan ukuran yang sesuai dengan mengasihi diri sendiri masing-masing.
⁃ Immat 13:38 ......... kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (titik/stop) berarti manusialah yang menjadi inisiator penggerak dari kasih itu. Kasih manusia sangat terbatas, kasih manusia tidak murni, penuh cacat dan cela, penuh dengan perhitungan untung rugi (menyenangkan atau menjengkelkan, menguntungkan atau merugikan dan lain sebagainya), karena manusia adalah mahkluk yang tercipta sebagai mahkluk yang telah jatuh dalam dosa.
Maka Tuhan Yesus sendiri memberi teladan hidupNYA, memberikan contoh bagaimana kita menjalankan roda kehidupan, SUPAYA ( berarti belum menjadi seperti apa yang dimaksud) kamu saling mengasihi, maka seharuslah kita meresponinya dengan segenap kemampuan kita yang ada dengan pertolongan Kuasa Roh Kudus yang bekerja didalam roh kita, untuk memampukan kita mengerjakan seperti apa yang telah Tuhan peragakan semasa hidup-Nya dimuka bumi ini.
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
Kasih Tuhan Yesus adalah Kasih yang sempurna, Kasih-NYA yang tidak terbatas/unconditional, Kasih-Nya tidak ada cacat dan cela, Kasih-Nya yang Agung dan mulia, Kasih-Nya yang besar dan ajaib, Kasih-Nya yang suci dan kudus.
Marilah kita semua saudara-saudaraku seiman, kekasih-kekasih Tuhan Yesus.... setiap saat, setiap detik dimanapun kita berada, dalam segala keadaan dan situasi, kita tetap dekat dan melekat hanya kepada Tuhan, kita minta dan kita mohon agar kiranya Kasih yang berasal dari Tuhan Yesus terimpartasi masuk menyatu dalam roh, dalam pikiran hati dalam jiwa kita masing-masing, sehingga kita bisa melakukan Kasih-Nya dengan tepat dan benar, ketika kita diperhadapkan dengan suatu situasi keadaan yang mencekam, dan juga segala macam ragam pergumulan didalam perjalanan roda kehidupan kita pribadi lepas pribadi, ujian-ujian untuk menaikkan level iman kita serta tantangan-tantangan yang kita hadapi untuk kita dapat melakukan sangkal diri dan pikul salib setiap hari.... agar kita bisa saling mengasihi, menjadi penerus dari Kasih yang berasal dari Tuhan Yesus.
⁃ maka dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa semua kita (Perki Swiss) adalah murid-murid Tuhan Yesus, 🙏🙏🙏.
Mari kita berjuang ber-sama2 supaya dalam hidup kita bersama selalu saling mengasihi, saling menguatkan, saling menghibur, saling menolong, saling mendoakan dan... Janji Tuhan bagi kita semua pelaku-pelaku firman-Nya,
Matius 28:20
⁃ dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
17 Oktober 2021
Elma Roux
-PILIHAN-
8 September 2021 yang lalu, Komisi Ibu Perki Swiss mengadakan Kreatif's Day, yang diorganisir oleh team komisi Ibu daerah Basel, ibu Engelina Vaucher dan mengajak ibu-ibu sekitar Basel dan Zurich dan sekitarnya.
Kreatif's Day ini diisi dengan belajar bersama mempersiapkan apero dengan tekhnik penyajian yang menarik.
Ibu Viviane Studler membagikan ilmunya mengolah dan mengkreaksikan campuran keju, buah-buahan, sayur-sayuran.
Setelah "dipermak" dan diberi sentuhan pencampuran, disatukan dengan diikat, ditusuk, digulung, menghasilkan berbagai macam makanan yang sedap dipandang mata dengan berbagai rasa yang lezat untuk dinikmati.
Sangat berbeda dibandingkan dengan menyajikan jenis makanan tersebut sendiri- sendiri dalam plastiknya masing-masing.
Ada tortilla dengan salmon cream dipadukan dengan daging salmon asap dan rucola, roti baguette dengan asparagus disatukan dan diikat dengan lard, jambon cru yang dibentuk seperti bunga dan dihiasi dengan olive, anggur hitam yang manis segar disatukan dengan keju dengan memakai tusukan bambu, membentuk salami menjadi bunga. Mozzarella, tomate dan basilic, jambon cru dengan melon, semuanya dgn tusukan bambu runcing.
Pizza special, campuran cream keju yang segar, cantadu dan filadelfia serta berbagai macam campuran sayuran segar seperti tomat, paprika, timun dan potongan2 ham...dinikmati dengan biscuit tuc...hmmm...semuanya lezat dan dinikmati bersama untuk makan siang.
Tidak ketinggalan dessert dengan mangga cream dan vanila ice cream dengan buah-buahan, coklat yang disajikan dengan buah frambosen yang disatukan dgn tusukan bambu runcing berbentuk love,.. pastinya, cantik dan enak...
Setelah menikmati makanan untuk jasmani, diakhiri dengan berbagi bersama dengan tema PILIHAN.
Ada kalimat bijak yang mengatakan, hidup ditentukan oleh pilihan-pilihan yang dilakukan.
Hidup hari ini adalah hasil dari pilihan di hari kemarin dan hidup ke depan ditentukan oleh pilihan hari ini.
Dari sharing bersama, ibu-ibu membagikan pilihan-pilihan sudah ambil sebelumnya dan belajar dari kesalahan-kesalahan karena pilihan yang salah.
Dari kisah hidup di Alkitab, Rut dan Orpa, dihadapkan kepada pilihan mengikut Naomi ke Betlehem atau tinggal bersama sanak saudaranya di Moab.
Keduanya melakukan pilihan, Orpa memilih untuk pulang bersama dengan keluarganya, tinggal di tengah-tengah bangsanya.
Rut memilih untuk mengikuti kemanapun Naomi pergi, pulang ke Betlehem tanpa adanya harapan dan janji muluk-muluk dari Naomi..yang Rut tahu setelah hidup beberapa tahun dengan suami dan mertuanya, dia meyakini bahwa Allah Naomi adalah Allahku, dan itu yang meneguhkan hatinya untuk memilih.
Akhir dari kisah perjalanan hidup keduanya:
- Orpa, namanya tercatat hanya dalam kisah perjalanan Naomi saat akan pulang ke Betlehem
-Rut, namanya tercatat sebagai nenek moyang Tuhan Yesus dan cerita hidupnya menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk kemuliaan Tuhan.
Pilihan apakah yang ada di depan kita hari ini?
Suara Roh Kudus dalam hati nurani masing-masing kiranya menuntun kita untuk melakukan pilihan yang tepat dan benar untuk hari depan yang penuh harapan.
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Yeremia 29:11 TB
Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu
Ulangan 30:19 TB
Salam kasih,
Tuhan Yesus memberkati 🙏
10 Oktober 2021
Christiana Streiff
Teladan Paulus Sebagai Rasul Orang Non Yahudi
Pada akhir bulan lalu, September 2021, saya mendapat kesempatan mengunjungi Roma dan Vatikan. Dalam kunjungan yang sangat istimewa, kali ini, saya menghadiri pesta Imamat dari salah satu Romo yang berasal dari NTT, Indonesia yang merayakan 25 tahun dalam pengkaryaan di Ladang Tuhan Yesus.
Sebuah perjalanan hidup, dimana kesetiaan, pengkaryaan Firman Tuhan tetap melengkapi dalam tiap langkah kehidupannya.
Berbakti dan mengabdi secara total kepada Tuhan Yesus. Secara total kepada Gereja Katholik dan semua hukumnya.
suatu perjalanan kehidupan bagi orang awam seperti saya tidaklah mudah untuk dipahami.
Selama saya di Roma, saya tinggal di biara susteran. Biasa kita para penganut Katholik menyebut demikian. Saya mengamati, betapa para suster-suster sangat luar biasa dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Mengerjakan semua kebutuhan mereka dan banyak orang dalam biara dan mereka juga sangat totalitas dalam mengabdi pada Tuhan Yesus sebagai mempelaiNya.
Mereka hidup dengan bersahaja dan kecintaan mereka terhadap sesama melalui banyak pelayanan diantara umat katholik di tiap paroki dimana mereka berkarya. Kebanyakan mereka juga masih dalam studi yang nantinya akan diterapkan pada waktu mereka pulang ke indonesia dan terjun di masyarakat.
Adalah Romo Leo Mali, merayakan Pesta Imamat pada sebuah gereja kecil atau Kapel. Nama kapel ini, Tre Fontane Abbey. Dibawah ordo Trappist yang sangat keras dan disiplin. Kapel ini, tidak hanya bersejarah dan suci tetapi tempat ini, mengajarkan kepada saya, apakah kita sudah menjadi sumber atau air kehidupan, atau terang, atau garam bagi lingkungan disekitar kita?
Gereja Kecil ini, adalah tempat dimana, Santo Paulus dipenjara, dihukum dan kemudian dipenggal kepalanya. Setelah dipenggal kepalanya, maaf - kepalanya sampai terpental sebanyak 3 kali di tempat yang berbeda, kemudian muncul mata air yang merupakan sumber kehidupan bagi banyak orang, sumber kehidupan yang menyejukkan bagi banyak orang yang tinggal disekitarnya. Sumber kehidupan bagi kita semua, yang terkadang acap merasakan kekeringan dan merasa gersang seperti panas di Padang gurun.
Santo Paulus mengajarkan kepada saya, yang sangat tersentuh dengan ajarannya, dia sanggup dan dimampukan menyerahkan segala hidupnya karena kecintaannya kepada Tuhan Yesus. Tiada keraguan dan berbuah sampai hari ini, seperti buah anggur yang berbuah di segala musim. Semua orang menjadikannya sebagai panutan yang luar biasa, yang sangat diberkati oleh Bapa di surga.
Dalam khotbahnya, Romo Mali, selain bercerita dalam perjalanan kehidupannya, sebagai seorang Romo, tentu banyak sekali hal-hal yang ditemui dan juga tidak mudah, demikian kesaksian Romo. Tetapi beliau mempunyai suatu kata-kata yang menguatkan, dalam perjalanan pengkaryaan Imamat. "Bukan saya yang setia melainkan Tuhan Yesus yang setia". Seperti Janji Tuhan Yesus yang tertulis dalam Firman, Ulangan 7:9
Sebab itu haruslah kau ketahui, Bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepadaNya dan berpegang pada perintahNya, sampai kepada beribu-ribu keturunan.
dan satu kalimat yang sangat menguatkan,
Tuhan sangat mengenal engkau
Seperti tertulis dalag firman Tuhan :
Mazmur 139 : 1-5, 7-10, 13-14
1) Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud.
TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
(2) Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
(3) Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.
(4) Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.
(5) Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.
(7) Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
(8) Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.
(9) Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,
(10) juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.
(13) Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
(14) Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
Sangat banyak sekali pengajaran yang saya dapatkan dalam waktu yang sangat singkat.
Santo Paulus seorang yang menyerahkan segala kehidupannya sebagai sumber kehidupan bagi banyak orang. Selama kita masih mampu melakukannya, jadilah pribadi yang memberikan sesuatu kepada sesama, yang menginspirasi, hal yang lebih baik. Mohon kepada Bapa di surga supaya kita dimampukan dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu-waktu yang telah lewat. Karena Tuhan Yesus, sangat setia dan benar- benar mendampingi kita, anak-anakNya dalam setiap fase kehidupan bahkan pada saat kita jatuh. Dalam setiap fase pertobatan kita. DIA sangat setia mendampingi. Karena DIA sangat mengenal engkau, kita semua bahkan sejak belum terbentuk dalam rahim ibu kita.
Halleluya, Sang RAJA.
3 Oktober 2021
Cynthia Kaluntas Lebet
Adakah Kita Waspada Dengan Ajaran Yang Kita Dengar (1)?
Saya sering mendengar secara langsung ada yang mengajar bahwa "satu orang bertobat/percaya Yesus, satu keluarga diselamatkan" (Kisah Para rasul 16 : 31).
Saya sendiri pernah menghidupi seperti ini. Konteks pada saat itu Rasul Paulus dan Silas ada dalam penjara setelah mereka didera berkali-kali. Di dalam penjara mereka berdoa dan menyanyi lagu-lagu himne yang juga didengar oleh orang-orang hukuman dalam penjara (ayat 25.) Kemudian terjadi gempa bumi yang hebat sehingga terbuka semua pintu dan semua belenggu mereka terlepas (ayat 26). Kepala penjara yang terbangun melihat pintu-pintu terbuka sehingga berpikir orang-orang sudah melarikan diri dimana konteks saat itu jika dia gagal dalam tugasnya maka dia sendiri yang akan kehilangan nyawa (seperti pengawal-pengawal yang menjaga Petrus). Ini terlihat dari reaksi kepala penjara yang langsung mengambil pedang dengan maksud menghunuskan pedang ke dirinya sendiri (ayat 27) (bunuh diri dibolehkan pada saat itu bahkan ada aliran yang menganggap itu sebagai solusi terakhir) daripada harus melewati hukuman mati yang mengerikan sehingga ketika disampaikan oleh Paulus bahwa mereka semua masih ada di situ (ayat 28), kepala penjara pastinya begitu bersukacita sampai gemetar tersungkur (ayat 29) karena tahanan tidak ada satupun yang melarikan diri. Kepala penjara berubah pemikirannya kepada Paulus dan Silas setelah apa yang terjadi, di luar yang sanggup dipikirkannya. Dia jadi memiliki sikap hormat kepada mereka.
Kemudian kepala penjara Filipi itu bertanya, meminta nasihat kepada Paulus dan Silas, apa yang harus dilakukan sehingga selamat ? (Mungkin sebelum sudah terpikir untuk bunuh diri tapi sangat bersyukur tidak jadi tapi kemudian terpikir kalau mati saya kemana ya? sehingga memikirkan selamat menjadi penting) Dan itulah jawaban Paulus dan Silas "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." Konteks sejarah pada saat itu agama yang dianut oleh kepala keluarga adalah agama dari seluruh anggota keluarga.
Saya sempat berpikir saat saya masih mempercayai ini bahwa saya akan dengan sungguh-sungguh berbakti dan taat kepada Tuhan dan biar saja sekalipun suami dan anak-anak tidak sungguh-sungguh mengikut Tuhan toh iman saya akan menyelamatkan mereka. Tetapi kemudian dengan waktu berjalan, saya dibukakan dengan ayat-ayat berikutnya dimana ayat selanjutnya tertulis (ayat 32) kalau mereka (semua orang yang ada di rumahnya) mendengar pemberitaan Firman Tuhan dari Paulus dan Silas dan sebagai konfirmasi bahwa mereka percaya apa yang mereka dengar maka mereka memberi diri dibaptis (ayat 33). Ini logis dalam arti mereka tidak akan memberi diri dibaptis kalau mereka sendiri tidak yakin ajaran yang disampaikan oleh Paulus dan Silas. Tentu saja waktu mereka merespon dengan setiap anggota keluarga memberi diri dibaptis ada kelanjutan yang harus mereka lakukan. Baptisan terjadi segera setelah pengakuan iman mereka. Baptisan adalah bentuk pengakuan iman mereka yang bisa dilihat oleh publik. Namun setelah dibaptis ada pengerjaan yang harus dilakukan. Kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar (Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi 2 : 12). Ada pembaharuan hidup yang harus dikerjakan dengan takut dan gentar tapi iklas/rela dibaharui. Ketika anugerah pertobatan itu datang, kita dengan rela memberikan hidup kita dipakai Tuhan.
Dalam Perjanjian Lama dimana Tuhan berbicara kepada Samuel bahwa Tuhan akan menghukum Imam Eli dan keluarganya.
1 Samuel 3 : 11Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Ketahuilah, Aku akan melakukan sesuatu di Israel, sehingga setiap orang yang mendengarnya, akan bising kedua telinganya. 12Pada waktu itu Aku akan menepati kepada Eli segala yang telah Kufirmankan tentang keluarganya, dari mula sampai akhir. 13Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka! 14Sebab itu Aku telah bersumpah kepada keluarga Eli, bahwa dosa keluarga Eli takkan dihapuskan dengan korban sembelihan atau dengan korban sajian untuk selamanya."
Kalau kita berpikir kembali kepada Kitab Kisah Para Rasul 16 dimana seolah-olah satu orang percaya, satu keluarga diselamatkan maka kita akan melihat Imam Eli, dia seorang Imam, pasti dia orang yang sudah bertobat atau percaya Tuhan (konteks Perjanjian Lama, Yesus belum terlahir sebagai manusia) sehingga anak-anaknya tidak perlu lagi melakukan apapun pasti akan selamat. Tetapi toh tidak seperti itu, Imam Eli pada ayat 13 dalam Kitab 1 Samuel 3 dikatakan bahwa dia telah mengetahui kalau Tuhan sudah memberitahukan tentang dosa anak-anaknya namun dia tidak memarahi mereka. Bahkan di ayat 12 Tuhan menyatakan bahwa Dia telah berfirman, Tuhan sudah memperingati tapi Imam Eli tidak menaati sehingga hukuman Tuhan datang bagi keluarganya.
Setiap orang pada akhirnya, mau atau tidak, suatu saat akan berdiri di hadapan Tuhan mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang dilakukannya di dunia ini, tidak bisa diwakili oleh orang lain, keluarga kita sekalipun.
Roma 14 : 12 Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.
Itu kenapa di Alkitab juga banyak sekali mengingatkan orang tua untuk mendidik anak-anaknya. Karena bagian tanggung jawab orang tua mengajarkan kebenaran pada anaknya namun ada juga bagian anak merespon ajaran dari orang tuanya, salah satunya ayat di bawah ini
Ulangan 6 : 7 Kamu harus mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu, dan membicarakannya pada waktu kamu duduk-duduk di rumah, pada waktu kamu sedang berjalan-jalan di luar, pada malam hari sebelum tidur, dan pada pagi hari sesudah bangun.
Amsal 13 : 24, Amsal 22 : 6, Amsal 29 : 17, Amsal 3 : 12, Mazmur 123 : 3 – 5, Efesus 6 : 4, Kolose 3 : 21, Amsal 29 : 15 dan mungkin masih ada lagi ayat-ayat yang mengingatkan orang tua untuk mendidik anak sehingga anak-anak dipersiapkan untuk dapat mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Tuhan.
1 Tesalonika 5 : 21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.
Kita harus bertanya Tuhan untuk setiap hal yang akan kita lakukan. Kita harus dekat dengan Firman. Kita harus mendoakan hal-hal yang kita lakukan. Kita perlu berhati-hati dalam mengambil ayat di dalam Alkitab, kita perlu mempelajari konteks pada saat penulisan sebelum kita menyimpulkan sesuatu dan belajar dengan sungguh-sungguh melalui orang-orang yang sudah terlebih dahulu belajar Firman, juga lewat Bapak-bapak gereja. Bandingkan beberapa tafsiran yang ada dan dengan sungguh-sungguh kita perlu mencari tahu sebelum mengambil suatu buku, siapa penulis dari buku tersebut sehingga kita tidak salah dalam mempelajari suatu buku yang akan menopang pemahaman kita tentang Firman Tuhan. Kita juga harus rendah hati mau dibentuk ketika itu berbicara kebenaran Firman maka kita harus menerimanya. Kiranya kita semakin bertumbuh dalam iman kita dan semakin diubahkan dari sehari ke sehari sampai kita bertemu Bapa. LAUS DEO
Penjelasan konteks Kisah Para Rasul 16 : 31 diambil dari Matthew Henry Commentary, Tasiran Alkitab Utley dan English Standard Version(ESV) Study Bible.
26 September 2021
Demita Klassen
Identitasku di dalam Kristus
Siapakah aku dan apa yang mendefinisikan diriku? Apa identitasku?
Pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang cukup sulit untuk dijawab oleh banyak orang. Banyak remaja, dewasa muda bahkan orang dewasa yang terus berjuang dengan segala daya upaya untuk mencari definisi dari identitas diri mereka. Pertanyaan ini begitu signifikan sehingga kegagalan untuk menemukan jawabannya seringkali membawa krisis yang cukup besar pada hidup seseorang.
Seringkali orang mendasarkan identitas mereka pada apa yang mereka lakukan (baik itu pekerjaan mereka, posisi dan status, hingga peran mereka dalam suatu hubungan), mendefinisikan diri mereka sendiri dengan melakukan pengejaran-pengejaran pada hal-hal di atas. Dan kadang orang mendefinisikan identitas mereka dengan apa yang mereka miliki baik berupa materi ataupun non-materi: rumah, mobil, kecantikan/ketampanan, kesehatan yang baik, ketenaran, banyaknya teman ataupun fans, punya banyak anak, dan seterusnya. Tetapi sayangnya seringkali ketika kita merasa telah mencapai pengejaran-pengejaran kita seperti yang disebutkan di atas, kita akan menemukan kekosongan didalamnya. Pekerjaan, posisi, pencapaian, peran dalam hubungan, kepemilikan akan materi, dst tidak akan memberikan kepuasan sejati dalam diri seseorang dan mereka akan memulai pencarian akan jawaban lain yang mungkin akan berakhir sama dengan pencarian di awal : kekosongan dan kesia-siaan.
Tuhan Allah memiliki kerinduan agar semua orang menemukan identitas mereka di dalam Kristus.
Jika kita adalah pengikut Kristus, identitas kita mencakup semua kelimpahan menjadi anak Allah yang terkasih. Inilah cara kita dapat mulai menjalani hidup kita sepenuhnya di dalam Kristus, dengan mengenali dan mengetahui bahwa identitas kita ditemukan di dalam Kristus. Kita harus kembali pada Firman Tuhan untuk mengidentifikasi diri kita dan untuk mengingatkan diri kita siapakah kita di dalam Kristus.
1. Aku diampuni
Karena Tuhan Yesus telah membayar harga yang dituntut oleh keadilan Allah atas dosa-dosaku dan menanggung murka Allah atas diriku, aku diampuni untuk semua dosaku (baik dosa dimasa lalu, sekarang, dan masa depan), ketika aku menaruh kepercayaanku kepada Yesus. Aku adalah pribadi yang telah diampuni oleh Tuhan semesta alam, bukan karena kebaikan yang telah aku lakukan tapi karena pekerjaan Kristus di atas kayu salib.
2. Aku dikasihi
Tuhan mengasihi aku tanpa pamrih, walaupun aku adalah manusia berdosa. Dan dalam FirmanNya, Dia berjanji tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkanku dari kasihNya yang besar bagiku. Walaupun orang-orang disekelilingku mengecewakanku dan tidak mengasihi aku tanpa pamrih, tapi aku punya Allah Bapa yang mengasihiku sebagaimana aku adanya.
3. Aku diselamatkan
Berkat pengorbanan Yesus di kayu salib,aku diselamatkan dari: dosa, kematian, setan, sifat manusia lamaku, dan pola kehidupan duniawi. Pekerjaan Kristus di atas kayu salib telah sempurna menyelamatkan aku dari hidupku yang penuh dosa dan bahkan memberikan masa depan yang penuh harapan di dalam Kristus.
Rasa syukur atas keselamatanku ini dapat kuungkapkan dengan melakukan pekerjaan baik yang telah Tuhan persiapkan untuk kulakukan, juga dengan membantu orang lain menemukan hubungan dengan-Nya sehingga mereka juga dipulihkan dan diselamatkan.
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.“ (Efesus 2:8-10)
4. Aku diberkati
Tuhan telah memberikan padaku berkat terbesar dari semuanya : diri-Nya sendiri. Melalui janjiNya, aku tahu bahwa Tuhan sendiri akan menyertaiku, mengasihiku, dan mengerjakan segala sesuatu dalam hidupku untuk tujuan yang baik dan mulia.
Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.“ (2 Korintus 9:8)
5. Aku diterima
Di tengah dunia yang penuh dengan berbagai persyaratan yang diminta supaya kita bisa merasa diterima, Tuhan menerima aku tanpa syarat. Di dalam Kristus, aku diterima apapun latar belakang masa laluku, yang baik ataupun yang buruk. Di dalam Kristus aku diterima, meskipun saat ini hidupku tampaknya berantakan dan tidak berhasil menurut standar dunia. Di dalam Kristus, aku diterima walaupun dunia disekelilingku tampaknya runtuh. Saat aku merasa tidak layak, tidak diterima, tidak dicintai, Tuhan menerima aku apa adanya, bahkan dalam FirmanNya dikatakan bahwa aku termasuk orang terpilih dan bangsa yang kudus kepunyaan Allah sendiri.
6. Aku menjadi kuat di dalam Dia
Apapun kesulitan yang aku hadapi, dan kelemahan serta kekurangan yang aku miliki, di dalam Kristus aku mendapatkan kekuatan, karena di dalam kelemahanlah justru kasih karuniaNya dapat dinyatakan bagiku dan kuasaNya menjadi sempurna dalam kelemahan-kelemahanku.
Di masa pandemi yang telah berlangsung hampir 2 tahun ini dengan segala kesulitan dan penderitaan yang dialami manusia di seluruh dunia, berbagai tekanan semakin memicu banyaknya gangguan kesehatan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan. Dan dimasa inilah kebenaran Firman Tuhan ini kita semua butuhkan lebih lagi dari masa sebelumnya. ketika keadaan diluar sana tampaknya seperti tidak dapat dikendalikan, tidak bisa diharapkan, tidak bisa diandalkan, semakin out of control, kita harus berpegang lebih erat lagi pada janji-janji Tuhan dan kebenaranNya, dan semakin teguh berakar dan melekat pada FirmanNya. Karena didalamnya kita dapat menemukan penghiburan, kekuatan, kelepasan, dan pengharapan atas segala permasalahan yang kita hadapi. Identitas diri kita, rasa aman kita, damai dan pengharapan bagi kita dapat kita temukan di dalam Kristus dan didalam Firman serta janji-janjiNya pada kita. Ijinkan saya sharing lagu „You say“ yang sangat memberkati dan menjadi inspirasi bagi saya, dan saya harap juga menginspirasi mereka yg mendengarnya, bahwa di dalam Kristus kita temukan identitas kita.
YOU SAY
By Lauren Daigle
I keep fighting voices in my mind that say I'm not enough
(terus kulawan suara-suara dalam pikiranku yang berkata „Aku tidak cukup“)
Every single lie that tells me I will never measure up
(setiap kebohongan yang berkata „aku tidak akan memenuhi syarat“)
Am I more than just the sum of every high and every low
(apakah aku lebih daripada sekedar jumlah total dari pencapaian2 dan kegagalan2-ku)
Remind me once again just who I am because I need to know
(ingatkan sekali lagi, siapakah aku ini, karena aku perlu untuk mengetahuinya)
Ooh-oh
Reff.
You say I am loved when I can't feel a thing
(Kau bilang aku dicintai, saat aku tidak bisa merasakan apa2)
You say I am strong when I think I am weak
(Kau bilang aku kuat, saat aku merasa bahwa aku lemah)
And you say I am held when I am falling short
(Kau bilang aku bertahan, pada saat aku gagal)
And when I don't belong, oh You say I am Yours
(dan saat aku merasa tidak masuk di manapun, Kau katakan bahwa aku milikMu)
And I believe
(aku percaya)
Oh, I believe
(oh aku percaya)
What You say of me
(apa yang Kau katakan tentang diriku)
I believe
(aku percaya)
The only thing that matters now is everything You think of me
(Satu-satunya hal terpenting adalah semua yang Kau pikirkan tentang aku)
In You I find my worth, in You I find my identity
(di dalam Engkau kutemukan betapa berharganya diriku, dan di dalam Engkau kutemukan identitasku)
Taking all I have, and now I'm laying it at Your feet
(kuambil semua yang aku miliki dan kuletakkan semuanya di bawah kakiMu)
You have every failure, God, You have every victory
(milikMu lah semua kegagalanku, Tuhan, dan milikMu juga semua kemenanganku)
Ooh-oh
Reff.
You say I am loved when I can't feel a thing
(Kau bilang aku dicintai, saat aku tidak bisa merasakan apa2)
You say I am strong when I think I am weak
(Kau bilang aku kuat, saat aku merasa bahwa aku lemah)
And you say I am held when I am falling short
(Kau bilang aku bertahan, pada saat aku gagal)
And when I don't belong, oh You say I am Yours
(dan saat aku merasa tidak masuk di manapun, Kau katakan bahwa aku milikMu)
And I believe
(aku percaya)
Oh, I believe
(oh aku percaya)
What You say of me
(apa yang Kau katakan tentang diriku)
I believe
(aku percaya)
12 September 2021
Wanda Freidhof
Tenanglah Kini Hatiku
(Kidung Jemaat 410)
Tenanglah kini hatiku, Tuhan memimpin langkahku
Di setiap saat dan kerja, Tetap kurasa tangan Nya
Tuhan lah yang membimbingku tanganku dipegang teguh,
hatiku berserah penuh, tanganku dipegang teguh
Ketenangan hati kita sering dirampas saat kita mulai khawatir dan takut, dan ini dapat dirasakan anak kecil, muda dan tua. Ketakutan ini disebabkan banyak hal, misalnya: Pandemi, jatuh sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan orang yang dikasihi, sosial media yang menunjukkan kehidupan orang lain yang kelihatan sempurna dapat menambah kegelisahan kita, membuat kegundahan menjadi-jadi. Persaingan di tempat kerja atau sekolah bisa membuat kita kehilangan ketenangan, hingga muncullah ketakutan bahkan kepanikan menghantui hidup sehari-hari.
Munculnya rasa takut jika kita kehilangan fokus terhadap kekuatan pertolongan Tuhan Yesus dan tidak ada penyerahan diri kepada Yesus dalam kehidupan kita, sehingga masalah dan problema menjadi prioritas di dalam kehidupan kita. Hidup itu ibarat lautan, di mana ombak datang dan pergi. Masalah dalam kehidupan dapat disamakan seperti ombak di laut. Pada saat kita berada di pantai, ombak datang, kita akan berusaha lari agar tidak basah. Dan sering jika kita mengalami masalah kita berlaku demikian, kita ingin lari dari masalah, bahkan panik dan kepanikan itu mengakibatkan kita lupa segala-galanya, sehingga kita melupakan kekuasaan Tuhan yang bisa merubah segalanya, yang tadinya tidak kita bayangkan hingga bisa terjadi.
Tahukah saudara, bahwa dalam Alkitab tertulis kata: «Jangan takut» 365 kali, bahwa Tuhan mengatakan kepada kita setiap hari: Jangan Takut, Aku selalu besertamu.
Dalam Lukas 12:25 tertulis: «Siapakah di antara kamu yang karena kekhawatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya ?»
Ketakutan atau kekhawatiran, tidak membuat kita tambah panjang umur, melainkan sebaliknya membuat stress, hingga kita kehilangan kekebalan tubuh sehingga rentan akan sakit-penyakit. Satu yang membuat kita tenang jika kita rendah hati, keduanya seperti saudara kembar, karena rasa damai sejahtera ada jika kita rendah hati. Karena orang yang rendah hati mempunyai kedekatan dengan Tuhan dan tidak berfikir bahwa segala masalah bisa diatasinya sendiri. Artinya kita memiliki Tuhan di dalam hati kita. Kita membawa Tuhan kemanapun kita pergi sehingga saat kita ada dalam gelombang masalah kita kuat dan tidak mudah kecewa dan tersinggung. Karena jika kita dekat dengan Tuhan, Dia akan memberikan kita ketenangan dan damai sejahtera, pasa saat orang melukai kita dan mengecewakan kita.
Jika kita hanya berharap kepada Tuhan untuk menyelesaikan masalah-masalah kita, kita tidak lagi dengan cepat menulis status di FB menuangkan segala kekecewaan dan sakit hati kita atau mengangkat telepon menelepon teman untuk mencurahkan seluruh isi hati tentang kekecewaan kita kepada si A, kekesalan terhadap si B dan sebagainya.
Tapi kita mengadu kepada Tuhan, mengunci kamar kita, berlutut dan berdoa dan menyerahkan seluruh keluh kesah kita kepada Tuhan. Jangan kita berharap kepada manusia untuk menyelesaikan masalah kita tetapi berlarilah kepada Tuhan karena Dia akan menyimpan segala rahasiamu dan yang memberi ketenangan hati, karena sebenarnya Tuhan itu lebih dekat dari yang kita kira dan rasakan.
19 September 2021
Mieke Lolong
DarahNYA Yang “Berbicara“ Pada Kita
Renungan yang aku sampaikan kali ini diilhami dari pemikiran bagaimana kita mengalami pengalaman tentang kekuatan yang tidak terbatas dari darah Kristus. Aku ingin mencoba melihat dan menjabarkannya dengan perspektif, yang menurutku, bisa membawa kita lebih melihat kehadiran Tuhan dalam hidup ini.
Pasti orang akan bertanya-tanya karena sulit untuk dapat mengerti apa yang dimaksud *darahNYA berbicara*... itu hanyalah *gambaran bahasa*. Teman-teman... Ibarat dua orang, lelaki dan perempuan, yang berada di dalam suatu ruangan, dapat saling bertukar komunikasi tanpa ber-kata-kata, dimana salah satunya se-akan-akan sudah dapat mengetahui apa yang hendak dikatakan oleh lawan bicaranya. Hal yang sama bisa kita alami dalam berbagai area kehidupan ini, misalnya kalau kita menyatakan bahwa kita benar-benar *terbawa* dengan alunan musik yang kita dengar, padahal kenyataannya kita tidak bergerak sedikitpun secara fisik.
Contoh lain, banyak orang tua yang menyimpan gambar atau lukisan yang dibuat oleh anak-anaknya sewaktu kecil, dan dikemudian hari gambar-gambar atau lukisan anak-anak itu mengingatkan orang tua pada masa anak-anak mereka masih kecil, pada moment-moment yang berbahagia yang mereka alami bersama dulu. Jadi, sekalipun gambar-gambar atau lukisan-lukisan yang dibuat oleh anak-anak mereka itu kurang bagus atau jelek, tapi setidaknya mengingatkan para orang tua tentang hari-hari yang diliwati bersama anak-anaknya sewaktu mereka masih kecil.
Nah, kalau kita mendengar atau membaca bahwa darah yang tertumpah di kayu salib itu tetap dapat *berbicara* dengan kita sampai saat ini, bukanlah berarti kita bisa mendengarnya seperti suara orang yang sedang berkumur-kumur atau bunyi yang dapat didengar lewat telinga kita. Namun, pengertian darah disini adalah sebagai tanda yang mengingatkan kita, seperti sebuah wahyu, dan merupakan jaminan tentang kebenaran yang ditonjolkan secara mendalam yang berhubungan dengan kayu salib.
Percayakah teman-teman, bahwa darahNya itu tetap masih *berbicara* dengan kita sampai saat ini ? Aku percaya bahwa setiap kita sedang memikirkan atau berbicara atau menyanyikan tentang darahNya yang sangat berharga dan tak ternilai itu, Tuhan sedang mengingatkan kita tentang apa yang telah DIA lakukan buat kita, dan tetap menginginkan untuk melakukan sesuatu terhadap kita atau lewat kita...
Teman-teman, kalimat pertama yang *dikatakan* oleh darahNya kepada kita adalah: *Tuhan mengasihimu*... Darah Kristus yang tercurah adalah jaminan abadi dari Kasih Allah. Hal ini terbukti dengan DIA mengorbankan anak satu-satunya mati untuk kita. Di dalam Alkitab, kasih Allah yang di-definisi-kan berhubungan dengan kematian di kayu salib, tercantum dalam :
-
Kitab Roma 5:8
Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
-
Kitab 1 Yohanes 3:16
Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; ......
Di kayu salib, anakNya telah mati, di tempatkan oleh serdadu Romawi di antara orang-orang berdosa, dan darahNya terkucur dari luka-lukaNya, dan tubuhNya yang terluka ... Mengapa ??? Semua itu adalah dikarenakan oleh kasih dari Alah Bapa, dan Putera dan Roh Kudus buat kita ... umat yang dikasihNya. Sejak penyaliban di Golgota itu, kita tidak bisa sekedar menganggap darahNya sambil mempertanyakan intergritas Allah, karena tidak ada makhluk di bumi ini yang mampu atau sanggup untuk mengorbankan dirinya seperti kasih yang Allah berikan.
Sebagai orang beriman, kita sebaiknya dapat *memercikan darahNya dalam setiap keragu-raguan kita* untuk memperoleh jawaban dalam setiap masalah hidup kita. Dengan begitu, kita bisa menghadapi setiap ujian hidup dan tidak meragukan akan Kasih Allah. Berbagai tekanan hidup dalam kehidupan modern yang kita hadapi, bisa menjadi tantangan yang keras dalam hidup keimanan kita. Masalah-masalah seperti: penolakan, kehilangan pekerjaan, terlibat hutang, keluarga yang berantakan, menderita penyakit dan lain-lainnya... dapat membuat para orang yang beriman mempertanyakan Kasih Allah terhadap diri masing-masing.
Nah, diwaktu kita meragukan tentang bagaimana besarnya Kasih Allah itu dalam diri kita, cobalah untuk *memercikan darahNya* dalam setiap aspek keraguan kita itu. Secara keimanan, cobalah membungkus semua kesulitan hidup yang dihadapi dengan darahNya, dan kesulitan kita itu akan terkubur selamanya.
Tentu saja, darahNya tidak akan melenyapkan situasi yang kita hadapi, namun akan memberikan kita jaminan yang penuh dan utuh, tentang Kasih Allah yang dapat membuat kita bertahan dalam menghadapi setiap keadaan, dan mengatasinya dengan menggunakan kesabaran tingkat Surgawi (Godly patience).
5 September 2021
Stefanus Wolo Itu
BERKOTBAH DI SEKOLAH CINTA
Hari minggu 5 September lalu saya mengikuti kegiatan Persekutuan Kristen Indonesia atau PERKI Swiss di Volketswil-Kanton Zürich. Mereka mengundang saya untuk berdoa, bernyanyi bersama dan membawakan kotbah.
PERKI Swiss merupakan sebuah persekutuan ekumenis. Persekutuan ini terdiri dari pelbagai denominasi Kristen dan juga orang-orang katolik. Mereka berasal dari seluruh Indonesia. Ada orang Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, NTB dan NTT. Mereka tinggal di Swiss karena pernikahan, pekerjaan dan studi.
Komunitas ini seringkali menyelenggarakan kegiatan ekumenis. Ada doa bulanan berskala kecil. Ada perayaan paskah dan natal berskala besar. Ada sekolah minggu ekumenis. Ada pentasan budaya Indonesia. Tampilan mereka keren. Apalagi dilengkapi asesoris fashion keluaran Swiss.
Mereka juga sering mengumpulkan aksi solidaritas. Entah untuk sama saudara di Swiss maupun di tanah air. Saya kira aksi solidaritas ini sudah menembus ratusan juta. Aksi solidaritas ini bebas dari « primordialisme internal Kristen dan Katolik ». Juga bebas dari sekat agama, suku dan kepentingan politik.
Mereka sering mengundang para pendeta dan pastor untuk memimpin ibadat ekumenis ini. Pastor dan pendeta membawakan kotbah secara bergilir. Saya sendiri cukup laris berkotbah. Perjumpaan pendeta dan pastor dalam „OASE PERKI“ selalu membawa sukacita.
Saya mengenal beberapa pendeta yang pernah bertugas di Indonesia. Salah satunya Pendeta Armin Keller dari gereja Lutheran Jerman. Beliau lama bertugas di Sumatera. Kami berdua saling menyapa „Abang-Adik“. Saya menyapanya „Abang Armin“. Beliau menyapa saya „Adik Stefan“. Sapaan bernuansa persaudaraan. Kami sepakat „Abang-Adik“ mesti menjadi „Motor Penenun Persaudaraan Komunitas Ekumenis“.
Saya berterima kasih dan menghargai undangan istimewa dari PERKI kali ini. Saya hadir karena tiga alasan:
Pertama, saya sedang bebas dari pelayanan pastoral di wilayah paroki sendiri. Saya punya waktu untuk melayani komunitas PERKI. Bagi saya PERKI Swiss adalah juga „Schola Amoris atau Sekolah Cinta“. Sekolah yang membantu masyarakat kristiani agar bertumbuh dalam cinta kasih kepada Tuhan, sesama dan lingkungannya.
Kami hidup di dunia barat. Hidup di kawasan masyarakat individu. PERKI menjadi salah satu komunitas persaudaraan yang memupuk solidaritas keindonesiaan di Swiss. Setiap orang kristiani dari gereja manapun terpanggil menjadi perajut persaudaraan. Di tengah ateisme dan sekularisme bumi Alpen, kita terpanggil untuk tetap berbicara tentang Tuhan. Kita juga memberikan kesaksian iman kita.
Kedua, moment ini juga bertepatan dengan jubileum imamat saya yang ke 24. Tanggal 3 September, saya merayakan jubileum imamat ke 24 seorang diri. Saya mensyukuri imamat saya dalam kesendirian. Mulai dari doa, ekaristi dan makan minum.
Sehari setelahnya, saya merayakan syukuran bersama keluarga Felisia, Irwanto, Adriel dari Brugg. Kami bergabung bersama Stefan dan Santy di Lensburg. Kami menikmati makanan dan minuman istimewa. Kami juga berbagi suka duka hidup keluarga dan hidup imamat. Kami saling memperkaya dan saling meneguhkan.
Saya juga ingin merayakan sukacita imamat bersama PERKI. Pertama kali saya merayakan syukuran imamat bersama komunitas ekumenis. Saya ditahbiskan sebagai imam katolik. Saya menjalankan tugas pelayanan sesuai dengan norma gereja katolik. Tapi saya menginginkan sebuah persaudaraan yang lintas batas. Dalam urusan persaudaraan, saya mesti keluar dari „Sekat Kekatolikan“.
Motto imamat saya „AKU MENGASIHI ENGKAU KARENA ENGKAU MULIA DAN BERHARGA DI MATAKU“. Motto ini mengingatkan kasih imamat saya yang mesti lintas batas. Semua orang yang saya jumpai, apapun latar belakangnya, adalah mahluk mulia dan berharga. Mereka memiliki martabat dan harga diri yang sama luhur. Mereka semua gambar Allah dan mahluk ciptaan Tuhan. Jadi tidak hanya terbatas pada orang katolik.
Saya diingatkan untuk menjadi perajut persaudaraan universal. Melalui sakramen pembabtisan kita mengambil bagian dalam tugas-tugas Yesus. Salah satu tugas kita adalah mewartakan sabda Tuhan. Kita hidup di Swiss dan berintegrasi dengan kultur dan masyarakat Swiss. Berkat kekayaan nilai-nilai injili, kita perlu berkontribusi membangun peradapan cinta di negeri Alpen.
Ketiga, saya ingin mengobati rasa rindu. Saya rindu warga komunitas PERKI ini. Situasi Pandemie membatasi perjumpaan kami. Kami hanya kontak jarak jauh. Saya hanya menikmati postingan-postingan kreatif mereka di jagat maya. Saya ingin menjumpai mereka di dunia nyata. Perjumpaan di dunia nyata adalah pengobatan rasa rindu yang sejati.
Kerinduan saya ini terjawab secara mengesankan. Sekitar 30 an „Penenun Persaudaraan dan Guru Sekolah Cinta“ PERKI Swiss hadir. Ada Alfonco Sinaga, Ketua PERKI Swiss yang mengiringi lagu-lagu dengan guitar tunggal. Ruth memandu keseluruhan perayaan ekumenis. Emria Sitorus memimpin lagu-lagu merdu. Ada Susie Lehmann, Christiana, Vivien Studler, Frankie, Elni, Cynthia Lebet dan sejumlah pengurus PERKI.
Kami menyanyikan enam lagu: Kaulah Segalanya, Hidup ini adalah Kesempatan, Give Thanks, Tahta Sucinya, Tiap LangkahKu dan Ku Tak Pandang dari Gereja Mana. Syair-syairnya sangat meneguhkan persaudaraan kristiani. Sementara ibu Karin membawakan lagu „THE PRAYER“ dari Celine Dion dan Josh Groban dengan iringan Querflöte atau seruling.
Setelah perayaan kami bersantap siang bersama. Saya terharu karena santapan siang ini adalah juga resepsi hari ulang tahun tahbisan. Makanannya bervariasi dan enak. Ibu-ibu menyediakannya dengan penuh sukacita. Mereka tampil dengan senyuman penuh kasih. Mereka juga memberikan hadiah untuk saya. Hadiah yang bernuansa persaudaraan.
Saya mengapresiasi komunitas PERKI sebagai komunitas yang mulia dan berharga di mataku. Saya ingat akan dokumen tentang persaudaraan manusia yang ditandatangani di Abu Dhabi, 4 Pebruari 2019 oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Ahmad Al Tayyeb. Dokumen ini merupakan undangan untuk rekonsiliasi dan persaudaraan di antara semua orang beriman dan yang tidak beriman. Dan juga persaudaraan di antara semua yang berkehendak baik.
Saya mengapresiasi spirit ekumenis PERKI Swiss. Tetaplah menjadi „Schola Amoris atau Sekolah Cinta“. Sebagai „Sekolah Cinta“ kita menata ruang luas nilai-nilai rohani dan manusiawi. Kita menghadirkan keutamaan-keutamaan moral kristiani.
Semua agama mengajarkan kasih sayang, kejujuran, toleransi dan keadilan. Pelajari nilai-nilai agama itu dan praktekkan dengan penuh sukacita. Dengan itu kita menghindari „perdebatan yang tidak produktif antara kristen, katolik dan agama-agama lain“.
Imam Projo Keuskupan Agung Ende Flores NTT
Misionaris Fidei Donum di Keuskupan Basel Swiss
22 Agustus 2021
Alfonco Sinaga
MERDEKA DARI MASA LALU
Bulan Agustus cukup banyak bangsa-bangsa yang merayakan hari kemerdekaan. Termasuk Indonesia yang baru merayakan hari kemerdekaan yang ke-76 pada tanggal 17 Agustus 2021 yang lalu. Seperti kita tahu bahwa sebelum merdeka, bangsa kita dijajah oleh Belanda selama 350 tahun. Belasan generasi bangsa kita hidup di alam penjajahan, hidup dalam keterbatasan, kemiskinan dan kebodohan. Hingga suatu saat para pejuang bangsa kita melakukan perlawanan untuk mengusir penjajah dari tanah air kita.
Apa sesungguhnya arti kata “merdeka”? Merdeka artinya bebas, berdiri sendiri, tidak terkena tuntutan, atau lepas dari tuntutan, tidak terikat, tidak bergantung kepada orang lain atau pihak lain, leluasa dan seterusnya. Sementara itu kemerdekaan itu dapat diperoleh sebuah bangsa berkat perjuangannya sendiri yang berperang melawan bangsa lain yang menjajahnya. Atau dapat juga bangsa yang menjajahnya yang memberikan kemerdekaan kepada bangsa yang dijajahnya alias dimerdekakan.
Sebuah kemerdekaan selalu berkaitan dengan masa lalu, yaitu masa lalu yang suram, sulit, pahit, getir, terbelenggu, tersiksa, trauma, terpidana, perasaan bersalah, dan lain sebagainya. Semua kondisi itu dapat membuat jiwa kita jadi kerdil, tidak percaya diri, frustasi, sengsara, merasa tidak berguna, selalu curiga kepada orang lain, berpikir negatif, sensitif, murung, tidak punya harapan, selalu ingin menuntut balas, putus asa dan sebagainya.
Inginkah kita bebas merdeka dari perasaan terjajah dari masa lalu tersebut? Semua tentunya ingin, makanya ada yang pergi berobat, konsultasi, konseling, curhat, termasuk berdoa dan beribadah kepada Tuhan, dengan harapan beban masa lalu itu diangkat dan hilang dari kehidupannya. Namun sering kita gagal, kenapa? Karena sebagian orang menganggap beban masa lalu terlalu berat, terlalu pahit, terlalu sadis, di luar akal sehat, sungguh tidak manusiawi, traumatis dan sebagainya atau yang kita sering sebut dengan „akar pahit“.
Kenapa orang gagal bebas atau merdeka dari masa lalu? Atau kalau kita bandingkan dengan sebuah bangsa yang gagal merdeka, kenapa? Ada dua alasan, yaitu bangsa itu tidak benar-benar ingin merdeka, atau tidak ada yang berkenan memberikan kemerdekaan padanya. Namun yang jelas untuk keduanya dibutuhkan „niat“ untuk merdeka, apakah kita sendiri yang ingin merdeka, atau ada yang ingin memerdekakan kita. Percuma saja sudah ada yang ingin memerdekakan kita, tapi kita sendiri tidak mengambil kesempatan tersebut. Dan selain niat, dibutuhkan perjuangan agar kita dapat keluar dari keterjajahan tersebut.
Semenjak manusia jatuh ke dalam dosa, kutuk dosa itu sangat kejam sesungguhnya, meskipun manusia itu ingin merdeka dari hukuman tetapi tidak pernah bisa. Apapun usaha dan upaya manusia itu namun tidak benar-benar mampu membebaskan dirinya dari belenggu dosa. Bahkan manusia itu suatu saat harus menemui ajalnya, itulah sebagai upah dosa yaitu maut. Hukuman itu sudah tidak dapat ditawar lagi.
Hingga satu ketika, Tuhan sendirilah yang memerdekakan kita. Tidak dengan kata-kata tapi lagi-lagi dengan sebuah pengorbanan, yaitu yang kita kenal dengan penyaliban Yesus di kayu salib. Memang sungguh dibutuhkan sebuah pengorbanan untuk merdeka dari penjajahan. Dalam hal ini penjajahan oleh dosa manusia itu sendiri yang dilakukan oleh Adam dan Hawa. Memang kita harus akui semuanya terjadi (dosa) adalah karena kesalahan manusia itu sendiri, sama dengan peperangan di dunia ini adalah juga karena kesalahan manusia itu sendiri.
Tanpa Tuhan yang memerdekakan kita melalui anaknya Yesus Kristus, tidak mungkin manusia itu bebas merdeka, selamanya akan terjajah dan selamanya manusia itu hidup dalam kekelaman akibat dosa. Namun meskipun demikian, kemerdekaan itu tiada artinya apabila kita tidak sungguh-sungguh berniat menerimanya, apabila kita tidak mampu melepaskan diri kita dari beban masa lalu, entah itu karena kesalahan kita sendiri, atau kesalahan orang tua, atau kesalahan orang yang di sekitar kita.
Yang jelas, semua belenggu masa lalu itu sudah ditebus oleh Yesus di kayu salib, jadi apabila kita masih terus memikul dosa masa lalu, beban masa lalu, adalah kebodohan kita sendiri, adalah salah kita sendiri, jangan salahkan siapa-siapa. Karena kalau kita menyadari bahwa Tuhan sudah memerdekakan kita, tidak ada lagi alasan kita menangisi masa lalu, atau selalu kembali ke sana, atau hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Merdekalah sebab setiap orang berharga di mata Tuhan dan setiap orang berhak menerima kemerdekaan itu.
1 Korintus 6:20
„Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:
Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!“
Merdeka !!!
15 Agustus 2021
Frankie Massie
Kasih Setia Mu
”Kasih Setia Tuhan, Fondasi Kekuatan Iman”
Mazmur 138: 1- 8
Sering kita mendengar dan membaca Renungan mengenai Kasih.
Terakhir di Ibadah Minggu Perki 1 Agustus 2021 oleh Ibu Roslina Ritonga.
Kasih Tuhan itu sangat jauh berbeda dari kasih lain yang ada di dunia ini.
Tidak ada alasan bagi kita untuk meragukan kasih Tuhan dalam hidup ini!
Menghormati Kasih Setia Tuhan
Tuhan itu baik, itu benar dan bukan berarti kita bisa berlaku semena mena, karena kekesalan yang hanya membawa kita dalam penderitaan. Karena itu nikmatilah kebaikan Tuhan, bersyukurlah senantiasa dalam segala hal yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan kita, hormatiah kasih setia Tuhan melalui cara hidup yang benar sesuai FirmanNya. Kehormatan kita kepada kasih setia Tuhan membawa kita pada perkenanan kasih setiaNya yang tidak akan pernah terbatas oleh apapun. Dia akan menjawab dan akan menolong kita senantiasa.
Dengar: Lagu Kasih Setia Mu
“Beginilah firman Tuhan: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan menjawab engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau;”
(Yesaya 49: 8a).
Pernahkah terbersit di pikiran kita, bagaimana seandainya Tuhan tidak lagi berkenan akan hidup kita bahkan tidak peduli atas setiap permohonan bahkan pengakuan dosa kita? Apa jadinya dunia ini jika demikian dan apa jadinya hidup kita tanpa perkenanan Tuhan? Kasih setia dan kebaikan Tuhan tidak pernah berhenti bukan berarti Tuhan menginginkan diri-Nya dipermainkan, segala kebaikan dan kasih setia Tuhan untuk dihormati dan disyukuri.
Bangsa Isreal mengetahui bahwa Allah sangat mengasihi mereka, karena bangsa Israel adalah umat Pilihan Tuhan, tujuan pemilihan itu sesungguhnya agar bangsa Israel mampu memancarkan kemuliaan Tuhan dengan perbuatan dan Iman mereka, namun sangat disayangkan bangsa itu menyepelekan bahkan menginjak kasih setia Tuhan, bangsa Israel meninggalkan Tuhan dengan pergi menyembah ilah lain, melakukan dosa, mencintai kejahatan dan menjauhkan diri dari kebenaran dan perintah Tuhan. Hal itu membuat Tuhan marah dan tidak berkenan atas Israel, sehingga Allah menghukum umatNya melalui bangsa bangsa babel. Ketidakhormatan bangsa Isarael akan kasih setia Tuhan telah membawa bangsa itu kedalam penghukuman.
Mazmur 118
Ingatlah Perbuatan Tuhan
Mazmur ini berbentuk tata ibadah yang meriah. Ibadah syukur ini dibuka dengan pengakuan bahwa Tuhan itu baik dan kasih setia-Nya sampai selama-lamanya (ayat 1-4). Pengakuan ini mengundang umat untuk bersama-sama bersyukur kepada Tuhan (ayat 24-29).
Pada bagian berikutnya, pemazmur menjelaskan alasan mengapa dirinya menaikkan doa syukur kepada Tuhan. Dalam hidupnya, ia mengalami banyak pertolongan Tuhan (ayat 5-9), Ia melihat langsung bagaimana tangan Tuhan yang perkasa menopang hidupnya dari gempuran para lawannya (ayat 10-16); Meskipun didikan Tuhan itu keras, di balik semuanya itu terdapat kasih setia Tuhan yang menyelamatkan (ayat 18).
Itu sebabnya pemazmur bertekad untuk menceritakan segala perbuatan Tuhan yang hidup kepada semua orang (ayat 17, 19-23).
Ungkapan, kesaksian, dan pernyataan pemazmur mengenai kebesaran, kemahakuasaan, dan kemurahan Tuhan dapat dijadikan panduan hidup bagi kita dalam menjalani ibadah, baik secara pribadi maupun bersama sama. Dalam ibadah pribadi, kita diingatkan betapa pentingnya mengingat segala perbuatan Tuhan yang dahsyat dalam hidup kita. Ingatan akan kebaikan Tuhan menjadi landasan yang kuat bagi kita untuk bersyukur kepada Nya.
Hati yang penuh rasa syukur dapat menyegarkan jiwa dan menjadi kekuatan kita di saat susah dan sedih. Penghiburan Tuhan itu akan membuat pencerahan dalam hidup kita untuk terus mengayunkan langkah menjalani hidup ini dengan kekuatan iman. Itu sebabnya, hati yang penuh syukur bagaikan wewangian yang bisa dicium dan dirasakan oleh banyak orang.
Tujuan dari kesaksian adalah memuji dan memuliakan Tuhan. Karena itu, marilah kita berdoa agar kita senantiasa bisa menceritakan segala perbuatan Tuhan yang dahsyat kepada semua orang agar mereka juga merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya.
Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib.
(Mazmur 17: 7)
Lanjutkanlah kasih setia-Mu bagi orang yang mengenal Engkau. (Mazmur 36: 11)
Sebab kasih setia Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.
Perdengarkanlah kasih setia Mu kepadaku pada waktu pagi, sebab kepada Mulah aku percaya. (Mazmur 143: 8)
Ada banyak alasan mengapa Daud adalah teladan dari Perjanjian Lama yang luar biasa mengenai umat Tuhan yang hidup dalam kasih karuniaNya. Sebelumnya kita melihat bagaimana Daud mengakui Tuhan sebagai sumber kekuatan dan tempat perlindungannya.
“Tuhan adalah benteng hidupku” (Mazmur 27: 1),
“Allah ialah tempat perlindungan kita” (Mazmur 62: 9).
Dalam ayat-ayat renungan kita hari ini, kita melihat bagaimana Daud mengandalkan kasih setia Tuhan.
Kasih setia adalah istilah perjanjian lama yang sangat erat kaitannya dengan istilah Perjanjian Baru yaitu kasih karunia. Kasih setia berbicara mengenai kasih Tuhan yang sungguh-sungguh, setia dan teguh kepada umat Nya. Di dalamnya tersirat kebenaran mengenai belas kasihan Tuhan, yaitu bagaimana Tuhan menangguhkan hukuman yang setimpal bagi dosa-dosa kita. Namun, lebih dari itu. Kasih setia juga mencakup kebaikan Tuhan, yaitu bagaimana Ia berkomitmen untuk melakukan yang baik bagi anak-anak Nya setiap hari, menyediakan apa yang mereka perlukan.
Banyak hal yang dapat kita pelajari mengenai hal ini kita temukan di dalam banyak kesaksian Daud mengenai kasih setia Tuhan dan bagaimana ia mengandalkan hidupnya terhadap kasih setia Tuhan ini. “Tunjukkanlah kasih setia Mu yang ajaib.” Daud memiliki kerinduan yang mendalam agar Tuhan memperlihatkan keajaiban kasih setia Nya di dalam hidupnya sehari hari. Ia tahu bahwa kasih setia Tuhan akan menjadikan hidupnya seperti yang dikehendaki Tuhan.
“Sebab kasih setia Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.”
Daud memuji Tuhan yang dengan setia menunjukkan kebaikan Nya dalam hidupnya, yang melebihi segala sesuatu yang dapat ditawarkan oleh dunia ini. Tuhan itu baik bagi semua orang yang hidup di bumi ini.
“Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar”
(Matius 5: 45).
Namun kasih setianya ditunjukkan kepada mereka yang memiliki hubungan yang sejati dengan Dia melalui iman. Daud menginginkan kebaikan Tuhan ini menjadi sumber bagi hidupnya dan hidup semua umat Nya. “Lanjutkanlah kasih setia Mu bagi orang yang mengenal Engkau.”
Daud mencari Tuhan untuk karya kasih setia Nya setiap pagi. “Perdengarkanlah kasih setia Mu kepadaku pada waktu pagi, sebab kepada Mulah aku percaya!”
Ketika Tuhan mencurahkan kasih dan kesetiaan Nya, Daud memuliakan Tuhan di hadapan umat Nya.
“Keadilan tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan Mu dan keselamatan dari pada Mu kubicarakan, kasih Mu dan kebenaran Mu tidak kudiamkan kepada jemaah yang besar”
(Mazmur 40: 11).
"Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus," Efesus 3: 18
Tidak ada alasan bagi kita untuk meragukan kasih Tuhan dalam hidup ini!
Doa
Ya Tuhan sumber kasih setia, aku bersyukur untuk kesetiaan Mu dan kasih Mu kepadaku selama ini. Engkau berbelas kasihan kepadaku. Engkau sudah menunjukkan kebaikan yang luar biasa kepadaku. Tolong aku agar dapat menunjukkan kasih setia Mu yang ajaib kepada orang lain.
Amin.
8 Agustus 2021
Merlin Lichtsteiner
Tetap Kuat dan Semangat di Dalam Tuhan
Tahun 2020 dan 2021 ini sangat bersejarah bagi seluruh bangsa dan seluruh umat manusia di muka bumi ini. Banyak sekali terjadi di kehidupan kita sehari-hari yang tidak pernah kita pikirkan.
Rencana Tuhan sangat berbeda dengan rencana kita. Sangat jauh berbeda seperti langit dan bumi. Misalnya, kita berencana akan liburan dan pulang ke tanah air, untuk mengunjungi keluarga dan sanak saudara, tetapi Tuhan punya rencana yang berbeda.
Amsal 19, 21
Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.
Yesaya 55, 8-9
(8) Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
(9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
Seperti pandemi yang Tuhan ijinkan terjadi saat ini, tidak pernah terpikirkan oleh manusia.
Dan akan berlangsung sedemikian lamanya. Banyak diantara kita yang kehilangan orang-orang yang kita cintai dan kita kasihi. Banyak juga yang kehilangan pekerjaan.
Semoga semua ini akan membuat kita semakin dekat kepada Tuhan dan berserah serta bersandar hanya kepada-Nya. Karena hanya Dia yang dapat menolong kita.
Mazmur 46,2
Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.
Begitu juga dalam kehidupan saya. Tuhan ijinkan ini terjadi pada suami saya.
Di tahun 2020 bulan 6, suami saya harus dirawat selama 1 minggu di ruangan intensive, dan 1 minggu di ruangan biasa, di rumah sakit lalu 1 bulan di Reha (rehabilitasi). Karena mengalami infeksi selaput otak, yang diakibatkan oleh gigitan binatang, yang kita kenal namanya “zecken“ atau sejenis kutu.
Disaat itu saya minta kekuatan dan pertolongan hanya kepada Tuhan. Saya berdoa dan mengadu serta berserah dan bersandar hanya kepada-Nya. Saya mendapatkan kekuatan yang luar biasa dan ketenangan dari-Nya. Setiap malam sebelum tidur saya selalu topang tangan di kepala suami saya dan saya berdoa minta kesembuhan kepada Tuhan. Tuhan sangat baik, setelah 1 tahun berjalan, Tuhan jawab doa saya, suami saya sembuh total.
Luar biasa Tuhan bekerja dalam kehidupan saya. Tuhan sangat baik dan tidak pernah ingkar janji.
Yeremia 33,6
Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah.
Lalu di tahun 2020 bulan 12, saya divonis dokter kanker payudara. Saya seperti disambar petir di siang hari. Tuhan tahu saya lemah disaat itu dan Tuhan bekerja atas suami saya. Suami saya berkata kepada saya “Tuhan tahu kita kuat, maka Tuhan ijinkan ini kita alami. Percayalah bahwa berdua, kita bisa lalui semua ini karena kita kuat”. Seketika itu juga saya berdoa dan mengucap syukur dan bernyanyi, memuji dan memuliakan nama-Nya. Saya percaya Tuhan akan beri saya kekuatan yang luar biasa untuk menghadapi semua ini.
1 Korintus 10,13
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Tak henti-hentinya saya mengucap syukur kepada Tuhan dengan diijinkan-Nya ini terjadi dalam kehidupan saya. Saya percaya bahwa Tuhan beri ujian ini pada saya karena Tuhan ingin saya naik kelas dan lulus dengan nilai terbaik.
Saya mengikuti semua terapi yang dokter anjurkan dan selalu berdoa minta kekuatan dari Tuhan dan tetap berserah serta bersandar pada-Nya. Sembari saya menjalani terapi, saya juga tetap melayani Tuhan, baik itu di keluarga saya, maupun di lingkungan dimana saya tinggal, juga di Persekutuan Agape dan di rumah sakit. Saya tetap setia melayani Tuhan walau saya sakit, sama seperti semasa saya masih sehat.
Tuhan beri saya kekuatan dan sukacita yang luar biasa. Setiap hari saya semakin belajar untuk lebih lagi bersyukur dan berterima kasih, dengan semua yang Tuhan berikan di dalam kehidupan saya. Saya sangat bersyukur karena Tuhan masih beri saya nafas kehidupan, untuk bisa menikmati hidup ini dan menikmati ciptaan-Nya serta masih bisa berkumpul bersama keluarga yang sangat saya cintai. Saya juga bersyukur Tuhan masih beri saya kesempatan untuk melayani-Nya.
Di tengah berjalannya terapi, dokter bertanya kepada saya, apakah saya perlu psikiater agar saya tidak jatuh dan tidak stres serta tidak depresif.
Lalu saya menjawab bahwa saya tidak perlu psikiater karena saya punya Tuhan Yesus. Tuhan Yesus adalah psikiaterku, penolongku, penghiburku dan penyembuhku.
Dokter terkejut mendengarnya dan bertanya tentang kepercayaan saya, lalu saya ambil kesempatan ini untuk berbicara tentang firman Tuhan dan kuasa Tuhan yang luar biasa. Saya juga bersaksi tentang pekerjaan Tuhan dalam kehidupan saya.
Saya juga cerita kalau saya aktif di Persekutuan Agape dan di PERKI-Swiss.
Di saat saya menjalani terapi, saya bertemu dengan pasien-pasien yang lainnya dan saya selalu bilang kepada mereka bahwa hati yang gembira adalah obat.
Kalau kita sudah gembira maka jiwa kita juga akan sehat, dengan sehatnya jiwa kita maka itu sudah obat yang sangat manjur.
Saya juga bilang kepada dokter tentang itu. Dokter bilang semenjak dia dengar itu dari saya, dokter selalu bilang dengan pasien-pasiennya bahwa hati yang gembira adalah obat.
Amsal 17,22
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.
Ketika saya melihat ada pasien yang sedih atau kadang seperti putus asa atau depresif.
Saya dekati dan bertanya apakah mau saya doain.
Dokter dan perawat pernah bertanya kepada saya. Kenapa saya tidak pernah mengeluh dan tidak pernah bersungut-sungut. Kenapa saya bisa selalu semangat, kuat, ceria, serta tenang dalam menjalani terapi ini. Saya bilang semua itu datang dari Tuhan Yesus.
Saya bisa kuat dan semangat serta penuh dengan suka cita, itu karena saya punya Tuhan Yesus.
Saya percaya Tuhan Yesus selalu menyertai hidup saya. Puji Tuhan semua terapi dan operasi yang saya alami sampai saat ini, sudah berjalan dengan lancar dan tidak ada komplikasi, karena kasih karunia Tuhan dan penyertaan-Nya dalam hidup saya.
Filipi 4,13
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Percayalah, kita akan kuat dan semangat, apabila selalu di dalam Tuhan dan bersandar hanya pada-Nya. Tuhan itu baik dan teramat baik. Dia tidak pernah ingkar janji dan akan selalu setia.
Maka dari itu kita pun harus selalu setia dan membuat Dia bangga.
Marilah kita tetap setia melayani Tuhan, walau bagaimanapun keadaan kita. Walau begitu banyak guncangan, pencobaan, masalah, sakit penyakit, pergumulan yang kita hadapi setiap hari.
Percayalah, Tuhan tidak akan membiarkan kita sendiri,
Dia akan selalu mendampingi kita dengan setia. Dia akan memenuhi janji-janji-Nya.
Dia hanya ingin kita semakin dewasa dan bertumbuh serta selalu setia di dalam Dia. Terpuji lah namaTuhan sekarang dan selama-lamanya. Amin.
Selamat berhari Minggu. Tuhan berkati kita semua.
1 Agustus 2021
Elma Roux
M O R D E K H A I
Di balik kisah hidup Ester, Mordekhai adalah tokoh sangat penting yang dipakai Tuhan untuk menolong Ester menggenapi rencana Tuhan di dalam hidupnya.
Kitab Ester mencatat karakter-karakter Mordekhai dan bagaimana Tuhan turut bekerja dalam kehidupan pribadinya selain mendampingi dan menolong Esther untuk mencapai visinya.
Karakter-karakter Mordekhai yang perlu diteladani:
1.Dimulai dengan kasih dan perhatian Mordekhai mengangkat Ester jadi anak setelah ibu bapanya mati (Esther 2:7), Ester yang adalah anak dari saudara ayahnya, berarti mereka saudara sepupu.
2.Mordekhai adalah seorang yang bijaksana, melarang Ester untuk tidak memberitahukan kebangsaan dan asal usulnya pada saat waktunya belum tiba (Ester 2:10).
3.Setia dan sabar, setelah Ester di bawa ke dalam istana raja untuk persiapan perawatan sebelum bertemu dengan raja yang membutuhkan waktu 1 tahun, untuk pemakaian wangi-wangian dengan minyak mur selama 6 bulan dan 6 bulan lainnya untuk memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan.
Mordekhai tidak membiarkan Ester sendirian tapi disebutkan tiap-tiap hari Mordekhai berjalan di depan pelataran balai perempuan di mana Ester mendapatkan perawatan, untuk mengetahui keadaan Ester dan apa yang berlaku atasnya.
Mordekhai penuh kasih sayang dan perhatian (Ester 2:11)
4.Ester dapat menimbulkan kasih sayang pada semua yang melihat dia, tidak lepas dari didikan Mordekhai juga, mengajarkan sopan santun dan bagaimana bersikap kepada orang lain.
5.Mordekhai orang yang rendah hati dan tidak menuntut haknya, saat menyelamatkan nyawa raja dan tidak mendapatkan penghargaan apapun (Ester 2:19-23).
6. Mordekhai tegas dan disiplin kepada dirinya sendiri untuk satu kebenaran yang dia percayai.
Tidak takut kepada Haman dan tidak mau tunduk kepada perintah untuk berlutut dan sujud kepada manusia. (Ester 3:2).
7.Mordekhai seorang yang bertanggungjawab, dia menyadari akibat dari keputusannya yang tidak mau menyembah Haman, semua bangsanya dirancang-rancangkan akan dibinasakan.
8.Tidak egois, dia memikirkan bangsanya, mengoyakkan pakaiannya, memakai kain kabung dan melolong-lolong dengan nyaring dan pedih saat mengetahui rencana Haman. (Ester 4:1)
9. Man of action, dia tdk cuma menangis melolong-lolong, tapi dia tahu bagaimana mengambil tindakan dalam keadaan genting, Mordekhai tahu kepada siapa perlu berbicara dan siapa yang bisa menolong bangsanya, dia pergi kepada Ester. (Esther 4:2)
10. Tegas memberitahukan kepada Esther bahwa kalau dia tidak mau bertindak untuk menghadap raja, Ester juga dengan kaum keluarganya akan binasa.
Atau kalau Ester mau berdiri untuk bangsanya, siapa tahu untuk saat seperti inilah dia malah beroleh kedudukan sebagai ratu.(Esther 4:14)
11. Percaya penuh dengan iman akan ada pertolongan dan kelepasan bagi orang Yahudi (Ester 4:14b).
12. Rendah hati, bekerja sama dan menopang aksi yang dilakukan Ester untuk berpuasa tidak makan dan tidak minum 3 hari lamanya serta melakukan semua yang dipesankan Ester kepadanya.
Dari semua karakter Mordekhai ini, Tuhan memberikan kepadanya anugrah terbesar yaitu kehidupan.
Setelah dirancang-rancangkan oleh Haman untuk disulakan pada tiang, menurut perkiraan Haman, tinggal sehari lagi Mordekhai akan mati, tetapi rancangan Tuhan berbeda.Tuhan membuat kasus di mana raja Ahasyweros tidak dapat tidur, semalam sebelum Mordekhai disulakan, sehingga raja meminta dibawakan dan dibacakan kitab pencatatan sejarah yang mana di sana tercatat tentang Mordekhai yang telah menyelamatkan raja dari rencana pembunuhan oleh 2 orang sida-sida raja sendiri.
Kematian diubahkan menjadi kehormatan,... anugrah dari raja bahkan Haman sendiri yang mengarak Mordekhai untuk mendapatkan penghargaan dan penghormatan yang Tuhan berikan kepada Mordekhai.
Haman menggantikan Mordekhai disulakan di tiang yang dia buat sendiri.
Seluruh harta milik Haman yang diberikan raja kepada Ester, diserahkan Ester kepada Mordekhai untuk menjadi kuasa atasnya.
Bahkan diberi kepercayaan penuh bersama Ester untuk menarik kembali surat-surat yang berisi rancangan Haman yang ditulis untuk membinasakan orang Yahudi di dalam semua daerah kerajaan....dari kematian diubah menjadi kehidupan.
Mordekhai menjadi orang kedua di bawah Ahasyweros, ia dihormati oleh orang Yahudi serta disukai oleh banyak sanak saudaranya, sebab ia mengkhtiarkan yang baik bagi bangsanya dan berbicara untuk keselamatan bagi semua orang sebangsanya. (Esther 10:3)
Demikian penggalian kisah hidup dan karakter-karakter Mordekhai yang telah dicatat di dalam Alkitab, menjadi teladan dan pelajaran bagi kita yang masih diberi kesempatan hidup oleh Tuhan sampai hari ini.
2 Timotius 3:16
*Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.*
Salam kasih, Tuhan Yesus memberkati
25 Juli 2021
Christiana Streiff
Tuhan Pengharapan Iman
Dalam kehidupan, seringkali kita mengalami kekecewaan, kepahitan, kegetiran bahkan kehampaan. Kita melihat semua hal menjadi negatif. Sampai pada saat titik jenuh. Seperti saat sekarang ini. Saat kita dihadapkan oleh masa pandemi. Semua hal diizinkan terjadi.
Sebagai orang yang percaya kepada Bapa, kita seakan dipaksa untuk berserah diri bahwa semuanya akan berakhir dengan indah pada waktunya.
Waktu Tuhan. Rancangan Tuhan bukanlah hal yang mudah untuk dipahami. Banyak dari kita melakukan kesalahan. Baik dari sikap, perbuatan dan pemikiran- pemikiran buruk yang mempengaruhi akal sehat sebagai manusia.
Secara nyata kita mengetahui hal tersebut adalah salah tetapi kita tetap melanggarnya. Karena kita ingin sekali hanya hal-hal yang melegakan dan menyenangkan hati kita, meskipun itu bukanlah seperti yang Tuhan kehendaki.
Hanya kita merasa Tuhan memberi kita terlalu banyak kesulitan. Kita tidak melihat dari perspektif bahwa hal yang tidak kita inginkan, adalah sebagai ujian untuk naik level yang notabene baik sebagai pendewasaan iman kita..
Bahkan Tuhan memberi hal yang di luar kuasa kita- tanpa kita tahu maksud dibalik ujian atau kejadian yang terjadi .. Seperti yang sudah-sudah, tidak ada yang kebetulan dalam kehidupan ini..
“karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
Ibrani 12: 6
Sekarang seperti saat ini, saya dihadapkan oleh hal ketidakadilan, kepahitan bahkan kekosongan yang dapat ‘meracuni’ pikiran dan iman saya. Meskipun demikian, saya berusaha untuk tetap berfokus dengan firman Tuhan, yang mengatakan :
“Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.“ (Kisah para rasul 5:29).
Seringkali kita hanya ingin bergantung pada manusia. Tanpa kita sadari, dikarenakan saling merespon satu dengan yang lain. Sedangkan ternyata hanya kekecewaan yang kita dapat. Itu Manusiawi. Tanpa kita sadari kita melakukan kesalahan dan hanya ingin menikmati tanpa kita ‘uji’ terlebih dahulu..
Amsal 21:2:
“Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.”
Semua hal kegetiran , kepahitan bahkan kekosongan hati selama waktu cukup lama telah saya alami, terutama kurun waktu 1,5 tahun belakang ini..
Pelajaran yang saya dapatkan, janganlah kita mencari solusi kehampaan kepada manusia, melainkan melalui Dia Sang Maha Kehidupan.
Karena dalam Dia dan dari Dia yang satu- satunya menjadi pengharapan, menjamin kelangsungan kehidupan kita seutuhnya. Sampai selama- lamanya.
Dengan meyakini dan percaya akan ke-3 Firman Tuhan diatas, saya berdoa dan berserah, Bapa di surga selalu mendampingi sampai pertandingan dalam peperangan berakhir. Tidak mudah mengikuti jalanNya,tetapi Dia selalu dan tetap setia menjaga kita, anak- anakNya🙏🏻.
Amin. Tuhan Yesus memberkati
18 Juli 2021
Cynthia Kaluntas Lebet
People Need The Lord
Saat ini kita memasuki masa liburan musim panas di Eropa, banyak orang yang mengambil libur saat-saat ini, apakah bepergian ataupun tinggal di rumah. Bagi yang bepergian, mereka ke suatu tempat menikmati pemandangan yang ada di sana, melakukan aktivitas yang ada di sekitarnya ataupun mengunjungi tempat-tempat menarik atau bersejarah atau museum dan juga menikmati makanan khas daerah tersebut. Bagi yang tetap di rumah mungkin beristirahat ataupun menyelesaikan yang harus diselesaikan di rumah mungkin memperbaiki rumah, dan lain-lain.
Libur adalah waktu yang kita butuhkan untuk beristirahat dari kegiatan atau rutinitas kita sehari-hari apakah itu bagi mereka yang bekerja di kantor ataupun sebagai ibu rumah tangga yang setiap hari sibuk dengan urusan rumah tangga, membersihkan rumah, masak, antar anak-anak ke sekolah ataupun les privat, ke dokter, dan lain-lain.
Libur membuat kita menjadi segar kembali, kita menghabiskan waktu bersama keluarga, mempererat relasi dengan keluarga namun libur juga adalah waktu yang kita harus pakai untuk memperbaiki relasi kita dengan Tuhan selagi kita masih diberi kesempatan. Mungkin ada yang sulit menemukan waktu membaca dan merenungkan Firman Tuhan ataupun memberikan waktu untuk berdoa maka libur bisa juga menjadi waktu yang tepat untuk itu.
Jika Tuhan mengizinkan kita untuk libur maka itu adalah waktu yang kita bisa pakai untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan. Bukankah pada saat kita bekerja waktu kita lebih sedikit dan seharusnya pada saat libur, kita bisa memberikan waktu lebih untuk Tuhan ? Waktu libur, kita mengintrospeksi relasi kita dengan Tuhan, sejauh mana kedekatan kita dengan Tuhan? Sejauh mana kita ingin memperbaiki diri kita sesuai dengan kebenaran firman Tuhan ? Sejauh mana kita membutuhkan Tuhan?
Kita mungkin sering terlihat pergi berlibur ataupun ketawa dengan teman-teman kita tapi banyak di antara kita, di dalam hati kita ada kekosongan yang hanya Tuhan sendiri yang bisa mengisi. Seberapa sempurna kita di hadapan manusia bisa saja kita adalah yang paling kosong, kita hidup membutuhkan Tuhan dalam segala hal dan tidak mungkin kita bisa melangkah tanpa Tuhan bersama kita.
Ketika kita menyadari kita membutuhkan Tuhan maka disana ada usaha kita untuk mendekatkan diri ke Tuhan yaitu lewat membaca firman Tuhan dan mengubah hidup kita sesuai dengan Firman Tuhan karena apa yang tercatat dalam Alkitab diilhamkan Tuhan seperti yang tertulis dalam
2 Timotius 3 : 16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Alkitab diilhamkan Tuhan maka kita tidak bisa berdalil apapun untuk tidak taat kepada Firman Tuhan, ketika kita melawan Firman Tuhan berarti kita melawan Tuhan sendiri yang telah berfirman dan dicatat di dalam Alkitab.
Dalam kehidupan kita bisa terlihat sangat baik, sangat ramah, banyak senyum, kelihatan sibuk tapi apakah hidup kita benar-benar bermakna ? Apakah hidup kita sungguh-sungguh diisi oleh Tuhan? Itu kita sendiri yang tahu. Kita bisa memperlihatkan yang sangat berbeda di depan orang lain, kita bisa memperlihatkan kelihatannya bahagia tapi bisa saja kita sangat tidak bahagia karena kehidupan kita kosong, tidak di isi, tidak mempunyai tujuan.
Hidup kita yang memang bisa menenangkan/damai/bahagia itu ketika kita punya Tuhan dan di luar Tuhan tidak mungkin kita mendapatkannya. Mengisi hidup yang mempunyai arti bukan berarti terlihat sibuk kesana kemari pelayanan di sana sini tapi sungguh-sungguh merasakan damai yang dari Tuhan dan itu tidak bisa diberikan oleh siapapun kecuali oleh Tuhan. Bukan karena kita memiliki pakaian baru, rumah baru atau materi apapun tapi sungguh-sungguh itu hanya satu relasi kita dengan Tuhan yang membuat hidup kita bisa terisi.
Ketika Tuhan masih mengizinkan kita memiliki nafas hidup, kita tidak menyia-nyiakan waktu kita dan kita mempergunakan waktu kita dengan benar, mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, dengan segenap hati kita, dengan segenap kekuatan kita. Kita minta kekuatan dari Tuhan, minta Tuhan membukakan pengertian-pengertian dari Firman-Nya. Kiranya kita dimampukan untuk memahami dalamnya, luasnya Firman Tuhan dan dengan mengerti Firman dengan benar kita juga bisa terus belajar dengan kepekaan-kepekaan yang kita miliki untuk semakin taat kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh karena setiap orang membutuhkan Tuhan, setiap orang membutuhkan Kristus.
11 Juli 2021
Demita Klassen
Legacy of faith – Warisan Iman
Di bulan Februari 2020 kami sekeluarga berkesempatan untuk pergi ke negara Yordan, yang memiliki cukup banyak tempat bersejarah yang disebutkan di dalam Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Salah satu tempat bersejarah yang sangat penting yang terletak di negara Yordan adalah tempat baptisan Tuhan Yesus, yang disebut „Bethany beyond Jordan“ yang disebutkan dalam Yohanes 1:28. „Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis. Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.“
Di tempat inilah terjadi apa yang tercatat di kitab Matius 3:16-17: „Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.“ Tempat baptisan ini memiliki signifikansi yang sangat besar dalam sejarah kehidupan Tuhan Yesus saat berada di dunia ini. Di tempat inilah yang menandai dimulainya pelayanan Yesus dengan terlebih dahulu memberikan diriNya untuk dibaptis. Walaupun signifikansi tempat ini besar, tetapi karena kesederhanaan penampakan dari tempat ini, saya sempat bertanya dalam hati, bagaimana para ahli arkeologi bisa menemukan dan memastikan bahwa memang persis di tempat inilah 2000 tahun yang lalu, Tuhan Yesus pernah hadir dan dibaptis.
Dari beberapa sumber informasi yang saya temukan, dikatakan bahwa studi terkait mengenai tempat baptisan ini, dan juga situs-situs arkeologis yang ditemukan menunjukkan adanya sisa-sisa lima gereja yang dirancang dan dibangun secara unik sejak abad ke-5 sebagai peringatan pembaptisan Yesus. Selain itu, ditemukan juga peta mosaik Tanah Suci yang menggambarkan posisi dari tempat baptisan Tuhan Yesus.
Di sebelah timur Sungai Yordan, sekitar 9 kilometer sebelah utara dari laut mati (dead sea) arkeolog menemukan reruntuhan dan fondasi sejumlah besar pilar/tiang batu pasir yang terkait dengan gereja Bizantium yang dibangun pada masa Kaisar Anastasius (491-518 M). Gereja ini dianggap sebagai gereja memorial paling terkenal dari St. Yohanes Pembaptis di tepi timur Sungai Yordan. Ahli sejarah Theodosius (530 M) menulis: “5 mil sebelah utara laut Mati di tempat di mana Tuhan dibaptiskan ada satu tiang dimana di tiang itu diikatkan salib besi, dan di tempat itu juga terletak gereja St. Yohanes Pembaptis , yang dibangun Kaisar Anastasius: gereja yang dimuliakan ini, dibangun di atas ruangan besar, dikarenakan sungai Yordan yang meluap. ”
Selain tulisan oleh Theodosius ini ditemukan juga tulisan lain yang memberikan penjelasan mengenai tempat baptisan ini, diantaranya tulisan dari Antoninus Martir dari Piacenza (AD 570), Arculfus dari Perancie (AD 670), Abbot Daniel (AD 1106-1107) yang memberikan penjelasan mengenai tempat dimana Yesus dibaptiskan dan semua penjelasan dari ahli sejarah ini ditemukan dalam bentuk aslinya saat dilakukan penggalian arkeologis ataupun penemuan bangunan sejarah.
Satu hal yang menarik adalah adanya 5 gereja yang telah dibangun di atas tempat yang sama dalam kurun waktu dari abad ke-5 sampai abad ke-11. Walaupun satu gereja rusak karena gempa bumi ataupun banjir, kemudian gereja yang lain dibangun di atas lokasi yang sama. Di tengah-tengah padang gurun yang jauh dari mana-mana dan pada saat itu tidak ada tercatat banyak jemaat yang ada di daerah tersebut. Dan jawabannya adalah karena orang percaya di abad mula-mula ingin membuat suatu tanda peringatan akan suatu tempat yang sangat penting dan bersejarah, yaitu lokasi dimana Tuhan Yesus dibaptiskan.
Saat itu Tuhan mengingatkan saya suatu kata „legacy“ atau dalam bahasa indonesianya warisan /peninggalan berharga. Orang percaya di abad mula-mula bersikeras untuk membangun suatu tempat peringatan walaupun tempat ini jauh dari mana-mana, tidak ada banyak jemaat, tempatnya berulang rusak oleh gempa bumi dan banjir tapi itu semua tidak menghalangi mereka mendirikan lagi tempat bersejarah ini. Mereka mau menyampaikan suatu pesan penting pada orang percaya di segala abad yang akan datang, dan pesannya itu telah sampai pada generasi kita saat ini, bahwa di tempat inilah Tuhan Yesus pernah hadir dan dibaptis, seperti ada tertulis di dalam injil Yohanes 1:28.
Perenungan tentang legacy ini membuat saya memikirkan, warisan apakah yang mau saya tinggalkan pada keturunan saya, anak-anak saya dan pada akhirnya keturunan mereka? ketika saya merenungkan ini saya diingatkan untuk mewariskan kepada keturunan saya, iman kepada Tuhan yang hidup, pengajaran yang benar dan alkitabiah tentang Kristus yang adalah Juru Selamat yang dijanjikan, warisan teladan hidup dalam apa yang saya katakan, lakukan dan pikirkan. Sungguh suatu tugas yang besar yang harus saya kerjakan seumur hidup, memastikan bahwa anak-anak yang Tuhan percayakan pada saya, memiliki iman yang teguh pada Kristus dan bahkan dapat meneruskan iman itu kepada generasi selanjutnya. Sehingga nanti pada saatnya Tuhan Yesus kembali lagi yang kedua kali, iman itu Dia temukan di bumi ini.
Dalam Perjanjian Baru kita bisa melihat teladan yang diberikan oleh keluarga Timotius dimana Paulus memuji iman yang tulus ikhlas dari ibu dari Timotius (Eunike) dan nenek dari Timotius (Lois) yang kemudian diturunkan sebagai warisan kepada Timotius, murid yang dikasihi Paulus.
2 Timotius 1:3-6, „Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam. Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku. Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.”
Timotius memiliki iman kepada Yesus Kristus karena didikan dan karena teladan iman yang diberikan oleh nenek dan ibunya. Demikian juga hendaknya kita sebagai orang tua memberikan warisan iman pada Yesus bagi keturunan-keturunan kita. Warisan ini tidak bisa dicuri dan bersifat kekal, sebagaimana yang Yesus katakan dalam Matius 6:19-20 tentang harta surgawi yang tidak bisa dirusak ngengat dan dicuri.
Hal yang sama juga bisa kita terapkan dalam Perki Swiss ini, legacy dan warisan berharga apa yang mau kita teruskan pada generasi ini dan generasi berikutnya. Supaya ketika orang berbicara tentang Perki Swiss, maka mereka akan mengingat semua kesaksian baik dan pelayanan yang baik yg dilakukan Perki, kasih, kebaikan, kebenaran dan keadilan, kemurnian, integritas, saling mengampuni dan semua buah roh (Galatia 5:22-23) yang ditemukan dalam Perki dan pelayan-pelayan di dalamnya. Tugas yang tidak mudah tetapi mulia.
Semoga kita terus diberikan ketekunan untuk menjalankan pertandingan iman yg disediakan bagi kita, dengan mata yang tertuju pada Kristus, the author and perfector of our faith (Ibrani 12:2), supaya kita bisa meninggalkan legacy iman kita pada generasi berikutnya.
Foto : Bethany beyond Jordan, tempat pembaptisan Tuhan Yesus yang disebutkan dalam Yohanes 1:28 (Februari 2020)
4 Juli 2021
Mieke Lolong
Kemenangan, Mujizat Dan Kebutuhan Dari
Umat Manusia Yang Terbesar
Kemenangan yang terbesar adalah mengalahkan iblis, dosa, dan kematian ;
Silahkan membaca kutipan dari : 1 Korintus 15:54-58
Siapa yang tidak ingin mengecap kemenangan... setiap insan pasti ingin mengecapnya... mengalami, merasakan atau memperoleh kemenangan tersebut dalam berbagai hal. Setiap orang pasti pernah mengalaminya dalam setiap aspek kehidupan ini, manusia ingin selalu di-indetifikasi-kan sebagai pemenang. Contoh sederhana, setiap manusia, baik kaya maupun miskin, bersedia untuk menghamburkan uang untuk menunjang team sepak bola favorit-nya, dengan membeli topi, t-shirts, atau aneka pernak-pernik, agar team favorit-nya itu akan selalu menang, atau suatu saat akan menjadi pemenang. Padahal kemenangan itu tidak berlangsung lama, sifatnya hanya sementara atau se-saat saja, setelah itu team sepak bola yang diandalkan tadi, harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemenangan-kemenangan yang ingin dicapai berikutnya.
Alkitab mencatat banyak kemenangan (victories), Abraham dengan 318 pembantu rumah tangganya mampu mengalahkan 4 kerajaan besar (Kitab Kejadian 14). Gideon bersama 300 perwira-nya mampu menundukan 120.000 tentara musuhnya (Hakim-hakim 7). Begitu banyak kemenangan-kemenangan yang ajaib dicatat di dalam Alkitab, yang menjadikan inspirasi dan teladan buat umat manusia sampai sekarang. Namun, semua kemenangan yang dicapai oleh para pahlawan atau orang-orang besar yang pernah hidup di dunia sifatnya sementara saja. Sejarah mencatat, bahwa semuanya akan berakhir dengan kematian, dan tentu saja tidak ada sebutan pahlawan di dalam kematian.
Namun, terpujilah Tuhan, yang memberikan kita semua, kemenangan mutlak yang abadi... yaitu kemenangan atas iblis, atas dosa, dan atas kematian. Inilah kemenangan terbesar itu: yaitu tidak ada jalan lain untuk kita bisa mencapai dan memperoleh kemenangan yang mutlak yang abadi itu, TANPA melalui Yesus Kristus !! Sewaktu kita men-deklarasi-kan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita, kita sudah diberkati dengan memperoleh kemenangan mutlak yang abadi. Manusia bisa saja untuk mengumpulkan berbagai tanda penghargaan dan piala kemenangan, atau mampu mendaki ke puncak gunung Everest yang tertinggi di dunia, atau mengalahkan depressi yang terdalam dan terbesar yang dialami, tapi manusia tidak akan mampu untuk mendapat kedamaian abadi serta harapan yang tinggi, sampai dia memenangkan kemenangan terbesar liwat Yesus Kristus.
Mujizat yang terbesar adalah memperoleh Keselamatan (salvation) ;
Silahkan membaca kutipan dari : Titus 3:3-8
Sebagai pendamping atau peserta kemenangan besar baik di oleh dan di dalam Tuhan Yesus, kita juga dikaruniai dengan mujizat yang besar. Kita pasti pernah mengalami banyak mujizat dalam hidup ini... contohnya: pernah sembuh dari penyakit yang melemahkan, pulih dari penyakit yang kelihatannya tidak ada harapan, bangun dari coma, ataupun bangkit dari kematian, namun itu semua bukanlah termasuk dalam mujizat yang terbesar. Lantas apa yang disebut mujizat yang terbesar itu ? Yaitu... kalau kita mengalami mujizat yang disebabkan adanya kelahiran baru dalam hidup yang kekal. Bukan sesuatu yang kita buat, namun karena kemurahan Tuhan dan berkatnya yang ajaib dan luar biasa melalui apa yang dibuat oleh Tuhan Yesus. Sewaktu kita tenggelam di dalam lumpur kehidupan kita yang penuh dosa (seperti kebodohan, ketidak patuhan, penipuan, jatuh dalam nafsu duniawi, hidup dalam kebencian dan kecemburuan, hidup dalam kebencian dan saling membenci), dan kita datang dalam kehancuran di hadapan Tuhan, kita bukan hanya mendapat pengampunan, tapi menurut rachmatNYA, DIA menyelamatkan kita, melalui pembasuhan kelahiran kembali dan pembaruan Roh Kudus yang dicurahkan secara melimpah melalui Yesus Kristus penyelamat kita, bahwa setelah dibenarkan oleh kasih karuniaNYA kita harus menjadi ahli waris menurut harapan menuju kehidupan yang kekal.
Mujizat yang terbesar adalah dimana kita yang seharusnya sudah kalah total dan hancur karena dosa, mendapat keselamatan melalui pengampunan, menjadi warga Surgawi dan diangkat sebagai anak di dalam keluarga Tuhan. Semua orang yang tinggal di dalam Kristus telah mengalami mujizat terbesar itu, jadi di dalam Yesus Kristus, kita ini adalah atau bisa disebut sebagai mujizat terbesar itu!
Mujizat yang terbesar buat umat manusia adalah persekutuan dengan Tuhan ;
Silahkan membaca kutipan dari : Mazmur 63:1-3
Seperti kita ketahui semua bahwa hanya di dalam Yesus Kristus kita dapat memperoleh kemenangan terbesar, kita mengalaminya dan juga kebutuhan akan persekutuan dengan DIA. Semua ini hanya dapat terjadi, seperti tertulis di dalam kitab 1 Korintus 1:9 yang bunyinya : Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-NYA Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia. Manusia, yang di dalam Alkitab diciptakan sesuai dengan gambaran Allah, adalah karya ciptaNYA yang terbesar. Manusia diciptakan untuk selalu bersekutu dengan DIA. Namun, karena ketidak patuhan Adam dan Hawa, seluruh umat manusia jatuh ke dalam jaringan dosa yang menghalangi persekutuan kudus dengan DIA. Tidak ada di dunia ini sesuatu atau seseorang yang dapat mengembalikan kebebasan untuk bersekutu kembali dengan Tuhan, kecuali Tuhan sendiri, yaitu melalui ketaatan yang penuh, pengorbanan liwat kematian dan kebangkitan agung dari Yesus Kristus, anak Allah !!
Asal bawaan atau sumber semua kebutuhan lain dari pria, wanita dan anak-anak di dalam masyarakat manapun adalah kebutuhan akan persekutuan dengan Tuhan. Sampai kebutuhan akan persekutuan dengan Tuhan itu terpenuhi dalam kehidupan seseorang, maka manusia akan tetap hidup terkutuk dalam bentuk kerja keras tanpa akhir, dan dikonsumsi dengan berjuta kebutuhan duniawi yang tidak terpenuhi. Yang menyedihkan adalah banyak orang yang tidak menyadari hal ini dan tidak memahami pentingnya apalagi yang ini seharusnya menjadi kebutuhan yang mendasar dan perlu secepatnya dipenuhi.
Yesus pernah bertanya demikian: Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tapi ia kehilangan nyawanya (Markus 8:36). Yesus mengajarkan agar pertama kali kita harus *mencari dahulu kerajaan Allah dan semua kebenarannya* dan tidak perlu takut akan kebutuhan duniawi karena Tuhan akan menggenapinya (Matius 6:25-34). Rasul Paulus memberi kesaksian demikian: Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-NYA, Yesus Kristus. Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukcita kami menjadi sempurna.
(1 Yohanes1:3-4)
Nah, sekarang apa yang harus dan perlu kita lakukan ?
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
(1 Korintus 15:58)
--- Inilah yang harus kita lakukan setelah Tuhan memberikan kita kemenangan terbesar.
Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia. (Titus 3:8)
--- Inilah yang harus kita lakukan setelah Tuhan menunjukkan kepada kita mujizat terbesar.
Sebab kasih setia-MU lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. (Mazmur 63:3)
--- Inilah yang harus kita lakukan setelah Tuhan memenuhi kebutuhan terbesar untuk bersekutu dengan DIA.
Bagaimana caranya agar kita dapat melakukan semua hal itu ?
Seandainya ada yang benar-benar ingin mengetahuinya, silahkan membaca :
Matius 22:37-40,
Matius 25:31-46,
Matius 28:18-20 dan
Yohanes 15:9-17
Kiranya kita semua bisa memperoleh kemenangan dalam menghadapi tantangan ini.
SALAM DARI SEMUA ORANG KUDUS KEPADA KAMU. KASIH KARUNIA TUHAN YESUS KRISTUS, DAN KASIH ALLAH, DAN PERSEKUTUAN ROH KUDUS MENYERTAI KAMU SEKALIAN. --- (2 Korintus 13-14)
27 Juni 2021
Wanda Freidhof
RANCANGAN DAMAI SEJAHTERA
Yeremia 29:11
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Sering rencana dan rancangan-rancangan yang sudah kita susun rapi tidak berjalan seperti yang kita kehendaki. Khususnya pada masa Covid ini, misalnya rancangan sekolah ke luar, rancangan menikah, mencari pekerjaan dan lain-lainnya tidak bisa dijalankan bahkan gagal. Tapi hendaknya kegagalan ini tidak mencuri damai sejahtera di hati kita.
Kata Damai Sejahtera tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahkan kita sering menggunakan kata ini, saat kita bertemu sebagai sapaan pertama atau saat menulis surat sebagai kata pembuka «shalom».
Damai sejahtera berasal dari dalam diri kita, bukan kekuatan dari luar. Seperti Firman Tuhan berkata: «Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunai kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu (Yohanes 14:27)» Ayat ini diucapkan oleh Tuhan Yesus sehari sebelum Ia mati, di saat-saat Yesus dalam masa penderitaan. Damai sejahtera memiliki kekuatan yang luarbiasa, karena kita diminta mempunyai hati yang damai di saat kita mengalami pergumulan, kesesakan dan di tengah-tengah badai. Suatu hari Tuhan Yesus pernah mengajak murid-muridNya ke Galilea. Kita dapat membacanya di dalam Markus 4:35: «Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: Marilah kita bertolak ke seberang» Murid-murid Yesus adalah seorang nelayan yang berpengalaman tetapi ketika ada badai datang mereka sangat ketakutan, tetapi Tuhan Yesus tetap tenang karena Dia mempunyai damai sejahtera di dalam diriNya.
Bagaimana kita tetapi memiliki damai sejahtera di tengah-tengah dunia yang penuh dengan masalah dan kesulitan?
-
Hidup di dalam kasih
Lawan dari kasih adalah khawatir dan ketakutan. Orang yang takut ia sedang mengecilkan Tuhan. Takut adalah situasi yang berbahaya dan tidak sehat buat jiwa kita. Oleh sebab itu kita harus hidup selalu di dalam kasih dan merenungkannya siang dan malam. ”Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan katakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih” (1 Yohanes 4:18)
-
Menjaga hati
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23)
Letak damai sejahtera ada di dalam hati kita. Oleh sebab itu kita harus merawat dan menjaga apa yang di dalam hati kita sebab apa yang diluar, Tuhan yang akan menjaganya. Oleh sebab itu kita menjaga hati kita di dalam kekekalan, tidak khawatir dan takut dengan keadaan di dalam dunia ini. Jika kita berfokus kepada dunia, kita akan gampang takut dan khawatir.
Mari kita miliki hati yang penuh dengan damai sejahtera, karena ia dapat memberi kekuataan kepada kita di tengah-tengah badai. Oleh sebab itu marilah hidup dalam kasih Tuhan dan jagalah hati agar damai sejahtera senantiasa memerintah dalam hidup kita.
Amen
20 Juni 2021
Vivianne Studler
RAHASIA BESAR - PERBEDAAN «MURID» DAN SEKEDAR «KERUMUNAN»
Banyak orang Kristen yang beranggapan bahwa mereka sudah menjadi pengikut atau murid Kristus hanya karena mereka beragama Kristen!
Benarkah begitu?
Benarkah jika kita beragama Kristen, jika kita rajin ke gereja, jika kita rajin pelayanan, jika kita rajin ikut persekutuan dan sebagainya ... kita sudah benar-benar menjadi MURID atau PENGIKUT Kristus? Atau sekedar FANS? Menjadi salah satu dari kerumunan?
Matius 13, 11
Jawab Yesus: «Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak»
Siapakah yang Yesus maksudkan «kepadamu» disini?
Dalam ayat tersebut, Yesus berkata kepada para murid yang selalu bersama-sama dengan Dia dan bukan kepada kerumunan orang banyak.
Tuhan Yesus juga memberikan “Amanat Agung” sebelum Dia diangkat ke surga, sebagaimana yang tertulis dalam Matius 28, 19-20
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Pergi dan memberitakan Firman Tuhan, itu adalah tugas kita semua bukan hanya tugas Pastor atau Pendeta saja. Karena ini yang Tuhan Yesus sendiri katakan.
Jadi apakah yang membedakan “seorang murid” dengan kerumunan orang banyak yang mengikuti Yesus?
Bagi seorang murid, Tuhan Yesus adalah yang terutama dan segalanya, sementara bagi kerumunan orang banyak, mukjijat dan tanda-tanda itu yang menjadi prioritas mereka!
Banyak kisah di dalam Alkitab yang menceritakan bagaimana kerumunan orang-orang tersebut setelah melihat atau bahkan mendapatkan mukjijat kemudian pergi begitu saja …
Kita bisa mengingat kisah 10 orang kusta yang Tuhan Yesus sembuhkan (Lukas 17, 11-19) dan setelah mereka mendapatkan mujizat yaitu kesembuhan, hanya satu orang saja yang kembali dan tersungkur di kaki Yesus, bahkan dia adalah orang asing (Samaria).
Terlihat jelas disini bagaimana “kerumunan» hanya mengharapkan tanda atau mujizat dan bukan Yesus yang terutama.
Mengapa banyak orang yang tidak siap untuk menjadi “murid” dan lebih memilih menjadi “kerumunan” atau “fans”?
Karena untuk menjadi seorang murid, sudah jelas Tuhan Yesus mengatakan di dalam Injil Lukas 9, 23: Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”
Tidak mudah memang untuk mengikut Yesus, jelas sekali tertulis bahwa barangsiapa mau mengikut Yesus (bukan sekedar Fans) maka orang tersebut harus menyangkal dirinya dan memikul salibnya …. Setiap hari! Bukan cuma sekali- sekali atau kadang-kadang … tapi setiap hari!
Dalam kehidupan kita sehari-hari, banyak sekali kejadian yang sangat sederhana seperti misalnya saat antri mau naik bus/kereta, tiba-tiba ada yang nyelonong mendahului kita yang sudah antri. Bagaimana reaksi kita? Marah? Ngomel? Mengata-ngatai mungkin dengan perkataan yang tidak baik?
Atau bisakah kita menyangkal diri kita, dengan mempersilakan orang tersebut mengambil tempat kita, mendahului kita, tersenyum dengan manis dan tulus … ini merupakan salah satu penyangkalan diri dalam kehidupan kita sehari-hari. Sudah mampukah kita melakukannya?
Begitu juga dalam hal berdoa ... kepada siapakah Yesus mengajarkan cara berdoa (Doa Bapa Kami)?
Yesus tidak mengajarkannya kepada kerumunan, tapi pertama-tama adalah kepada para muridNya!
Tuhan Yesus juga memberikan kuasa kepada para murid untuk melakukan mujizat-mujizat dalam namaNya!
Memang tidak mudah untuk menjadi seorang murid atau pengikut Kristus, karena untuk itu dibutuhkan suatu komitmen, kerendahan hati dan harus mampu mengosongkan diri.
“Discipleship is not a program, not just serving, but is lifelong commitment to certain lifestyle” - George Barna
Seorang murid juga harus mempunyai kedisiplinan, siap menghadapi ujian-ujian dan siap untuk dididik.
Ibrani 12, 6-8:
karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
Mari kita renungkan bersama dan bertanya kepada diri kita masing-masing:
Siapakah saya? Apakah saya seorang “murid” atau hanya bagian dari “kerumunan”?
“Salvation is free, but discipleship costs everything we have” - Billy Graham
Selamat hari Minggu, tetap semangat dan Tuhan Yesus memberkati.
Christ is my reward
And all of my devotion
Now there's nothing in this world
That could ever satisfy
Through every trial
My soul will sing
No turning back
I've been set free
Christ is enough for me
Christ is enough for me
Everything I need is in You
Everything I need
Christ my all in all
The joy of my salvation
And this hope will never fail
Heaven is our home
Through every storm
My soul will sing
Jesus is here
To God be the glory
Christ is enough for me
Christ is enough for me
Everything I need is in You
Everything I need
I have decided to follow Jesus
No turning back
No turning back
I have decided to follow Jesus
No turning back
No turning back
The cross before me
The world behind me
No turning back
No turning back
The cross before me
The world behind me
No turning back
6 Juni 2021
Alfonco Sinaga
Bukan Rancanganmu tapi Rancangan-Ku
Yesaya 55:8-9
“8. Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan.
9. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu”
Berapakah tingginya langit? Adakah dari antara kita yang tahu? Kalau ada yang tahu, dimanakah batas langit yang dimaksud? Apakah sebatas jauhnya bulan? Atau sebatas jauhnya planet-planet? Atau sebatas jauhnya matahari? Atau sejauh ruang angkasa galaksi Bima Sakti… ? Atau sejauh seluruh galaksi yang ada di jagad raya ini…? Dan perlu kita ketahui saat Nabi Yesaya menyampaikan ayat tersebut, dia hidup di abad ke-8 sebelum Masehi, dalam arti ilmu perbintangan belumlah sehebat sekarang ini. Saya dapat membayangkan saat itu umat manusia belum bisa mengetahui jarak-jarak yang saya sebutkan di atas, bisa dikatakan bahwa saat itu tidak ada seorang manusia yang tahu apa-apa saja ada di atas langit sana, dan mereka belum tahu batas-batasnya, atau mereka menganggap tidak terbatas, sejauh mata manusia dapat memandang, tidak akan mampu melihat batasan langit tersebut.
Bahkan sampai sekarang, belum semua galaksi dapat diteropong oleh manusia, jadi kita tetap tidak mengetahui apakah batasan langit tersebut, jangan-jangan memang “tidak terbatas”. Sepintar apapun manusia, secanggih apapun teknologinya, tetap tidak mampu mengetahui batas “pinggiran” langit tersebut.
Nah, hal ini akan dapat membantu kita memahami arti nats di atas, tentang perbedaan cara pandang manusia dengan Tuhan, tentang keterbatasan manusia akan rancangan Tuhan. Coba kita ingat sewaktu Abraham diminta Tuhan mempersembahkan anaknya Ishak, sudah lama menunggu kelahiran anak tersebut dari istrinya yang sudah tua yaitu Sara berumur 91 tahun dan Abraham 100 tahun, dan toh akhirnya Tuhan minta Abraham untuk mempersembahkan anaknya yang tunggal tersebut kepada Tuhan. Apakah Abraham manusia yang tidak punya perasaan, apakah Abraham tidak bergumul untuk melakukan itu, apa dia tidak hancur hatinya? Saya yakin sebagai manusia dia pasti gusar dan sengsara memikirkan hal itu. Namun ketaatannya pada Tuhan melebihi segala perasaannya. Abraham tahu bahwa pusat segalanya adalah Tuhan itu sendiri, Abraham harus bergulat dengan perasaannya sebagai seorang ayah, Abraham harus melawan arus pikiran manusia pada umumnya, apalagi mengingat betapa berat perjuangan dan pergumulannya untuk mendapatkan Ishak. Sampai-sampai dia sempat memiliki anak dari Hagar, yaitu Ismail.
Ibarat seorang istri yang telah menikah belasan tahun tapi belum mempunyai keturunan. Dan satu ketika Tuhan mengabulkan doa-doa dan air mata keluarga tersebut, belum lagi doa-doa orang tua mereka, keluarganya, sahabat-sahabatnya. Tapi setelah anak tersebut beranjak remaja, Tuhan meminta untuk dipersembahkan seperti Ishak tadi. Dapat dibayangkan betapa hancurnya perasaan Bapak dan Ibunya, mungkin mereka akan berontak, kalau toh Tuhan harus minta kembali kenapa sempat-sempatnya diberikan.
Di tengah-tengah keluarga dan kehidupan kita, sering kali kita juga mendapat pencobaan, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, bahkan berpuluh tahun pencobaan tersebut tidak kunjung selesai. Ada masalah rumah tangga, hubungan suami istri, masalah anak, masalah pekerjaan, penyakit dan lain-lain. Kadang kita ingin menyudahinya dengan berputus asa, acuh tak acuh, mulai bertindak ceroboh, mulai kita memberontak, mulai kita tidak sabar, mulai kita menyalahkan orang tua, mulai menyalahkan suami atau istri, mulai menyalahkan anak-anak, mulai menyalahkan teman-teman kita, mulai menyalahkan gereja kita, mulai menyalahkan persekutuan kita, organisasi kita, dan bibit pemberontakan itu semakin hari semakin besar dan semakin lama kita semakin terlihat aneh, kita mulai curiga dengan niat baik orang lain yang ingin mengulurkan tangan, kita mulai menolak ajaran dan nasehat, kita mulai tidak percaya lagi ada Tuhan. Dan lalu akhirnya kita sendiri memusuhi dan membenci Tuhan dan menjadi sahabat iblis. Kalau sudah begini, selesailah hidup kita menjadi sia-sia tidak berguna.
Kita kehilangan ketaatan, kita kehilangan kepercayaan, kita kehilangan iman, kita bahkan kehilangan kebahagiaan, kita kehilangan segala-galanya, kehilangan orang-orang yang kita kasihi, kehilangan orang-orang yang dulu mengasihi kita. Sungguh malang dan tragis hidup seperti ini.
Namun kita tahu kan akhir cerita Abraham di atas? Last minute Allah menghentikan segala kegusaran dan kegelisahan serta pergumulan Abraham, dan Ishak pun tidak jadi dipersembahkan, malah Tuhan sudah sediakan penggantinya yaitu seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut dalam belukar.
Kejadian 22 : 11-13
“11. Tetapi berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.” 12. Lalu Ia berfirman: “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.”
13. Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.”
Dan seperti kita ketahui, Allah tetap konsisten memenuhi janji-Nya bahwa Abraham akan punya keturunan seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut. Sebenarnya yang dituntut oleh Allah dari kita adalah “ketaatan”. Yang artinya, dalam hidup ini jangan ragu, jangan oleng, jangan maju mundur, jangan suam-suam kuku, jangan lihat kiri-kanan, jangan gusar, jangan ganggu hidupmu, tapi tetap percaya dan teguh bahwa Allah tidak akan membiarkan kita hidup menderita tanpa alasan. Tuhan mengijinkan berbagai pencobaan adalah agar kita semakin teguh percaya kepada-Nya, agar kita semakin lurus dalam beriman, agar kita jangan sekali-kali mengandalkan logika dan pikiran kita, sebab memang seperti yang ditulis pada Yesaya 55:8-9 di atas, rancangan Tuhan bukan rancangan kita, jalan Tuhan bukan jalan kita. Mari kita ikut saja, setia, taat dan teruslah berjalan dengan memuji-muji nama-Nya karena kita percaya pertolongan dan penyelamatan Tuhan tidak akan pernah terlambat.
Terimakasih sudah membaca tulisan ini dan Tuhan memberkati hidup Saudara sekalian. Tuhan memberkati, amin.
30 Mei 2021
Frankie Massie
Senantiasa Memuji Tuhan
Sudahkah kita memuji Tuhan hari ini?
“Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji pujian kepada Nya tetap di dalam mulutku.” Mazmur 34: 2
Setiap orang pasti pernah mengalami dan merasakan kebaikan Tuhan dalam hidup ini. Kiranya tiada hari tanpa pujian. Pujilah Tuhan dengan segenap hatimu!
“Ya Tuhan, aku hendak menaikkan puji-pujian kepada Mu karena kebaikan Mu, karena kemurahan Mu yang tak terhingga dalam hidupku.
Betapa gampangnya kita memuji Tuhan waktu dalam keberhasilan, keberkatan, dalam tubuh yang sehat, tetapi betapa sulitnya memuji Tuhan dalam keadaan yang tidak baik. Hari ini, mari belajarlah dari Daud yang selalu memuji muji Tuhan dalam segala keadaan, sebab hal itulah yang menyenangkan hati Tuhan.
Berkat yang besar akan datang kepada mereka yang selalu memuji Tuhan dengan penuh syukur dan tulus hati.
Mazmur 119: 164
"Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.
Doa:
"Di setiap waktu, baik senang ataupun susah, aku mau tetap memuji Mu, ya Tuhan Allahku. Amin."
Mazmur 145: 1- 21
Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja, dan aku hendak memuji nama Mu untuk seterusnya dan selamanya. Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya ...
Setiap pagi Daud selalu memulai harinya dengan berdoa, mengagungkan dan memuji Tuhan. Bahkan 7 kali dalam sehari ia memuji-muji TUHAN. (Mazmur 119: 164).
Tidak sedikit orang Kristen lupa melakukan hal ini. Mereka berpikir memuji Tuhan cukup di lakukan saat beribadah di gereja atau di persekutuan saja. Memuji Tuhan seharusnya menjadi kebiasaan orang percaya yang dapat di lakukan di manapun dan kapanpun juga. Memuji Tuhan merupakan ekspresi kasih yang keluar dari hati seseorang terhadap kebaikan dan kemurahan Tuhan dalam hidupnya.
Bagaimana cara Anda memulai hari hari Anda? Apakah memuji Tuhan sudah menjadi kebiasaan yang menyenangkan ataukah hanya menjadi suatu kewajiban atau rutinitas? Memang, memuji Tuhan di tengah pencobaan dan penderitaan seringkali terasa tidak mudah. Namun jika kita terus melatih diri untuk memuji Tuhan, kita akan memperoleh kekuatan untuk memuji Dia apa pun keadaan kita, seperti Daud.
Apa artinya memuji Tuhan?
Umat Kristen sering menggunakan istilah "memuji Tuhan," dan Alkitab memang memerintah semua ciptaan Nya yang hidup untuk memuji Nya (Mazmur 150: 6)
Salah satu istilah Ibrani bagi "pujian" adalah yadah, yang berarti "memuji, bersyukur, atau mengaku." Satu istilah lain yang diterjemahkan sebagai "pujian" dalam Perjanjian Lama adalah zamar, "menyanyikan pujian." Kata ketiga yang diterjemahkan sebagai "pujian" adalah halal (akar kata haleluyah), yang berarti "memuji, menghormati, atau menghargai."
Ketiganya menyampaikan ide memanjatkan syukur dan hormat bagi Dia yang layak dipuji.
Kitab Mazmur adalah koleksi lagu pujian-pujian bagi Allah. Salah satunya adalah Mazmur 9, yang berkata,
"Aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama Mu, yang Mahatinggi" (ayat 2).
Mazmur 18:3 menyatakan bahwa Allah "yang patut dipuji" Mazmur 21:13 memuji Allah baik karena kuasa Nya yang besar maupun karena Dia adalah Allah: "Bangkitlah, ya Tuhan, di dalam kuasa-Mu! Kami mau menyanyikan dan memazmurkan keperkasaan Mu."
Mazmur 150 menggunakan istilah pujian sebanyak tiga belas kali dalam enam ayat. Ayat pertama mengutarakan "dimana" kita dapat memuji Dia di semua tempat!
"Pujilah Allah dalam tempat kudus Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala Nya yang kuat!"
- Ayat berikutnya mengajarkan "kenapa" kita memuji Tuhan:
"Pujilah Dia karena segala keperkasaan Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran Nya yang hebat!"
- Ayat 3 sampai 6 mengajarkan "cara" kita memuji Tuhan - dengan berbagai alat.
Banyak surat-surat Paulus yang memuat pujian Tuhan yang cukup Panjang.
1 Timotius 3: 14-16; Filipi 1: 3-11
Tidak ada pribadi yang lebih layak dipuji dan disembah selain daripada Tuhan kita Yesus Kristus. Hanya Dia saja yang layak menerima pujian dan pengagungan dari kita. Sebab Dialah pencipta yang sempurna, Tuhan yang mengampuni segala dosa dan kesalahan kita serta berjanji untuk selalu menyertai kita, sebagaimana arti dari gelar “Immanuel” yang disandang Nya.
Mari umat Tuhan, akan ada kemuliaan besar yang Tuhan akan nyatakan ketika umat-Nya memuji-muji Tuhan. Namun apakah hal itu akan Tuhan nyatakan kepada semua orang yang memuji muji Tuhan? Tidak. Hal itu akan dinyatakan hanya kepada mereka yang memuji-muji Tuhan dari hati yang benar.
Lirik lagu Memuji Tuhan
Memuji Tuhan selalu mari kita puji Dia
Memuji Tuhan selalu mari kita puji Dia
Puji puji mari kita puji Dia
Puji puji mari kita puji Dia
Memuji Tuhan selalu mari kita puji Dia
Pujilah Tuhan karena kebaikanNya (Mazmur 105: 1-45)
Mazmur ini mengingatkan kita agar sebagai umat Tuhan, kita senantiasa memuji muji Allah serta taat dan setia sebagai respons atas kebaikan Allah. Pujian dan kesetiaan kepada Allah bukan bersumber pada kekuatan rohani kita tetapi di dalam perbuatan perbuatan Allah yang nyata. Kita mengimani bahwa hidup yang sedang dijalani dalam berbagai peristiwa yang terjadi tidak terlepas dari pengendalian Allah yang Maha Kuasa. Bahkan jalan-jalan hidup di tahun 2021 dan masa depan ada dalam kendali Allah
Kebaikan Allah dinyatakan saat sehat maupun sakit, dalam keberuntungan maupun kemalangan.
Berkat yang besar akan datang kepada mereka yang selalu memuji Tuhan dengan penuh syukur dan tulus hati.
Selamat Hari Minggu dan Selamat beribadah serta memuji Tuhan. Selamat mengalami kemuliaan Tuhan!
Tuhan Yesus memberkati!
23 Mei 2021
Megawati Samudra
Perhentian Terakhir Dari Suatu Pencarian
Yohanes 15:16
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.
Kesaksian saya menjadi pengikut Kristus (umat Kristen):
Saya dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga yang menganut ajaran agama Budha (papa : Chinese Tio & Han dan mama Chinese & Manado Belanda), lahir di Surabaya, dibesarkan di Jakarta.
Sejak kecil saya ada keinginan untuk menjadi biarawati, benih itu sudah ada untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati.
Waktu SD saya dibawa ke klenteng mengikuti ritual-ritual agama orang tua, kemudian sewaktu SMP saya sekolah di SMP Petra dan belajar agama Kristen Protestan, kemudian sewaktu SMA saya bersekolah di sekolah negeri SMAN 5 dan belajar agama islam, setelah itu masuk Akademis di LPK Tarakanita belajar agama Kristen Katolik.
Saya belajar setiap liturgi dari agama-agama tersebut, tetapi semuanya itu hanya dasar atau kulitnya saja, saya belum menemukan Tuhan dan saya tetap mencari Tuhan agar Dia dapat masuk kelubuk hati saya secara pribadi.
Waktu berlalu dan saya pun memasuki jenjang pernikahan. Saat menikah, saya diberkati di gereja Katolik Bunda Maria Surabaya, saat itu saya belum juga mau dibaptis tetapi mendapat pengecualian dengan syarat setelah menikah harus belajar agama katolik selama 1 tahun.
Dalam pernikahan saya, Tuhan mengaruniakan kepada saya 2 orang anak perempuan dan kedua anak saya sudah dibaptis percik sejak masih kecil secara Katolik, tetapi saat itu saya masih juga belum dibukakan jalan untuk dibaptis secara katolik.
Perjalanan hidup saya dalam membesarkan kedua anak saya, saat itu saya bekerja di perusahaan multi nasional Sime Darby group yang pusatnya di Inggris.
Di kantor itu setiap hari saya melihat teman-teman sekerja yg beragama islam diberi ruang khusus untuk sholat, lama-lama kebiasaan itu mulai menarik perhatian saya karena menurut pikiran saya yang sempit saat itu, mereka berdoa tanpa harus ada benda-benda yang disembah, ....
Saya mau coba yang langsung-langsung saja ... gampang ... cuma menghafalkan beberapa kalimat waktu sholat, doa saya dijawab. Pemahaman yang sangat dangkal!
Singkat cerita akhirnya saya diberi kesempatan Tuhan untuk bekerja di perusahaan Event Organizer, yang beberapa tahun kemudian beralih usahanya menjadi perusahaan travel Haji dan umroh plus.
Suatu saat saya ditunjuk untuk menjadi guide ….. untuk pertama kalinya saya diberi tugas untuk membawa jemaat melakukan umroh plus Jerusalem (14 hari dengan tujuan perjalanan ke Jeddah, Medinah, Mekkah, Hebron, Bethlehem, Jericho, Mesjid Al-Aqsa Jerusalem), kemudian saya diberi kesempatan sekali lagi membawa jemaat untuk ritual Haji plus (21 hari).
Di saat inilah mata hati saya dicelikkan subjective) dan saya mulai memperkarakan kepada Tuhan secara khusus, saya minta Tuhan untuk memberikan suatu «tanda«..... apakah benar disinilah «Rumah Tuhan?» ......
«Tanda» yang saya dapatkan ialah saya tidak merasakan damai sejahtera, saya tidak menemukan Tuhan ditempat yang dipropagandakan sebagai Rumah Allah dan janji-janji berkat, karena saya melihat banyak kejadian-kejadian yang mengerikan pada saat itu, sehingga menurut pemahaman saya yang dangkal ini bahwa semua ini hanyalah bisnis politik agama, yang bisa mengeruk uang banyak, keuntungan yang berlimpah bagi penyelenggara travel… setiap tahun mereka panen besar. Maafkan saya karena ini adalah pikiran dan perasaan saya pribadi, yang mungkin tidak sepaham dengan apa yang dialami dan dipahami oleh mereka yang mempercayainya.
Setelah kembali dari acara haji, saya mengundurkan diri dari perusahaan dan saya berhenti dari semua kegiatan agamawi ritual sholat dan puasa.
Saya mulai terus mencari Tuhan dengan serius ......
Dengan berjalannya waktu, singkat cerita 7 tahun kemudian setelah saya keliling bergereja jalan-jalan , mencari dan terus mencari, akhirnya saya mulai terpanggil dengan pengajaran yang disampaikan oleh pendeta Erastus Sabdono, yang menurut pemahaman saya fokus pengajarannya adalah memperkarakan hal-hal yang diatas dan bukan yang dibumi.
Ada satu kalimat perkataan beliau yang sangat membekas dihati saya saat itu yaitu: "Bahwa ada satu «rongga kosong» didalam hati kita yang tidak bisa diisi dan dipenuhi oleh apapun dan siapapun kecuali oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri"
Bagi saya kalimat tersebut seperti Tuhan Yesus sendiri
yang berbicara kepada saya secara pribadi dan merupakan suatu «konfirmasi» atau «tanda» yang diberikanNya kepada saya. Pembahasan Firman Tuhan pada waktu itu diambil dari Injil Yohanes 4: 7-15 "Percakapan dengan perempuan Samaria"
Yohanes 4:7 Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah Aku minum.” (8) Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan (9) Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria). (10) Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” (11) Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? (12) Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?" (13) Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, (14) tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”(15) Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.”
Kalimat lain yang juga sangat membekas dihati saya saat itu adalah sewaktu pembahasan Frman Tuhan yang diambil dari Injil Matius 5:48, yang bunyinya:
«Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna».
- Mengapa kita disebut Kristen ?
Karena kita bukan saja hanya mengetahui (to know) tetapi harus sampai kepada Level Menjadi seperti Kristus (to be like Christus).
Setelah beberapa bulan lamanya saya mengikuti kebaktian «Suara Kebenaran», pada suatu saat (saya tidak mencatat tanggalnya) setelah pak Erastus selesai berkhotbah, tiba-tiba beliau turun dari mimbar dan menghampiri saya yang duduk dibangku jemaat.
Kemudian beliau menumpangkan tangannya diatas kepala saya sambil berkata:
"Ibu mau cari-cari kemana lagi? .... Sudah lama Tuhan Yesus telah memilih ibu dan mengasihi ibu, .... ingat bu... ingat umur ibu ....”
Disitu saya menangis tersedu-sedu dan akhirnya saya menyerahkan diri saya untuk ditangkap olehTuhan Yesus.
Tuhan sungguh baik, bahkan sangat baik ...
Begitu sabarnya Tuhan menunggu penyerahan total jiwaraga saya ... karena Dia tahu bahwa sayapun mencari-Nya dengan segenap hati ....
Menindak lanjuti penyerahan diri saya kepada Tuhan ini, maka dengan sukacita saya memberikan diri saya untuk dibaptis selam oleh pendeta Erastus.
Filipi 3:12
Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.
Filipi 3:13
Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,
Filipi 3:14
dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
Tuhan Yesus Kristus memanggil kita masing-masing dengan cara-Nya yang ajaib dan spesifik, pribadi lepas pribadi.
Roma 11:33
O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
Ini baru suatu permulaan ….
Setelah itu saya mulai diproses dan diuji Tuhan, kejadian demi kejadian, tahapan demi tahapan yang harus saya lalui agar supaya saya benar-benar BENAR mengenal dan mengalami Dia lebih dalam lagi, yang tidak bisa saya ceritakan satu persatu secara detail.
Singkat cerita, Tuhan bawa saya ke Switzerland dan dipertemukan dengan banyak saudara2 seiman, salah satunya adalah saudara-saudara seiman yang tergabung dalam PERKI Swiss, persekutuan-persekutuan doa yang ada di Swiss dan juga di dalam kelas pemuridan melalui KCC (Kingdom Community Centre) yang mana di dalam kelas pemuridan ini ada juga beberapa saudara seiman yang juga merupakan anggota Perki Swiss.
Dan semua kegiatan ini masih berlangsung hingga sekarang.
Puji dan syukur tak henti-hentinya saya ucapkan atas kasih karunia Tuhan yang senantiasa menuntun dan membimbing saya dan kita semua untuk berjalan di jalan-Nya yang rata dan lurus sehingga kita semua mampu menyelesaikan pertandingan-pertandingan yang diwajibkan bagi kehidupan kita masing-masing.
1 Korintus 9:25-27
Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. (26)Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. (27) Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
Ibrani 12: Nasihat supaya bertekun dalam iman.
Ibrani 12:1 Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
Ibrani 12:2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
Tuhan Yesus Kristus memberkati kita semua dan memakai Perki Swiss lebih lagi untuk kemuliaanNya.
16 Mei 2021
Elma Roux
"Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.”
(Yohanes 14:18)
Selama kurang lebih 1 tahun sejak covid 19 mulai dibicarakan di seluruh dunia, begitu banyak orang-orang yang harus berpisah dengan orang yang mereka kasihi, bahkan kepergian yang tidak sebagaimana biasanya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat selama ini.
Perubahan situasi kehidupan yang terjadi dengan adanya Covid 19 membuat umat manusia menjalani kehidupan yang sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya.
Mau tidak mau harus mengikuti semua peraturan dan protokol-protokol yang ada sekalipun hati menangis karena tidak bisa menyaksikan untuk terakhir kalinya orang yang dikasihi dan berkumpul untuk saling menguatkan dan menghibur satu dengan yang lain.
Yang mana sebelumnya, saat ada yang sakit, bisa saling mengunjungi, masih bisa meluangkan waktu bersama dengan keluarga yang sakit, tetapi di masa pandemi, yang sakitpun harus tinggal dalam kesendirian dengan perawatan team medis, bahkan sampai meninggal dalam kesendirian tanpa boleh dikunjungi oleh keluarga dan kerabat, benar-benar perpisahan yang tidak mudah.
Murid-murid Tuhan Yesuspun mengalami kejadian harus berpisah dengan guru yang sangat mereka kasihi. Selama 3,5 tahun hidup bersama, suka duka dalam mengikut Tuhan Yesus dalam perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, mendengarkan dan menyaksikan Guru mereka memberitakan injil damai sejahtera, menyembuhkan orang sakit, melepaskan yang terbelenggu, memberi harapan kepada yang tidak mempunyai harapan, menguatkan yang lemah, menerima yang tertolak dan banyak sekali peristiwa yang mereka jalani bersama Yesus.
Tetapi kebersamaan inipun berakhir dengan kematian Tuhan Yesus di kayu salib, semuanya untuk menggenapi kehendak Tuhan di bumi melalui kehidupan Yesus sebagai manusia, mati di atas kayu salib untuk menyelamatkan umat manusia, menanggung setiap dosa manusia,
Banyak pesan-pesan yang Tuhan Yesus sampaikan untuk mempersiapkan murid-murid sebelum kepergian-Nya.
Yohanes 14:1-3
1."Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.
2.Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
3.Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.
Tuhan Yesus tahu kegelisahan hati murid-murid-Nya setelah Dia memberitahukan bahwa hanya seketika saja lagi Dia akan bersama dengan mereka.
Yohanes 13:33, 36
33.Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu.
36.Simon Petrus berkata kepada Yesus: "Tuhan, ke manakah Engkau pergi?" Jawab Yesus: "Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku."
Murid-murid kemungkinan sudah mulai menimbang-nimbang, apa yang kita akan lakukan kalau guru tidak bersama lagi dengan kita, selama ini yang diharapkan dan diandalkan hanya Dia, kalau sekarang Yesus berkata bahwa akan pergi, siapa lagi yang akan menjadi penolong, penasehat, pengajar kita nantinya????
Kira-kira pertanyaan ini yang bergayut dalam pikiran dan pertimbangan hati para murid sehingga Tuhan Yesus melihat kegelisahan mereka dan datang memberikan satu pernyataan yang berkuasa, Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.
Tuhan Yesus mau berkata, ikuti saja kehendak Bapa apapun yang akan terjadi, yang kalian perlu lakukan adalah percaya saja….Tuhan pegang kendali untuk semua.
Tuhan Yesus memberi pengertian kepada murid-muridNya bahwa ada tujuannya Dia pergi ke rumah Bapa yaitu untuk menyediakan tempat bagi mereka dan kalau sudah menyediakan tempat di rumah Bapa, Yesus berkata Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di mana Aku berada, kamupun tetap berada.
Selama masa penantian sampai Tuhan Yesus datang kembali untuk membawa ke tempat-Nya, Dia memberikan obat untuk meneduhkan hati mereka yang sedih, Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu.
Yohanes 14:18
Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.
Dia berjanji bahwa penghibur yaitu Roh Kudus yang akan datang menggantikan Dia, mengambil tempat dalam hati setiap murid, Dialah yang akan menguatkan, menghiburkan, menuntun, mengingatkan dan mengajarkan segala sesuatu yang telah dikatakan Tuhan Yesus sebelumnya kepada murid-muridNya.
Yohanes 14:26
tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Ku-katakan kepadamu.
Yesus sangat mengetahui kebutuhan anak-anakNya, Diapun meninggalkan damai sejahtera dan mengulang kembali kalimat yang sama dari Yohanes 14:1, janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Kegelisahan hati terusir saat menyadari bahwa damai sejahtera sudah ditinggalkan Yesus dalam hati murid-murid-Nya, damai sejahtera itu sudah Dia berikan, tinggal murid-murid menerima dan menyadari anugrah damai sejahtera itu, yang tidak seperti dunia berikan. Damai sejahtera di saat hidup melewati goncangan dan badai, bukan hanya saat semua baik-baik saja.
Yohanes 14:27
Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Dengan damai sejahtera ini mereka bisa menghadapi setiap ujian kehidupan yang akan mereka hadapi setelah Yesus naik ke Surga, khususnya dalam menjalankan Amanat Agung yang Tuhan Yesus Amanatkan sebelum naik ke surga.
Matius 28:18-20
18.Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
19.Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
20.dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Sebagai umat yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, kita baru saja memperingati dan merayakan Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga, kita mengimani bahwa Dia naik ke surga untuk menyediakan tempat bukan hanya untuk murid-muridNya yang menyaksikan Dia terangkat ke surga tapi bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya, murid-murid-Nya sekarang ini yang percaya dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Janji-Nya ya dan amin, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Dalam menantikan kedatangan-Nya kembali, Roh Kudus dengan setia selalu menyertai siap menolong dan menuntun saat kita terbuka untuk mendengarkan suaraNya yang lembut, untuk hidup dari hari ke hari menggenapi tujuan-Nya-menciptakan kita ke bumi.
Tuhan Yesus memberkati
9 Mei 2021
Christiana Streiff
Penyertaan Tuhan Yesus Benar- Benar Adanya
Setiap kali saya, berulang tahun, banyak dari teman- teman sering kali menambahkan kalimat, Puji Tuhan atas penyertaan Tuhan Yesus selama ... tahun ( sesuai dengan umur saya) sampai dengan hari ini, Halleluya.
Pada saat yang sama, saya spontan ingin menjawab dengan pertanyaan, penyertaan yang bagaimana? Kapan? Dimana? bahkan ah, masa? saya sendiri belum pernah betul- betul merasakannya 😌😌.
Seiring berjalannya waktu, saya tidak ingin mendiskusikannya dengan siapapun, karena untuk saya ‘tidak terlalu penting’.
Sampai pada suatu saat, saya merasakan dan mengalami pergumulan yang bagi saya di luar yang saya susah pernah alami. Anehnya, sangat tidak berpengaruh dalam segala tindakan dan pikiran saya tiap harinya, begitu juga tidak berpengaruh dengan berbagai macam orang yang saya sering ber-interaksi .
Puji Tuhan🙏🏻, saya pun tidak jatuh sakit karenanya, apalagi masih dalam pandemi - yang kita semua tahu, bahwa stress, secara badan dan pikiran dapat menurunkan imun seseorang. Bahkan, saya, dapat berkonsentrasi dan menjalani banyak hal di dalam aktivitas sehari-hari saya.
Saya bersyukur dan mengucap terima kasih kepada Tuhan Yesus, tapi saya tetap belum merasakan - oh itu yang disebut dengan penyertaan Tuhan Yesus. Tuhan selalu menguatkan kita dimanapun, kapanpun dan pada saat apapun. Segala cuaca dan menembus ruang dan waktu.
Itulah terkadang manusia, yang tidak bersyukur dalam segala hal meskipun sedang bergumul atau sedang dalam situasi sedih, putus atas bahkan duka.
Tadi malam, saya renungkan banyak hal selama 1 minggu, 1 bulan dan bahkan 3 -6 bulan terhitung mundur dari bulan ini. Saya baru benar- benar sadar.. secara akal sehat, oh saya masih sehat, senyum, dan jiwa yang tangguh, selain saya masih dapat melakukan cukup banyak hal pelayanan dan sosial. Oh Terima kasih banyak Tuhan!! atas penyertaanMu🙏🏻. Praise the Lord! untuk segala hal yang telah saya alami dan berjalan bersamaMu. Kau selalu menyertai 🙏🏻.
Semua kalimat dan ucapan syukur mengalir sedemikian dalam pikiran saya. Inilah yang disebut dengan Iman.
Seperti dalam Firman dikatakan :
Yohanes 20:29:
Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."
Setelah membaca kembali firman Tuhan tersebut, segala peristiwa dalam kehidupan dan segala pergumulan mulai muncul satu demi satu, dan hati pikiran saya, serentak mengatakan, saya dapat memenangkan segala perkara segala pergumulan dan sampai dengan hari ini- bahkan beberapa dapat dijadikan sebagai pengajaran yang cukup berharga dalam mengarungi kehidupan sampai dengan hari ini. Jika bukan karena Tuhan Yesus dengan kasihNya yang sangat besar dan Dia sangat setia kepada kita, anak- anakNya, sangatlah tidak mungkin saya masih ‘ada’ sampai dengan hari ini.
Kemudian saya juga teringat akan Firman Tuhan - yang saya ucapkan dan menjadi suatu penguat - setiap saat menghadapi banyak hal yang membuat saya tidak nyaman.
Matius 11:28
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Mazmur 34:18
TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya..
Kedua firman diatas menjadikan saya untuk selalu datang kepadaNya dan layaknya bagai anak yang mengadu ( dalam hal ini, berdoa) kepada BapaNya🙏🏻.
Dia Sang Maha Kasih, telah mengaruniakan kepada kita banyak teladan agar kita dapat dan mampu- seperti Dia , yang telah mengorbankan nyawaNya demi cintaNya kepada kita dan kita kepada sesama. Seperti tertulis dalam Firman.
Yohanes 3: 16
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
2 Mei 2021
Cynthia Kaluntas Lebet
Dia Mengambil Apa Yang Dia Beri
Shalom,
Saya akan bersaksi tentang kepulangan saya ke Indonesia kali ini (11 Maret – 23 April 2021). Saya tiba di Jakarta tanggal 12 Maret dan harus melewati karantina selama 6 hari (sampai 17.03) dan 2 kali test PCR di Jakarta kemudian bisa melanjutkan perjalanan ke Makassar.
Setibanya di Makassar Papa saya sering ke toilet waktu malam dan dari saya tiba rabu malam itu 6 - 7 kali harus antar ke toilet, bersihkan Papa dan bersihkan lantai karena belum tiba di toilet kencingnya sudah keluar. Besoknya saya mulai pakaikan Pampers dan hari sabtu (20.3) kami bawa Papa ke dokter umum untuk periksa apa Papa bisa di vaksin hari minggu tapi ternyata Papa demam, diberikan obat oleh dokter, besoknya demam tidak turun akhirnya kami ke rumah sakit dan ternyata gula darahnya sangat tinggi sampai tidak terdeteksi di RS jadinya Papa dirawat di rumah sakit selama 1 minggu, keluar rumah sakit hari sabtu (27.03).
Kemudian besoknya (minggu) saya mulai persiapkan surat untuk pengurusan visa Papa ke Swiss (yang menjadi salah satu tujuan kepulangan saya ke Indonesia). Untuk pengurusan visa tanggal yang kosong untuk janjian di VFS Global Jakarta, hari Rabu (31.03) pagi jam 8.40 sehingga hari senin itu kami mempersiapkan semua surat yang dibutuhkan untuk persiapan pengurusan visa dan selasa pagi saya print semua, tes antigen dan berangkat ke Jakarta.
Malamnya Om saya, Adik dari Mama masuk RS dan sudah tidak sadar. Saya dibesarkan oleh Om dan Istrinya karena tugas Papa saya yang hanya 1 kali per tahun pulang dan Mama juga sering pergi dengan pekerjaannya sehingga saya dibesarkan oleh Om. Jadi besoknya hari rabu pagi setelah janjian di tempat pengurusan visa, saya ke Makassar dan kemudian besoknya kami semua lanjut ke Manado.
Hari Jumat (Jumat Agung) karena tekanan darah yang rendah Om akhirnya harus dirujuk ke rumah sakit pusat di Manado dan karena ada infeksi paru-paru sehingga harus masuk dalam ruang isolasi Covid bergabung dengan pasien-pasien lainnya yang juga sedang menunggu hasil pemeriksaan Covid. Hasil pemeriksaan PCR dari RS sebelum tidak diterima dan harus dilakukan kembali tes yang mana hasilnya akan kami dapatkan dalam 3 hari dan tidak bisa dari keluarga meminta untuk dipercepat hasilnya sekalipun itu biaya sendiri. Kami tidak ada pilihan lain kecuali mengizinkan Om harus masuk ke ruang isolasi sambil menunggu hasilnya dan waktu masuk ke ruang isolasi ada surat-surat yang harus ditandatangani oleh keluarga. Tante saya meminta saya untuk ikut mengambil keputusan sebagai perwakilan dari keluarga Om namun saya mengatakan tante dan adik sepupu saja, mereka saja yang tanda tangan dan saya mendukung apapun keputusan mereka.
Kalau mereka tidak tanda tangan tidak akan dibuat suatu tindakan terhadap Om, bisa saja itu lebih baik tapi bisa juga itu mempercepat kematiannya tapi pada saat mereka tanda tangan mereka juga harus tanda tangan pernyataan kalau hasil SWAB PCR belum keluar dan Om meninggal akan diproses secara Covid sehingga bagi tante dan adik sepupu seperti maju kena mundur kena. Mereka bingung, takut salah ambil keputusan dan nantinya bisa disalahkan keluarga besar, panik, rasa bersalah, sementara kalau mereka tanda tangan berarti harus siap dengan risiko kalau sampai Om meninggal di dalam ruang isolasi tidak bisa diambil jenazahnya kalau belum keluar hasil sementara hasil PCR hanya akan keluar dalam 3 hari kemudian harus diadakan tes lagi sampai hasil tes 2 kali berturut-turut negatif baru dipindahkan ke ruangan lain.
Akhirnya dengan tangisan yang begitu berbeban tante dan adik sepupu tanda tangan karena itu satu-satunya cara agar Om bisa dirawat dan sepanjang malam kami tunggu sampai Om dipindahkan ke gedung isolasi. Akhirnya sekitar jam 3 pagi beliau dipindahkan, kemudian kami pulang dari rumah sakit jam 5 pagi setelah Om dipindahkan ke ruang isolasi. Hari sabtu mereka minta donor darah 10 orang ternyata tidak mudah menemukan karena banyak orang yang kami kenal sudah melakukan vaksin 1 dan tidak bisa donor, pas weekend juga sehingga tempat-tempat tentara juga kosong. Orang-orang yang datang untuk donor ada yang tekanan darah tinggi, ada yang bertato, ada yang ternyata golongan darahnya berbeda, ada yang berusia di atas 60 tahun, ada yang terlalu muda, ada terlalu capek dan dari lebih 10 orang yang kami siapkan hanya 4 yang bisa dan semua darah yang dikasih itu dipakai.
Hari Minggu, hari Paskah (04.04) sore kondisi Om drop. Kami sangat cemas tapi tetap tidak bisa datang dan hanya setelah diinfokan sementara dipompa kami bisa datang dan Om disampaikan telah meninggal pada jam 23.05. Kami begitu ketakutan karena hasil SWAB PCR yang belum keluar dan sudah menandatangani surat itu namun Puji Tuhan ada jalan keluar lain ada Test Cepat Molekuler (TCM) post mortem dan hasil tes akan kami dapatkan dalam 5 jam dan sepanjang malam kami tidak pulang. Kami tunggu di depan gedung di mana Om dirawat, waktu yang sangat sangat sangat menegangkan bagi kami seperti bom waktu yang mau meledak kami ingin sekali cepat tahu hasilnya tapi kami juga ketakutan mana tahu hasilnya Om positif (perawat-perawat yang merawat Om adalah perawat-perawat yang sama yang mengurus pasien positif Covid dan itu sudah disampaikan dari pihak RS sejak awal).
Akhirnya jam 6.30 pagi kami mendapat hasil negatif, Puji Tuhan. Kami semua begitu lega dan langsung meledak tangis juga semua keluarga yang tidak tidur semalaman dan stand-by di rumah masing-masing mengantisipasi jika pemakaman Covid semua harus bisa cepat bergerak sekalipun ibadah dari jarak jauh. Kami pun mempersiapkan kepulangan Om ke rumah dan pemakaman pada hari rabu (07.04).
Pada saat yang sama kakak sepupu saya sedang sakit, mereka sudah datang dari Jakarta untuk pengobatan di Manado tapi ternyata dengan BPJS harus diurus sebelumnya kalau mau digunakan di daerah lain di Indonesia dan mereka tidak tahu itu sehingga BPJS tidak bisa dipakai di Manado, akhirnya pada hari pemakaman Om, sepupu saya (dari Papa) balik ke Jakarta untuk pengobatan dan semua begitu cepat, RS menolak untuk operasi dan akhirnya ambil pengobatan alternatif tapi akhirnya dia meninggal pada tanggal 19 April, sekali lagi kami berduka kali ini dari keluarga Papa, duka yang sangat sangat menyedihkan karena semua begitu cepat, kami begitu shock dengan kematian ini, dia baru saja berulang tahun ke-45 satu hari sebelumnya dan anak-anaknya masih kecil. Kami sangat sangat kehilangan Leo yang adalah kebanggaan keluarga kami. Dia membawa harum nama keluarga kami dalam dunia sepakbola Indonesia pada tahun 90-an sampai 2000-an dan kepergian Leo yang sangat cepat, sangat menyedihkan kami keluarga. Bahkan sampai saat ini apalagi melihat istri dan anak-anaknya yang masih kecil ini sangat membuat kami berduka.
Ketika Saya merenung-merenungkan kepulangan saya ke Indonesia kali ini saya berpikir seperti sudah diatur saya pulang untuk 2 kematian orang-orang terdekat dari sebelah Mama dan Papa. Saya tidak pernah terpikir pulang kali ini untuk menguburkan orang yang membesarkan dengan cintanya yang begitu besar bagi saya. Orang sederhana yang menjadi contoh teladan bagi saya bagaimana mengasihi tanpa kata-kata tapi dengan perbuatan yang tulus. Juga kakak sepupu saya yang kepergiannya begitu cepat, seperti mimpi dan berharap ini mimpi. Dari 5 Desember Mama saya meninggal, 12 Januari kakak sepupu Mama meninggal , 13 Januari 40 hari meninggalnya Mama, 14 Januari Tante dimakamkan, 15 Januari adik Tante(Om) meninggal, 16 Januari Om dimakamkan, 4 April Adik Mama meninggal , 19 April Leo meninggal, secara manusia terlalu banyak kesedihan dalam keluarga kami yang sangat melemahkan iman saya apalagi saya terlibat secara langsung saat merawat mereka ataupun memandikan jenazah dan pengurusan pemakaman dan juga sambil merawat Papa yang dalam proses pemulihan.
Rancanganku bukanlah rancangan Tuhan, kalau Tuhan mengizinkan saya dan keluarga melewati ini, Tuhan yang sama juga menyatakan pemeliharaan-Nya sampai saat ini. Semakin besar duka semakin membutuhkan penyerahan diri sepenuhnya di kaki Tuhan. Satu hal yang saya dapatkan kali ini adalah bagian dari cinta Tuhan kepada kita selain Dia memberi, Dia juga mengambil apa yang Dia beri. Kiranya kami boleh terus belajar bergantung sepenuhnya di Tuhan karena di luar Tuhan tidak mungkin kami sanggup melewati masa duka saat ini. Biarlah dalam kelemahan kami nama Tuhan ditinggikan, biarlah dalam apa yang kami lewati kami terus belajar berharap, bersandar sepenuhnya kepada Tuhan dan terus mencari kekuatan di dalam Tuhan. Tuhan baik, sangat baik, teramat baik.
Soli Deo Gloria
25 April 2021
Demita Klassen
JESUS IS RISEN!
Bukti dan Kuasa Kebangkitan Yesus Kristus
Kematian dan kebangkitan Yesus adalah peristiwa yang sangat penting dan merupakan poros utama bagi iman kristiani. Bahkan Paulus menegaskan, “…jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus.” (1 Korintus 15:17-18).
Tanpa kebangkitan, berarti Yesus yang kita sembah adalah sekedar tokoh agama yang tidak berbeda dengan tokoh-tokoh agama yang lain yang juga mengalami kematian. Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa Ia hidup, bahwa Ia menggenapi semua yang telah dikatakanNya tentang diriNya dan apa yang telah dinubuatkan para nabi-nabi sebelumnya. Yesus mati, tetapi Dia telah bangkit dan bahkan sampai hari ini masih tetap hidup.
Dari awal kekristenan bahkan sampai masa modern ini, ada banyak teori yang berkembang yang berusaha untuk menyangkal bahwa Yesus yang telah mati di atas kayu salib itu telah sungguh-sungguh bangkit dari kematian. Prajurit-prajurit Roma dan para imam kepala berserta dengan tua-tua, bersepakat membuat berita palsu dan mengatakan bahwa murid-murid Yesus bersekongkol untuk datang mencuri mayat-Nya (Matius 28:11-13). Teori lain mengatakan bahwa Yesus tidak benar-benar mati, Dia hanya mengalami “ketidaksadaran atau keadaan koma di dalam kubur”. Setelah sadar, Dia bangkit dan melewati para penjaga, kemudian pergi kepada murid-murid-Nya. Ada teori yang mengatakan bahwa yang disalibkan bukanlah Yesus tetapi seorang yang mirip dengan Yesus. Teori lain mengatakan bahwa murid-murid Yesus mengalami halusinasi dan tidak benar-benar melihat Yesus hidup kembali, dan ada pula teori yang mengatakan bahwa para wanita yang mau mendatangi kubur Yesus telah masuk ke kubur yang salah.
Semua teori-teori tersebut ternyata gagal untuk membungkam kebenaran bahwa Yesus Kristus yang telah mati di atas kayu salib itu benar-benar telah dibangkitkan dan hidup kembali. Ada banyak bukti-bukti atas kebangkitan-Nya dan kebenaran ini sebenarnya tidak dapat disangkal lagi bagi mereka yang mau menerima kebenaran atas kematian dan kebangkitan Yesus.
Bukti langsung akan kebenaran kebangkitan Yesus diantaranya sebagai berikut :
1. Kubur yang kosong.
Perjanjian Baru memberikan laporan tertulis tentang peristiwa kebangkitan Kristus dalam Matius 28:11-15; Markus 16:1-8; Lukas 24:1-12; Yohanes 20:11-18; Kisah para Rasul 2:29; dan 1Korintus 15:3-8. Injil Markus ditulis antara tahun 36-38M yang artinya sangat dekat dengan saat penyaliban Yesus sekitar 33M maka kisah naratif kebangkitan Kristus dalam Markus 16:1-8 akan menjadi bukti yang sangat kuat untuk kubur yang kosong.
2. Batu yang terguling.
Ada dugaan dari mereka yang skeptis, bahwa murid-murid Yesus menggeser batu penutup kubur dan mencuri mayat-Nya. Namun argumentasi ini tidak berdasar, karena:
(a) yang pertama kali mengunjungi kubur Yesus adalah para wanita (Yohanes 20:1-2). Batu penutup kubur ini sangat besar dan berat, penelitian mengatakan bahwa berat batu ini bisa mencapai beberapa ton. Para wanita ini takkan sanggup menggesernya;
(b) para penjaga prajurit romawi ada di tempat itu. Mereka bersiaga penuh dan jika mereka meninggalkan tugasnya menjaga kubur maka hukuman mati harus mereka terima. Para prajurit atas perintah Pilatus menjaga kubur itu dengan baik dan mematereikan kubur itu (Matius 27:66). Bagaimana para murid dapat menggeser batu itu untuk mencuri mayat Yesus tanpa sepengetahuan para prajurit?
3. Penampakan kepada para murid-Nya.
Penampakan kepada sejumlah murid, para wanita, dan sekitar 500 orang di tempat yang berbeda, membuktikan bahwa peristiwa kebangkitan Kristus adalah fakta yang sesungguhnya. Jika saksi-saksi ini benar berhalusinasi, maka tidak mungkin halusinasi ini terjadi kepada sekian banyak orang.
Peristiwa Tomas menusukkan jarinya ke lambung dan tangan Yesus (Yohanes 20:27-28) dan Yesus makan bersama murid-murid (Lukas 24:30-31; Yohanes 21:12-13), membuktikan bahwa itu bukan halusinasi.
4. Perubahan dalam diri para murid Yesus.
Peristiwa kematian Yesus membuat murid-murid Yesus menutup diri dan bersembunyi. Mereka diam di rumah-rumah mereka dengan pintu dan jendela tertutup rapat (Yohanes 20:19). Mereka semua kehilangan harapan dan takut. Namun setelah Yesus bangkit, ada perubahan yang luar biasa terjadi dalam diri mereka. Mereka menjadi berani untuk bersaksi tentang Yesus yang mati dan bangkit (lihat Kisah Para Rasul 2:22-24).
Bukti Secara Tidak Langsung diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pertobatan para skeptik.
Banyak di antara orang-orang yang menolak kebangkitan Kristus kemudian menjadi percaya akan berita itu. Ini dapat kita lihat pada diri Yakobus dan Paulus (1Korintus 15:7-8), dan bahkan pertobatan diantara para skeptis ini terus terjadi sampai pada masa kini. Mereka yang menolak ketuhanan dan karya Kristus di kayu salib, kemudian menemukan Kristus secara pribadi baik dari pertemuan pribadi ataupun melalui bukti-bukti yang tidak bisa ditolak tentang kebenaran kematian dan kebangkitan Kristus.
2. Mati demi kepercayaan mereka.
Setelah kebangkitan Kristus, para murid mulai bersaksi tentang Dia. Bahkan ketika diperhadapkan dengan kematian, mereka tidak gentar karena mereka percaya dengan apa yang mereka lihat dan alami, bahwa Yesus telah benar-benar bangkit dari kematian. Keberanian yang para murid dapatkan ini merupakan bukti tidak langsung bahwa ada perubahan yang sangat mendasar dan meneguhkan mereka sehingga mereka tidak takut ketika harus menghadapi kematian demi nama Yesus.
3. Minggu sebagai hari penyembahan yang baru.
Hari sabat Yahudi dianggap sebagai hari di mana umat Israel menyembah kepada Allah. Namun kebangkitan Kristus telah mengubah konsep ini. Kristus bangkit pada hari pertama minggu itu (Mrk. 16:2; Luk. 24:1). Selanjutnya hari itu (Minggu) dijadikan hari di mana orang kristen mula-mula (dan berlanjut sampai saat ini) beribadah kepada-Nya.
4. Sakramen Perjamuan dan Baptisan.
Perjamuan dan Baptisan adalah bukti secara tidak langsung dari peristiwa kebangkitan Yesus Kristus. Mereka berkumpul secara teratur untuk mengadakan perjamuan makan dengan alasan untuk mengingat bahwa Yesus telah dibunuh di depan umum dengan cara yang aneh dan memalukan. Kegiatan ini dilakukan dengan satu keyakinan yang jelas, bahwa Yesus Kristus telah bangkit dari kematian.
5. Berdirinya Gereja.
Bukti lain tentang kebangkitan Kristus adalah berdirinya Gereja. Apakah gereja akan berdiri atau runtuh terletak pada kenyataan kematian dan kebangkitan Kristus. Selama Yesus Kristus di dalam dunia, bahkan saat menghadapi kematian di atas kayu salib, Dia tidak pernah mendirikan sebuah institusi keagamaan. Namun setelah kebangkitan-Nya, banyak orang yang menjadi percaya. Dan orang-orang percaya ini mendirikan tempat untuk bersekutu bersama. Walaupun ada penganiayaan, mereka tetap memiliki keyakinan kepada Kristus yang bangkit.
6. Kebangkitan Kristus sebagai tema khotbah dan pemberitaan Kabar Baik.
Bukti lain dari kebangkitan Kristus adalah pemberitaan para rasul sendiri tentang Dia yang telah mati dan bangkit (Kisah Para Rasul 1:22; 2:22-40; 3:26; 4:10); dan bertambahnya jumlah orang yang percaya kepada Kristus, melalui khotbah para rasul (Kisah Para Rasul 2:41, 47; 4:4; 6:1) dengan kuasa Roh Kudus. Setelah lebih dari 2000 tahun kekristenan telah berkembang luas hampir di seluruh dunia, menjangkau berbagai suku, budaya dan bangsa-bangsa; dan dari generasi ke generasi telah bangkit umat Tuhan yang memiliki semangat untuk bersaksi memberitakan kebenaran itu.
Baik bukti langsung maupun tidak langsung ini menjadikan suatu kekuatan yang tidak dapat dibantah bahwa Yesus benar-benar telah bangkit dari kematian dan Dia hidup, bahkan hidup selama-lamanya. Tentunya jika kematian dan kebangkitan Yesus adalah suatu kebenaran maka dampak dan maknanya sangat besar pada kehidupan orang percaya baik untuk hidup di dunia ini maupun di dunia yang akan datang.
Kebangkitan Kristus memiliki dampak yang sangat besar bagi orang percaya dalam segala jaman. Berikut ini adalah implikasi dari Kebangkitan Kristus bagi orang percaya:
1.Kebangkitan Kristus menyatakan kuasa dari Allah yang benar.
„dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang.“ (Efesus 1:19-21)
Ayat di atas menyatakan dengan jelas kepada kita tentang kuasa Allah yang telah dikerjakan-Nya di dalam diri Yesus Kristus, dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati. Dengan membangkitkan Yesus dari kematian telah membuktikan bahwa Allah sungguh-sungguh berdaulat atas segala hal, termasuk kematian.
2. Kebangkitan Kristus menyatakan identitas-Nya sebagai Allah.
„dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.“ (Roma 1:4)
Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa Yesus Kristus yang telah dibangkitkan adalah Anak Allah. Dia memiliki kuasa setara dengan Allah Bapa. Kebangkitan Yesus Kristus menyatakan kepada kita bahwa apa yang dikatakan-Nya benar, bahwa Dia adalah Allah.
3. Kebangkitan Kristus menjamin keselamatan kita.
„Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.“(Roma 10:9)
Firman Tuhan mengatakan, ketika kita percaya kepada Kristus, mengaku bahwa Dia adalah Tuhan dan bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, akan membawa kita kepada keselamatan jiwa kita. Kebangkitan Yesus menjadi satu pokok iman yang penting dalam keselamatan kita.
4. Kebangkitan Kristus jaminan untuk kelahiran baru
„Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,“ (1 Petrus 1:3)
Rasul Petrus menghubungkan kebangkitan Kristus dengan kelahiran baru setiap orang percaya. Kelahiran baru hanya mungkin terjadi melalui karya Kristus, yaitu kematian dan kebangkitan-Nya. Melalui kebangkitanNya maka Kristus membawa kita suatu hidup yang baru yang penuh pengharapan, yang bisa kita dapatkan ketika kita dilahirkan kembali.
5. Kebangkitan Kristus menjamin pembenaran kita.
„yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.“ (Rm. 4:25)
Rasul Paulus menjelaskan bahwa kebangkitan Kristus berkaitan dengan pembenaran orang percaya. Allah menerima pembenaran kita di hadapan-Nya melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Pembenaran orang percaya menjadi sempurna ketika Kristus telah dibangkitkan. Kebangkitan Kristus membuktikan bahwa Tuhan Allah telah menerima kematianNya bagi penebusan dosa seluruh umat manusia untuk memuaskan tuntutan Allah atas penghukuman dosa-dosa manusia.
6. Kebangkitan Kristus menjamin pengudusan kita.
„Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.“ (Roma 6:4)
Rasul Paulus menjelaskan bahwa melalui kematian dan kebangkitan-Nya, orang percaya akan hidup dalam hidup yang baru. Dalam proses kehidupan di dalam Dia, kita mungkin lemah dan bisa jatuh dalam dosa. Namun Dia yang hidup akan memberikan kekuatan dan kemenangan kepada kita, dan kita akan melalui proses pengudusanNya hari demi hari, untuk mengerat carang-carang di dalam diri kita yang menghambat pertumbuhan rohani kita. Dan kita akan terus melalui proses pengudusan dan perubahan ini sampai kita akhirnya disempurnakan dan menjadi serupa dengan Kristus. Hal dapat terjadi, karena kita telah disatukan di dalam kematian dan kebangkitan-Nya.
7. Kebangkitan Kristus memberi harapan untuk kebangkitan orang percaya di akhir zaman.
Kebangkitan Kristus meyakinkan kita bahwa suatu hari kelak kita akan dibangkitkan. Rasul Paulus dalam 1 Korintus 15 menjelaskan bagian ini dengan tepat sekali. “Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (ayat 20).
Kebangkitan Kristus akan menjadi dasar dari kebangkitan orang percaya pada akhir zaman, karena Yesus Kristus sebagai yang sulung dari banyak saudara, juga telah dibangkitkan dari kematian. Inilah pengharapan kita yang kuat bahwa kita juga kelak akan dibangkitkan seperti Kristus.
8. Kebangkitan Kristus menyatakan tentang penghakiman-Nya.
Secara tidak langsung, kebangkitan Kristus menyatakan tentang penghakiman-Nya atas manusia, yaitu orang berdosa akan dihukum, orang percaya akan diselamatkan. Selama ada di dalam dunia, Yesus telah berbicara tentang penghakiman Allah atas dosa, namun dunia menolak Dia dan membunuh Dia. Yesus Kristus yang telah mati karena dosa-dosa manusia dan telah dibangkitkan oleh Allah, ditentukan untuk menjadi hakim atas dunia ini.
„Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya. Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.“ (Ibrani 9:26-28).
Kristus menyatakan akan adanya penghakiman akhir pada saat Ia ada di dunia ini, dan bahwa Ia akan menjadi Hakim disaat itu. Kenyataan bahwa Tuhan telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati, telah membuktikan pernyataanNya. Ini adalah janji bahwa Hari Penghakiman memang akan datang.
9. Kebangkitan Kristus juga menyatakan kemuliaan-Nya.
-
“Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, (Efesus 1:18-19)
Kebangkitan Kristus tidak saja menunjukkan kuasa Allah yang berdaulat atas segala sesuatu. Dengan menunjukkan kuasa-Nya yang membangkitkan Kristus, Allah juga menyatakan kemuliaan Kristus melalui gereja-Nya.
Kebangkitan Kristus adalah fakta dalam iman Kristiani. Peristiwa itu sendiri terjadi dan tercatat di dalam sejarah, dan sampai hari ini bukti-bukti terus berbicara dan membuat mereka yang menolak dan tidak percaya akhirnya berbalik untuk mempercayai-Nya. Walaupun ada sekian banyak orang yang terus menentang dan menolak kebangkitan Kristus, perlahan tapi pasti mereka akan menemukan kebenaran sejati itu. Tanpa peristiwa kebangkitan Kristus, kekristenan akan kehilangan esensi dari suatu keyakinan iman yang sejati.
Dengan melihat bukti dan dampak dari kebangkitan Kristus yang dialami oleh orang-orang percaya, kita diberi kekuatan untuk membaharui komitmen kita hingga kita dapat hidup bagi Dia, melayani seperti Dia, dan memuliakan Dia di dalam dan melalui hidup kita. Halleluyah, Jesus is risen!
18 April 2021
Mieke Lolong
Tubuh, Jiwa dan Roh
Renungan ini diilhami setelah aku menonton film yang berjudul the Seventh Sign, yang menyinggung tentang bilik Guf atau kamar Guf (the chamber of Guf), Guf dalam bahasa Ibrani berarti ‘tubuh’. Nah, dalam mistisisme Yahudi, bilik/kamar Guf, yang juga disebut Otzar (artinya perbendaharaan atau treasury), adalah tempat perbendaraan jiwa-jiwa, yang terletak di langit ketujuh… yang mana setiap manusia yang akan lahir, jiwanya sebenarnya ‘diambil’ dari sana… Aku tidak tertarik dengan isi film itu, tapi jadi ingin tahu perbedaan antara arti kata ‘jiwa’ (soul) dan ‘roh’ (spirit) dalam hal ini... yang tentunya merupakan suatu kesatuan juga dengan ‘tubuh‘ (body).
Sebagaimana diketahui bahwa tidaklah mudah untuk mencari penjelasan dari keingin-tahuan aku di atas tadi. Oleh karena itu, untuk mencegah kerancuan yang dapat timbul, aku mendapat pengarahan dan saran dari kenalan baik, untuk mengacu pada penjelasan dari seorang pendeta dari Amerika yang bernama Kenneth W. Hagin (dari Kenneth Hagin Ministries).
Manusia itu adalah makhluk spiritual atau ROH, dan Tuhan berkomunikasi dengan kita melalui roh kita seperti yang tertulis dalam Roma. 8:16. Alkitab mengajarkan bahwa kita masing-masing memiliki jiwa dan hidup di dalam tubuh
(1Tesalonika 5:23). Melalui tubuh kita menghubungi alam fisik. Melalui roh, atau hati kita, kita menghubungi alam spiritual. Jiwa mencakup pikiran, kemauan, dan emosi. Oleh karena itu, kita dapat menghubungkan alam intelektual dan emosional dengan jiwa. Sangat mudah untuk mendefinisikan apa itu tubuh kita, karena bagian dari diri kita itulah yang terlihat. Itu berhubungan dengan alam fisik — alam yang dapat kita sentuh dan amati. Lebih sulit membedakan antara jiwa dan roh kita. Kita tidak dapat melihat atau menyentuh salah satu dari mereka secara fisik. Tetapi penting untuk memahami perbedaan di antara mereka. Jika tidak, kita tidak akan dapat dipimpin oleh Roh Kudus. Sebaliknya, kita akan dipimpin oleh jiwa kita dalam situasi kehidupan.
Perbedaan yang jelas ;
Banyak theologians percaya bahwa jiwa dan roh itu sama. Namun, Alkitab membuat perbedaan yang jelas antara keduanya. Paulus berkata dalam 1 Tesalonika 5:23, "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat sampai pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita."
Kita melihat bahwa jiwa dan roh dapat dipisahkan oleh Firman Tuhan: “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibrani 4:12).
Firman Tuhan dapat "memotong", atau memisahkan, jiwa dan roh manusia karena keduanya berbeda. Tidaklah perlu membagi mereka jika mereka sama. Kita tidak dapat memisahkan sesuatu dari bentuknya sendiri, contohnya, satu wadah air yang dibagi menjadi dua bagian, tetaplah sama bentuknya, yaitu air.
Ketika kotoran dan air bercampur dalam satu wadah, air berlumpur terdiri dari dua elemen berbeda: kotoran dan air. Jika air diam beberapa saat, lumpur akan mengendap di dasar wadah. Mereka berbeda, jadi bisa dipisahkan. Demikian pula, meskipun jiwa dan roh bersatu dalam kodrat masing-masing orang, mereka dapat dipisahkan satu sama lain. Mereka adalah dua entitas yang berbeda.
Menurut pendapat dari Kenneth W. Hagin : Lebih sulit membedakan antara jiwa dan roh kita. Kita tidak dapat melihat atau menyentuh salah satu dari mereka secara fisik. Namun penting untuk memahami perbedaan antara keduanya. Jika tidak, kita tidak akan dapat dipimpin oleh Roh Kudus. Sebaliknya, kita akan dipimpin oleh jiwa kita dalam situasi kehidupan.
Semangat kita menjadi baru;
Ketika kita dilahirkan kembali (born again), roh kita menjadi baru, bukan pikiran atau tubuh kita
(2 Korintus 5:17). Kehidupan lama menghilang dan kehidupan baru dimulai. Dimanakah itu?? Di dalam manusia batiniah kita, orang yang tersembunyi di hati
(1 Petrus 3:4). Pikiran dan emosi jiwa kita tidak berubah dalam semalam. Jika jiwa kita menjadi baru, Paulus tidak akan memberitahu kita sebagai orang percaya untuk memperbaharui pikiran kita dengan Firman Tuhan
(Roma 12: 2).
Saat kita menerima Firman ke dalam hati dan pikiran kita, pikiran kita diperbarui dan mengalami "perubahan ekstensif." Kita diubah menjadi gambar Yesus
(Roma 8:29). Jiwa kita dipulihkan dan kita mulai berpikir dan beroperasi sejalan dengan Firman. Ini membantu kita menjaga semangat mengendalikan tubuh dan emosi kita. Itu memungkinkan kita untuk hidup benar di hadapan Tuhan secara terus-menerus.
Jika kita tidak memperbarui pikiran kita, maka kita mungkin akan menanggapi situasi seperti yang dilakukan sebelum adanya keselamatan. Amatlah sulit bagi kita dalam menahan godaan untuk berbuat dosa. Kita tidak dapat mengikuti rencana Tuhan untuk hidup ini tanpa memperbaharui pikiran kita dengan Firman Tuhan. Pikiran yang diperbarui membuat kita lebih peka terhadap hal-hal tentang Tuhan, serta akan cenderung tidak menanggapi keadaan dari emosi dan pikiran kita.
Hendaklah kita tetap setia dalam mengisi hati dan pikiran sesuai dengan Firman Tuhan. Dengan melakukan ini, jiwa kita akan terus dipulihkan, atau diselamatkan (Yakobus 1:21; Mazmur 23: 3). Dengan begitu, kita akan menjadi lebih mudah untuk mengikuti pimpinan Roh Kudus. Kiranya Roh Kudus senantiasa membimbing, melindungi serta membukakan hati dan pikiran kita dengan hikmat serta kebijaksanaan.
11 April 2021
Wanda Freidhof
Bersukacitalah
Dapatkah kita tetap bersukacita dalam penderitaan, saat mengalami masalah berat atau saat pandemi yang melanda dunia hampir lebih dari setahun.
Apakah hanya suatu ilusi mengatakan, tetap bersukacitalah setiap saat juga saat mengalami masalah berat, penderitaan, penyakit, kehilangan perkerjaan dan lain-lain. Di saat masalah datang bertubi-tubi, kita bertanya: Di mana Engkau Tuhan? Mengapa Kau biarkan kami mengalami masalah dan penderitaan yang begitu berat?
Tapi saudara-saudari …… saat masalah datang, Tuhan sedang membentuk kita. Tantangan, rintangan, penderitaan Tuhan izinkan kita alami supaya kita sadar bahwa AnugerahNya sangat besar di dalam hidup kita. Dalam kesesakan tiba-tiba kita menyadari hal-hal kecil yang dulunya kita anggap remeh, seperti kicauan burung di pagi hari, bangun pagi pergi kerja dengan mengendarai mobil, yang dulunya Vorfahren kita harus berjalan kaki berjam-jam bahkan berhari.hari. Saat ini dengan mudahnya kita menyetir mobil bisa mendengar musik, melalui jalan yang sangat mulus dan menikmati keindahan alam.
Saat pandemi ini, kesabaran kita diuji, harapan pandemi akan berlalu diawal tahun berubah kemungkinan besar musim panas nanti, dan ini juga belum jaminan. Saat ini banyak yang kehilangan pekerjaan bahkan kehilangan keluarga, cobaan datang bertubi-tubi.
Dari Habakuk kita dapat belajar, untuk tidak bersungut-sungut dalam penantian kita. Sebaliknya, kita dapat mengingat perbuatan dan pekerjaan Tuhan dalam hidup kita dengan penuh sukacita. Kita dapat mengucap syukur akan kebaikan-Nya yang tak berkesudahan, bukan hanya yang sudah-sudah, melainkan juga untuk yang akan datang.
Kita juga dapat melihat bagaimana iman Habakuk tidak tergoyahkan oleh situasi yang ada di sekelilingnya.
“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku” (Habakuk 3:17-18).
Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat Filipi menulis: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan Bersukacitalah! (Filipi 4:4).
Bagaimana Paulus mampu menulis surat seperti ini, bahkan pada saat dia menulis surat ini kepada jemaat Filipi, dia sedang dipenjara. Penjara di masa lalu tidak bisa disamakan dengan penjara saat ini. Tentu Paulus dimasukkan ke dalam ruangan yang sangat kecil, gelap, pengap dan dia bahkan dirantai (Kisah Para Rasul 16:24-26). Paulus menulis: «Bersukacitalah!»
Pada saat senang kita bisa dengan mudah mengatakan: Bersukacitalah! Apakah kita bisa meneladani Rasul Paulus pada saat ada masalah, kesulitan, penyakit mengatakan Puji Tuhan, aku bersukacita akan Anugerahnya?
21 Maret 2021
Alfonco Sinaga
Semua Indah Pada Waktunya
Pengkhotbah 3:11
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”
Apa artinya “waktunya” ? Kalimat ini tidak ada yang dapat memastikan waktu itu kapan. Itu adalah sebuah misteri illahi, yang hanya dapat dilihat dengan iman. Tidak dapat diperkatakan, tidak dapat diperbandingkan satu orang dengan yang lainnya, tidak dapat dicontohkan terhadap orang lain, bahwa waktu tersebut adalah benar-benar misteri. Sebuah misteri hanya dapat dipecahkan oleh IMAN. Bukan dengan logika, bukan dengan analisa, bukan dengan riset, bukan dengan teori, bukan dengan sebuah dalil, bukan dengan sebuah pengalaman, bukan dengan tebak-tebakan, apalagi perasaan. Sebab cukup banyak orang “merasa” paling mengetahui, paling merasa anak kesayangan Tuhan, itu tidak berlaku untuk nats tersebut di atas.
Namun untuk “membantu” memecahkan misteri ini, saya tidak ingin menjabarkannya sebab saya sendiri pun takut salah menafsir atau salah menjelaskan, oleh sebab itu saya memutuskan marilah kita baca seluruh nats yang dituliskan pada kitab Pengkhotbah pasal 3 keseluruhan. Saya telah membacanya, betapa dalamnya dan luasnya pengertian ke 22 ayat yang ada padanya, sungguh menggambarkan realitas hidup manusia itu. Selamat membaca…
Pengkhotbah 3
Untuk segala sesuatu ada waktunya
3:1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
3:2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
3:3 ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun;
3:4 ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;
3:5 ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk;
3:6 ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;
3:7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; 3:8 ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.
3:9 Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?
3:10 Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.
3:11 Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
3:12 Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka.
3:13 Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.
3:14 Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia.
3:15 Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu.
Ketidakadilan dalam hidup
3:16 Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situpun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situpun terdapat ketidakadilan.
3:17 Berkatalah aku dalam hati: "Allah akan mengadili baik orang yang benar maupun yang tidak adil, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya." 3:18 Tentang anak-anak manusia aku berkata dalam hati: "Allah hendak menguji mereka dan memperlihatkan kepada mereka bahwa mereka hanyalah binatang."
3:19 Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama, dan manusia tak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia.
3:20 Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu.
3:21 Siapakah yang mengetahui, apakah nafas manusia naik ke atas dan nafas binatang turun ke bawah bumi. 3:22 Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?
Terimakasih, Tuhan memberkati yang sudah membacanya.
14 Maret 2021
Frankie Massie
Berkat Kemurahan Mu
Sekalipun saat ini kita tidak bisa beribadah di rumah Mu, namun hadirat Mu selalu ada dalam doa doa dimanapun kita berada. Kuasa Mu tidak pernah berubah. Dalam kondisi tersulit, kemurahan Mu senantiasa membukakan jalan.
Berkat begitu melimpah, sakit disembuhkan, ketika Mujizat telah terjadi didalam hidup kita, kegelisahan ditenangkan, tidak sadar doa kita dikabulkan.
Dengan sangat mudah kita mengatakan, Tuhan Engkau baik, Tuhan Engkau sangat baik ...
Namun, bagaimana semua itu tidak terjadi didalam diri kita? Apakah kita masih bisa ber doa berterimakasih yang sama pada Nya? Bagaimana dengan tarikan dan hembusan nafas?
Sadarilah, kita ada hari ini karena kemurahanNya!
Mazmur 18: 36
Kauberikan kepadaku perisai keselamatanMu, tangan kananMu menyokong aku, kemurahanMu membuat aku besar”.
Lalu apa di dalam hidup ini yang bukan kemurahan Tuhan? Tidak ada! Benarlah kata Firman Tuhan:
Kisah Para Rasul 17: 28
Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada..”
Bilangan 6: 24-26
TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
Dari lagu yang saya sering dengar akhir akhir ini dan juga terakhir di Ibadah Minggu Perki Swiss, serta juga renungan renungan di whatsapp group yang demikian:
Berkat Kemurahan Mu
Kau hiasi kehidupanku ... Dengan kemurahan-Mu
Kau rancangkan masa depanku ... Penuh dengan harapan
Aku ada saat ini ... Semuanya kar’na kasih-Mu
Aku hidup hari ini ...Semua berkat kemurahan-Mu
T’rima kasih Yesus ... Engkau sangat baik ... Teramat baik bagiku
Bila kita bisa hidup sampai hari ini, semua karena kemurahan-Mu. Bila kita masih bisa menikmati berkat berkat Nya dalam ketenangan sekalipun di tengah tengah kecemasan dunia, semua karena kebaikan Nya. Terima kasih Tuhan untuk perlindungan Mu kepadaku juga seluruh keluargaku.
Terima kasih untuk damai sejahtera yang membuat kita tidak turut larut dalam kekuatiran.
Jangan anggap sepi kemurahan Tuhan di dalam kehidupanmu, karena kemurahan itu merupakan satu anugerah yang Tuhan berikan kepadamu.
Matius 5: 7
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Semua yang terjadi dalam hidup ini karena kemurahan Tuhan. Mata bisa memandang, kaki bisa berjalan, tangan bisa bergerak, mulut bisa mengecap, serta apapun itu, semua karena Tuhan masih memberi kita kesempatan untuk menikmati hidup.
Kita boleh pintar, namun ingatlah kebesaran Tuhan. Kita boleh kaya, namun jangan lupa untuk memberi. Kita boleh berumur panjang, namun jangan lupa menyisakan waktu untuk bersaat teduh. Sebab semua adalah kasih karunia Tuhan.
Saat kamu merasa lelah dengan kehidupanmu, saat kamu tak mampu lagi menanggung perkaramu, berdoalah kepada Tuhan. Serahkanlah segala hal yang memberatkan hatimu, Tuhan Yesus akan membantu memikul semua bebanmu. Tuhan akan mencabut sesakmu, menggantinya dengan kelegaan.
Saat Tuhan meminta agar kamu tak lagi kuatir, maka janganlah menyimpan kuatir dalam hati. Saat Tuhan memintamu untuk berserah, maka janganlah menggenggam masalah. Tuhan itu baik, Ia ingin meringankan kehidupanmu.
Ketika situasi membuatmu berhenti melangkah, janganlah memaksakan diri untuk terus maju. Beristirahatlah sejenak. Kamu perlu memperbaiki hubunganmu dengan Tuhan. Bersaat teduhlah, berdoalah kepada Nya agar Ia memberimu kelegaan. Hanya Tuhan yang bisa membukakan jalan keluar untukmu. Dia pula yang akan memberimu kekuatan baru.
Bicaralah padaNya.
Katakanlah kepada Tuhan dalam doamu: Bantulah aku Tuhan untuk melewati semua ini. Beri aku kekuatan agar kakiku dapat terus melangkah. Dan beri aku kelegaan agar beban beban itu terlepas dari batinku, ajar aku untuk selalu bersyukur dalam segala keadaan.
Wahyu 1: 17
Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir.
Tuhan memegang semua berkat, maka jangan takut menghadapi hidup. Kamu tidak akan berkekurangan, Tuhan akan melepaskan berkat itu satu per satu di saat yang tepat. Kamu tidak bisa meminta semua berkat itu sekaligus karena Tuhan memiliki takaran yang tepat untuk dirimu.
Saat kamu menjadi serakah akan berkat, hatimu akan berubah jahat. Dan saat hatimu tidak lagi tulus, berkat pun tidak akan lagi mengalir dalam kehidupanmu.
Ya Tuhan ajarlah kami untuk dapat melihat berkat-berkat-Mu yang melimpah yang Engkau sediakan didalam kehidupan kami. Amin.
Selamat Hari Minggu. Selamat beribadah.
Tuhan Yesus senatiasa membimbing dan melindungi kita.
7 Maret 2021
Elma Roux
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri
Amsal 3:5
Dalam situasi pandemi yang tidak menentu, kerinduan untuk pulang mengunjungi orang tua dan keluarga di Indonesia akhirnya bisa tercapai akhir Desember 2020 yang lalu dengan persiapan dan perjalanan yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Beberapa bulan sebelum Desember, saya mempersiapkan kepulangan dengan mencari tiket dan tanggal yang pas, serta mencari informasi persyaratan yang harus dipenuhi untuk penerbangan dari Swiss ke Indonesia.
Mendekati kepulangan, peraturan-peraturan yang ada semakin ketat, termasuk kemungkinan karantina 5 hari setiba di Jakarta. Memperhatikan peraturan yang ada, saya perlu mempertimbangkan dan memikirkan baik-baik sebelumnya, tetap berangkat atau membatalkan untuk berangkat. Saat itu saya hanya mengimani, kalau Tuhan mengijinkan untuk pulang, Dia akan buka jalan dan rencana ini bisa terlaksana sebaliknya kalau tidak, jalan-jalannya akan ditutup. Dengan pertimbangan ini saya memilih untuk tidak membatalkan rencana keberangkatan.
Peraturan yang ada baik dari pemerintah Indonesia, Swiss, dan penerbangan sangat detil, khususnya harus melihat kapan waktu yang tepat untuk melakukan PCR swab test, supaya memenuhi setiap persyaratan yang ditentukan.
Ketentuan batas hasil test yang awalnya dari 7x24 jam berubah menjadi 3x24 dan kemudian 2x24 jam. Pengambilan janji untuk testpun akhirnya berubah sampai 3x untuk mengikuti ketentuan yang ada.
Untuk mendapatkan hasil di mana ketibaan di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia, akhirnya saya melakukan test sehari sebelum berangkat dengan memberi informasi bahwa test ini saya lakukan untuk keperluan penerbangan keesokan harinya. Petugas test memberitahu bahwa hasil test lengkap akan dikirimkan paling lambat besok paginya jam 6 melalui email tetapi info negatif-positifnya akan dikirimkan via sms malam itu juga.
Malam harinya pemberitahuan hasil test negatif saya terima melalui sms, memberi pegangan untuk tetap berangkat, sekalipun belum mendapatkan hasil lengkap untuk diprint out dan diperlihatkan saat cek-in, sesuai dengan ketentuan dari Singapore Airlines.
Selama perjalanan dari rumah ke airport, menunggu hasil test yang dijanjikan belum dikirim juga, waktu berjalan dan sudah lewat dari jam yang ditentukan. Pikiran mulai mencoba mengganggu...
Sebelum tiba di airport, Alkitab yang ada di hp menampilkan ayat hari dari Mazmur 121:8 yang berbunyi: TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.
Janji kata "keluar" dari firman ini saya aminkan bahwa perjalanan keluar dari Swiss akan dilancarkan demikian juga dengan "masuk", pulang ke Swiss nantinya.
Firman ini meneguhkan dan menguatkan hati saya, mengusir pertimbangan lain dalam pikiran yang mencoba mengganggu, kalau…jika… dan memilih untuk mempercayai bahwa perjalanan ini akan dilancarkan, saya amini janji dari kata "keluar" dari firman ini bahwa perjalanan keluar dari Swiss akan dilancarkan Tuhan demikian juga dengan masuk, pulang ke Swiss nantinya.
Tiba di Airport, sampai waktu cek-in hasil test belum kami terima, 2 petugas yang saya tahu sesudahnya adalah petugas khusus untuk memeriksa surat-surat yang diperlukan untuk keberangkatan, mendekati kami dan meminta surat-surat yang dibutuhkan, hasil test, surat keterangan dokter, dan lain-lain.
Saat menanyakan bukti hasil test negatif covid, saya hanya bisa menunjukkan hasil dari sms dan memberitahukan kalau hasil lengkap belum diterima.
Mereka berbincang berdua dan berkata ibu tidak bisa ikut dalam penerbangan karena tidak bisa memperlihatkan hasil test yang diprint.
Hati saya kembali mengingat Firman Tuhan yang saya terima saat berada di dalam perjalanan, membuat saya tidak panik dan suami yang menemani untuk cek-in segera menghubungi RS untuk memberitahu kalau hasil test kami belum dapatkan dan itu menjadi syarat bisa tidaknya untuk berangkat. Mereka segera mengirimkan hasilnya, pihak penerbangan bermurah hati untuk menolong supaya bisa diprint dan akhirnya saya bisa ikut penerbangan ke Indonesia tiba dengan selamat, melewati setiap prosedur yang ada.
Dalam hati tetap bersiap-siap kalau memang harus ikut karantina 5 hari di Jakarta itu saya percaya masuk dalam kehendak Tuhan, ternyata setelah semua pengurusan melewati imigrasi, tidak ada tanda-tanda harus mengikuti karantina, saya bersyukur kepada Tuhan, inilah rencana-Nya, saya bisa melanjutkan perjalanan ke Makassar dan berkumpul dengan orang tua dan keluarga.
Dalam pengurusan untuk pulang kembali ke Swiss, kembali mengikuti test, kali ini 2x test untuk penerbangan di dalam negeri dan penerbangan internasional. Saat test dalam hati sempat berpikir bagaimana kalau positif, pikiran dan pertimbangan hati sendiri mulai muncul, tetapi segera saya ingat kembali janji Tuhan sewaktu dalam perjalanan ke airport di Swiss bahwa Tuhan akan menjaga keluar masukmu dari sekarang sampai selama-lamanya.
Saya kembali membangun iman untuk tidak mempercayai pikiran dan pertimbangan hati saya sendiri dan mempercayakan penuh kepada Tuhan bahwa perjalanan kembali akan dilancarkan, salah satunya dengan hasil test semuanya negatif.
Puji Tuhan, hasil dari rapid test dan PCR swab test keduanya negatif, akhirnya bisa melakukan penerbangan pulang tanpa halangan dan tiba kembali di Swiss dengan selamat, semua karena anugerah dan kasih-Nya, terpujilah Tuhan.
Dalam menjalani setiap proses kehidupan, dengan pertolongan Roh Kudus dengan mengambil pilihan untuk percaya kepada apa kata firman Tuhan akan menolong untuk teguh berdiri di saat situasi dan keadaan di depan mata bisa membawa kepada kecemasan, kekhawatiran dan ketakutan.
Firman Tuhan tidak berubah dahulu sekarang dan selamanya, akan tetap menuntun dalam setiap perjalanan hidup kita setiap hari.
Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kau tempuh;
Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.
Mazmur 32:8
Selamat berakhir pekan, Tuhan Yesus memberkati.
28 Februari 2021
Susie Lehmann
Mawas diri dan berdoa
Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat dan membaca sebuah renungan yang sangat memberkati dan ingin saya teruskan kepada orang lain agar dapat juga terberkati. Dalam renungan tersebut diingatkan bahwa betapa seringnya dalam kehidupan sehari hari, tiba tiba kita mengambil suatu keputusan yang sebelumnya tidak pernah terpikir. Keputusan yang dapat membawa kita kedalam suatu perjalanan baru. Perjalanan berliku yang kadang indah tapi bisa juga memilukan.
Dalam menapaki perjalanan tersebut, seringkali timbul pertanyaan dalam benak kita, apakah ini yang Tuhan kehendaki? Apakah Tuhan yang menempatkan saya didalam perjalanan ini atau ini keinginan saya sendiri?
Amsal 16:2
Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.
Amsal 16:25
Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut.
Amsal 21:2
Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.
Sebagai seorang beriman, saya percaya sepenuhnya bahwa Tuhan tidak akan menjerumuskan atau menyesatkan arah langkah kita.
Yeremia 29:11
Sebab Aku ini mengetahui rancangan rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Sebagai contoh, seringkali masalah datang jika hati kita dipenuhi oleh rasa belas kasihan atau iba. Apakah berbelas kasih itu salah? Apakah menolong itu salah? Belas kasihan sendiri tidak salah, tetapi rasa iba dapat digunakan oleh iblis dan dapat menjadikan kelemahan bagi diri kita sendiri. Mungkin maksud kita baik.. tapi apa yang baik belum tentu benar!
Disaat hati kita mulai tidak nyaman dalam perjalanan ini, disini kita harus mawas diri dan banyak berdoa. Godaan iblis sangat indah dan dapat menutupi bisikan Roh Kudus.
Pertanyaan lain yang harus kita pikirkan adalah: Apakah yang melatarbelakangi perjalanan saya ini? Selidiki dan telusuri apa “motivasi” yang melatarbelakangi keinginan, rencana dan harapan kita. Apakah itu murni demi kemuliaan Tuhan atau apakah kita ingin memuliakan diri kita sendiri? Kita harus waspada dan berhati hati, agar jangan sampai kita mencuri “kemuliaan Tuhan”.
Roma 10: 2-3
Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.
Ayat ini mengingatkan kita, bahwa begitu banyak orang Kristen atau orang percaya yang sungguh sungguh giat untuk pekerjaan Allah, giat dalam menolong orang, giat dalam melayani dan sebagainya.. tapi mereka melakukannya tanpa pengertian yang benar, karena mungkin mereka kurang memahami kebenaran Allah itu sendiri. Betapa sering kita ingin mendirikan kebenaran kita sendiri dan tidak takluk kepada Tuhan. Konsep Tuhan dan konsep dunia sangat berbeda. Jadi seharusnyalah kita yang menyelaraskan konsep kita (dunia) dengan konsep Tuhan, bukan sebaliknya.
Begitu juga dalam melewati perjalanan perjalanan kita.. sebelum memilih jalur mana yang akan kita tempuh, selayaknyalah kita berdoa, dan bertanya dulu kepada Tuhan. Dengan pertolongan Tuhan dan kuasa Roh Kudus, dan dalam keheningan hati terdalam, jawaban akan kita peroleh: Apakah perjalanan ini harus diteruskan atau dihentikan.
Mohon kekuatan jika harus diteruskan dan mohon perlindungan jika harus dihentikan. Pertobatan dan mohon pengampunan Tuhan sangat perlu agar kasih karuniaNya untuk kitapun tidak putus.
21 Februari 2021
Christiana Streiff
Melekat Pada Janji Tuhan
Pada tahun 2018, saya telah diberi sebuah kasih Karunia dari Tuhan Yesus, yaitu berupa Menorah.
Pada waktu itu, saya sangat terkejut dan merasa tidak siap dengan `hadiah`atau `titipan`yang Tuhan telah percayakan kepada saya. Kesaksian saya, pada saat itu menjadikan saya menjadi lebih dekat dengan Tuhan Yesus. Layaknya seperti seorang anak yang amat sangat diperhatikan oleh Sang Bapa. Bahkan setiap hal yang saya lihat dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari Penglihatan Menorah.
Saya sangat bangga dan terharu, dikarenakan oleh merasa sangat istimewa di mata Tuhan.
Seiring dengan perjalanan waktu, saya sangat mencintai dan selalu bersemangat bahkan sangat mendalam, arti dan makna Menorah pada kehidupan sehari-hari. Saya pun sangat bersemangat pada saat menceritakan kesaksian dan penglihatan tentang Menorah kepada siapapun.
Singkat cerita, kehidupan rohani saya pun semakin bertumbuh dan rasa melekat atau intim dengan Tuhan Yesus semakin saya rasakan. Bahkan saya sudah bisa menterjemahkan arti dari Iman. Jika sebelumnya, hanya sebatas pada pengertian secara teori. Tetapi secara Roh, baru saya rasakan, setelah saya, mengerti lebih jauh arti Menorah itu sendiri. Yaitu Tuhan sendiri.
Saya pun, baru menyadari, bahwa dengan diperkenalkan secara Roh tentang Menorah, dalam diri saya, ada rasa lapar dan haus secara rohani, juga bahwa saya semakin tekun dalam membaca firman-firmanTuhan-yang sebelumnya, saya jarang sekali baca.
Seiring dengan berjalannya waktu, saya tetap dan semakin sering `melihat`tanda Menorah. Tetapi seperti hanya pada tahap yang monoton. Karena timbul dalam benak saya, setelah ini kemana dan apa?Karena sebenarnya Menorah itu adalah Tuhan Yesus sendiri.
Sampai suatu saat saya, mengalami suatu hal yang membuat hubungan saya dengan Tuhan Yesus semakin jauh.
Sampai saya, merasa `hampa`dan semakin monoton, yang pada akhirnya seperti saya dibiarkan tidak pernah melihat lagi Penampakan `Menorah`ini, dan hal yang tidak saya kehendaki bahkan di luar dugaan saya. Tuhan ijinkan terjadi.
Saya merasa Menorah hanya sebagai `hiasan` dalam Roh Hati saya, pada waktu saya sedang berdoa. Sampai suatu saat saya, ingin menyerah, untuk `melepaskan` Menorah ini. Melepaskan dalam arti. Saya ingin mengembalikan kasih karunia ini kepada Tuhan Yesus karena saya tidak sanggup untuk memiliki dalam kehidupan saya.
Saya merasa tidak sanggup untuk melekat pada Tuhan Yesus yang adalah Bapa kita di surga.
Di sinilah saya merasa diperlihatkan dan dinyatakan bahwa Firman-Firman Tuhan yang telah saya baca, adalah Firman yang hidup.
Saya mendapat beberapa Firman Tuhan seperti dalam kitab:
-Matius 11:28
`Marilah KepadaKu semua yang letih lesu dan terbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.`
-Yohanes 15 :5
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Firman ini sangat memukul saya, karena ketika saya akan menyerah oleh suatu masalah, cobaan dan ujian apapun kita harus tetap bersama Tuhan Yesus dan semakin menguatkan roh dan iman kita kepadaNya. Selain berserah mengapa segala sesuatu yang kita alami terjadi seijin kehendakNya.
Pernahkah mendengar bait dari sebuah lagu?
Tuhan tidak pernah menjanjikan langit selalu biru, bunga yang selalu mekar, mentari yang selalu bersinar. Tetapi Tuhan akan selalu setia menemani di setiap gelombang badai yang kita temui.
Sesuai dengan sebuah renungan dari seorang Pendeta yang saya pernah baca, artinya adalah:
Tuhan akan memberi ketenangan dalam setiap badai, pelangi di setiap hujan, tawa di setiap tetes air mata, jawaban di setiap doa dan berkat di setiap pencobaan.
Firman Tuhan yang sangat mengena saya adalah :
Yohanes 3:17
`Sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
Saya berjanji kepada Tuhan Yesus untuk selalu menyematkan ke-3 Firman Tuhan dalam hati saya , dan berdoa kepada Tuhan Yesus untuk dimampukan menjadikan pegangan dalam segala tindakan juga pemikiran dalam menghadapi segala pada hari-hari esok.
14 Februari 2021
Cynthia Kaluntas Lebet
Kesanggupan Itu Dari Tuhan
Anugerah Iman dan saya tiba di Jakarta 4 Desember 2020 siang, saat di Jakarta Mama telepon dan bertanya jam berapa tiba lalu Mama melambaikan tangan sambil menganggukkan kepala. Itu terakhir kali saya bicara dengan Mama karena waktu tiba di Makassar Mama sudah tidak sadar sampai Mama pergi besoknya. Saat Mama kesakitan karena Kanker Payudara (sejak 2016) Mama selalu memuji Tuhan dan meminta kami untuk ganti-gantian menyanyi lagu-lagu rohani. Malam itu, ketika tiba di RS Siloam, atas permintaan keluarga besar Mama, kami mengadakan Zoom memuji Tuhan sepanjang malam.
Besoknya semua kelihatan lebih baik, oksigen di atas 90%, denyut nadi lebih stabil dari kemarin. Rasanya ada harapan dan kami yakin Mama akan sembuh seperti biasanya, Mama pernah mengalami beberapa kali sakit berat tapi nanti sembuh lagi sehingga kami "terbiasa" akan sembuh lagi sekalipun sedih lihat Mama kesakitan. Mama sekalipun sakit berat tetap melayani sebagai Penatua di Gereja GPIB Immanuel (6 periode), setiap pulang ibadah selalu kesakitan tapi tiap minggu dan kebaktian keluarga pasti datang. Mama juga koordinator grup baca Alkitab, ikut grup musik Kolintang dan grup hafal ayat. Saya bilang ke Mama anggap sekarang sabat yang Tuhan berikan sehingga Mam bisa istirahat dan juga semakin menambah keimanan kepada Tuhan karena sejak Corona hampir setiap hari ikut seminar-seminar GRII.
Pagi itu, saya minta seprei diganti kemudian saya minta luka Mama dibersihkan tapi saya yang bersihkan seperti Mama biasa buat. Saya bersyukur sekalipun tinggal jauh, Tuhan berikan saya kesempatan boleh merawat Mama dari Desember 2019 – Juni 2020, 2 minggu Oktober 2020 dan bahkan boleh ada di saat terakhir. Pagi yang tenang, adik (kami 2 bersaudara) belikan sarapan kemudian setelah makan, saya gantian dengan adik dan Papa menjaga Mama. Setelah jam 10 pagi saya tidur karena belum tidur dan sebelum jam 2 siang adik bangunkan saya karena Anugerah Iman dan keluarga, teman dekat, majelis gereja ada di luar. Mereka selalu datang tapi hanya di parkir. Saya turun untuk ambil pakaian bersih dan lain-lain karena saya langsung masuk Rumah Sakit tanpa bawa apapun malam sebelumnya. Begitu sampai di mobil adik telepon bilang oksigen Mama tingal 65%, saya langsung lari balik ke kamar dan begitu masuk ruangan dokter langsung bilang doakan, serahkan Mama sekarang. Saya berlutut di kaki Mama berdoa dengan air mata yang terus keluar juga keluarga-keluarga Mama dari berbagai tempat ada di Zoom ternyata dan mereka juga sedang berdoa. Saya hanya bisa bilang Tuhan kami bersyukur memiliki Mama, kami berterima kasih atas kasih-Mu memberikan Mama bagi kami, hamba menyerahkan Mama ke dalam tangan-Mu, hamba mohon ampun akan setiap dosa yang Mama pernah lakukan dan semua begitu cepat Mama yang selalu kuat sudah pergi. Adik dan saya kemudian mandikan Mama dan pakaikan baju lengkap dengan stola sebagai Majelis.
Hari jumat (4 Desember) Tante dan Adik mulai mengurus visa untuk kunjungan orang tua/oma yang sakit dimana rencana awal mereka datang Natal bersama Oma/Opa, namun besoknya Mama meninggal. Pengajuan visa baru mulai diproses setelah 2 hari kerja berarti selasa dan kami membawa Mama ke Manado senin sore. Selasa – Kamis dari pagi – sore saya di rumah keluarga kami yang mempunyai WiFi di rumah karena jaringan di tempat kami tidak lancar. Proses pembuatan visa tidak mudah, banyak mengambil waktu, tenaga, konsentrasi dan kesabaran kami. Visa kemudian diminta dengan tujuan menghadiri pemakaman Mama akhirnya ditolak karena salah mengisi formulir dan itu tidak bisa diperbaiki juga pembayaran tidak dapat dikembalikan. Kami sekali lagi mengajukan permohonan karena permohonan kami sudah diterima oleh Dirjen Imigrasi dan akhirnya bisa mendapatkan visa namun pemakaman telah dilaksanakan tanggal 11 Desember. Tidak mungkin dengan Covid saat ini menahan jenasah lebih lama lagi.
Hari-hari selanjutnya seperti keluar dari badai, merangkak bangkit sambil terus berfokus ke Tuhan agar tidak membuka celah dalam duka saat ini (sangat bersyukur punya Tuhan kalau tidak apa jadinya saya). Saya kebanyakan tidur, makan minum, ke toilet, merenung-renung, nangis dan tidur lagi.
Fred, Gaby dan Theo melewati 3 kali tes PCR sebelum datang untuk pengisian visa dan perubahan aturan masuk Indonesia. Saya telepon mereka infokan agar bersiap mungkin tidak bisa Natal sama-sama karena ada aturan karantina 5 hari tapi Opa pasti tetap terhibur karena kalian mau datang. Dari suara mereka seperti lemas karena begitu banyak rintangan sementara mereka sudah kecewa tidak bisa melihat Oma mereka terakhir kali (hanya mereka cucu-cucu Mama). Mereka tiba di Jakarta tanggal 24 siang kemudian pemeriksaan surat Covid semua baik-baik saja. Puji Tuhan.
Mereka kemudian antri untuk Imigrasi dan di depan mereka ada 40 orang dengan 2 petugas dan waktu mereka tinggal 1 jam untuk pesawat berikutnya ke Manado dan itu pesawat terakhir tanggal 24 Desember. Fred minta tolong petugas menyampaikan mereka ada pesawat lanjutan dalam 1 jam lagi tapi petugas hanya menyampaikan antri saja seperti yang lain (berbeda ketika Anugerah Iman dan saya, saat saya sampaikan kami ada pesawat lanjutan langsung dipersilakan lewat terlebih dahulu) Merekapun keluar melewati Imigrasi, ambil bagasi dan tiba di Counter Garuda jam 16.45 (pesawat take-off jam 17.00). Mereka tidak bisa berangkat dan yang tidak biasa nama mereka ada di sistem tapi tidak ada tiket sehingga tidak bisa di reschedule. Mereka disarankan untuk ke Counter Qatar karena Qatar yang mengeluarkan tiket dan dari pihak Qatar menjawab ke Fred, Garuda yang harus bertanggung jawab. Fred bilang ok kalau semua tolak, saya cari tiket sendiri (ini hal yang saya selalu syukuri dari Fred dalam situasi yang "buruk" selalu cari solusi). Fred akhirnya dapat pesawat Batik jam 2 pagi (25 Desember). Merekapun berpindah ke Terminal 2 di antar anak teman kami yang menemani mereka sejak siang. Setelah menunjukkan hasil PCR, Fred kemudian beli tiket. Saya kemudian infokan jam gereja untuk ibadah Natal sehingga setelah dari airport akan langsung ke gereja. Mereka kemudian cari hotel dalam airport untuk mandi dan istirahat tapi setelah mandi, kakak sepupu saya yang pilot kuatir kalau mereka check-in setelah jam 12 malam maka PCR mereka tidak akan berlaku karena sudah melewati 2x 24 jam. Merekapun check-out dari hotel, balik airport dan check-in kemudian menunggu di ruang tunggu sekitar 5 jam. Puji Tuhan semua berjalan dengan baik.
Mereka tiba di Manado (25 Desember) jam 6 pagi dan kamipun langsung ke gereja. Pulang gereja, sampai di rumah Gabrielle terus menangis sepanjang hari. Sorenya kami ke kubur, hujan, mereka membersihkan kubur Mama. Natal yang sangat menyedihkan yang kami lewati, moment yang biasanya paling hangat, indah, berbeda kali ini, banyak air mata. Namun saya terus tanamkan dalam kepala "tidak mungkin Cynthia, kau yang berdosa tahu apa yang lebih baik bagi Mama dari Tuhan" dan terus perkatakan "Tuhan baik apapun itu Tuhan baik".
6 Januari Fred terima telepon dari Qatar ada perubahan jam keberangkatan dari jam 12 malam jadi jam 6 sore. Untuk Anugerah tidak masalah Qatar atur (Fred sudah ganti reservasi Anugerah yang tadinya datang dengan saya, Zurich - Makassar pulang pergi transit Denpasar waktu pulang ganti Manado – Zurich transit Jakarta) tapi untuk Fred, Gaby & Theo mereka belum ada tiket ke Jakarta, karena belum di jawab oleh agen tiket online.
Akhirnya setelah hasil SWAB Antigen keluar, Fred beli tiket Sriwijaya SJ 603 (PK-CLC) kamis itu dan besoknya mereka berangkat. Ketika dalam pesawat, Fred menyampaikan ada yang tidak normal di bagian sayap, karena ada gerak yang direncanakan dan ada gerakan yang lain di bagian sayap namun pramugari hanya menjawab itu biasa. Mereka tiba di Jakarta dan melanjutkan ke Swiss tanpa memerlukan PCR karena Indonesia tidak dalam list dan bagi Qatar jika negara tujuan tidak meminta PCR maka mereka juga tidak minta. Namun sedihnya Sriwijaya yang mereka naiki jumat itu yang jatuh besoknya. Fred menyesal tidak insist waktu memberitahukan ke pramugari kalau dia orang teknik karena mungkin mereka bisa cek bagian sayap lebih seksama sekalipun belum tentu juga itu penyebab kecelakaan.
Saya mulai urus pembuatan kubur, mulai dari sketsa, gambar teknik Fred yang buat, pilih bahan, dan lain-lain bahkan belum selesai sampai kami ke Makassar, persiapan 40 hari meninggal dengan 3 kali ibadah agar tidak kumpul banyak orang sekaligus dan saya jalan kaki tiap hari undang tiap keluarga kami di Desa Kalasey (seperti yang Mama lakukan ketika Papa/Mamanya meninggal) selama 4 hari. 12 Januari, kakak sepupu Mama meninggal jam 23.30an, padahal paginya kami di rumah Tante dan Tante sudah sampaikan ke pembantu apa yang akan dimasak untuk dibawa ke tempat kami dan Tante juga rencana akan ikuti 2 ibadah, namun rencana manusia berbeda dengan rencana Tuhan. Kami langsung ke rumah duka malam, saya ikut memandikan Tante, kemudian pakaikan baju dan karena belum ada peti kembalikan lagi ke kamarnya dan saya sendiri temani Tante karena semua yang lain harus mengurus banyak hal. Saya balik rumah sekitar jam 9 pagi karena keluarga bilang tidak boleh batalkan ibadah siang.
Siangnya (13 Januari) ibadah syukur 40 hari Mama meninggal dari siang - malam. Lalu ke airport jemput sepupu (anak Tante) dan kembali ke rumah duka temani jenasah. Tanggal 14, Tante dimakamkan, selesai itu, saat semua tamu sedang makan, adik Tante, oksigennya 77% (Om memang sedang sakit dan ketika dengar kakaknya meninggal terus drop) kami ke RS lagi, saya pangku Om dan tinggal di ICU sampai malam karena harus gantian pegang tangan Om yang antara sadar dan tidak terus berusaha mencabut oksigen dan infus. Kemudian Om harus di rujuk di RS lain untuk cuci darah. Saya akhirnya pulang karena tidak bisa semuanya ikut. Subuh dihubungi anak Om kalau Mamanya putuskan bawa pulang dan minta saya cari beberapa laki-laki untuk bantu angkat Om. Om meninggal dalam perjalanan ke rumah yang hanya berjarak 10 menit. Sekali lagi kami berduka 15 Januari dan dimakamkan tanggal 16 Januari. Setelah ibadah pemakaman Om, jenasah masih di rumah, sedang dipersiapkan ke kubur, banjir Manado. Tidak pernah saya antar jenasah air selutut, angin, hujan, arus air deras sehingga harus sangat berhati-hati waktu jalan. Di jalan juga banyak sampah dan mobil-mobil yang mogok antara rumah duka dan kubur. Balik ke rumah duka, rumah kemasukan air sehingga harus membersihkan sampai malam.
Besoknya seperti dalam tradisi kami namanya "maso itam" hari minggu pertama setelah duka semua keluarga ke gereja kemudian selesai gereja ibadah dan makan bersama. Makanan, kami pesan di catering dan mereka rencana ambil barang-barangnya besoknya. Malamnya dari pemerintah meminta semua yang di pesisir pantai mengungsi karena kemungkinan ombak naik. Tempat kami acara siang di Cottage Tante itu dapurnya 2 meter jaraknya dari pantai. Sekali lagi jam 11 malam di antara hujan dan angin pindahkan barang-barang catering ke rumah adik Mama yang agak jauh dari pantai.
Senin istirahat 1 hari kemudian mulai bersihkan rumah sejak 40 hari Mama meninggal karena kami selalu di rumah duka, menyapupun tidak. Tenda masih terpasang, sampah di halaman tidak dibersihkan karena semua di rumah duka yang lain. Dengan hujan dan angin, karangan bunga di halaman hancur-hancur. Rabu, persiapan keponakan nikah, mulai kupas-kupas bumbu sampai jam 3 pagi dan kamis sampai jam 12 malam. Jumat, pemberkatan dan resepsi 2 kali. Sabtu istirahat dan minggu balas gereja seperti tradisi di Manado, minggu pertama setelah nikah seluruh keluarga pergi gereja bersama kemudian lanjut ibadah di rumah dan makan siang. Sorenya keponakan lain yang nikah. Puji Tuhan ada 2 pernikahan minggu itu.
Senin (25 Januari) tes covid kemudian bersihkan rumah di Manado, persiapan berangkat dan selasa kami ke Makassar. Rabu mulai urus administrasi karena waktu ke Manado belum ada akte kematian, dan lain-lain. Jumat saya balik Swiss dan tiba sabtu 30 Januari. Bersyukur ke Tuhan bisa bertemu cinta sejati saya dan anak-anak anugerah Tuhan bagi kami.
Di antara waktu yang sibuk, dan dalam duka, saya bilang ke Tuhan, Tuhan, Kau ambil Mama saya, saya minta jiwa-jiwa. Saya mulai lagi menghubungi orang-orang dengan air mata, dengan begitu lemah saat itu tapi saya tidak mau jatuh dalam duka saya sehingga menjadi self pity. Bukankah Mama kembali kepada Sang Pemilik Kehidupan dan Kematian? Siapa saya merasa berhak di hadapan Tuhan? Saya ada hanya karena anugerah Tuhan. Bukankah saya adalah hamba yang harus taat kepada Sang Master? Duka saya karena kehilangan Mama adalah satu hal namun itu tidak bisa menghalangi saya untuk mengajak orang-orang Kristen baca Firman dan harus tetap jalan. Saya mempersiapkan pembukaan grup baca Alkitab dengan terseok-seok kali ini tapi saya berpegang pada Dia sumber kekuatanku, pengharapanku satu-satunya. Puji Tuhan saat ini yang ikut 610 orang. Grup sudah mulai 1 Februari 2021.
Saya bersyukur dalam begitu banyak hal yang Tuhan izinkan kami lewati, kesanggupan itu Tuhan berikan, terpujilah nama Tuhan. Pemeliharaan Tuhan terus kami rasakan. Sudah 2 bulan Mama pergi dan kami semua masih ada sampai saat ini, khususnya Papa yang sangat tergoncang dengan kepergian Mama, sehat sampai saat ini walaupun sangat membutuhkan perhatian.
Saya teringat ketika Paulus meminta Tuhan mencabut duri dalam tubuhnya sampai 3 kali dan Tuhan menjawab kasih karunia-Ku cukup bagimu. Kiranya kasih karunia dari Tuhan kita Yesus Kristus juga terus memampukan kami melewati duka kami dan terus merasakan penyertaan Tuhan.
Saya kirimkan musik kolintang (Mama yang pakai baju kuning dan saat itu sudah sakit).
VID-20190529-WA0009.mp4 - Google Drive
Hamba setia-Mu
Di saat ku jawab panggilan-Mu
masuk dalam keputusan-Mu
Kau layakkan dan memampukan
Tuk menjadi hamba setia-Mu
Ku berserah dalam tuntunan-Mu
Roh Kudus atur langkahku
Briku hikmat dan penghiburan
Reff :
Sungguh banyak godaan dan cobaan menghalau dan menghalangiku
Jadikanku tetap seperti yang dulu saat dalam hadirat-Mu Tuhan
Namun aku percaya Kau selalu menjaga dan menolongku
Jadikanku tetap memuliakan-Mu selalu di sepanjang hidupku
7 Februari 2021
Demita Klassen
PENGHARAPAN DALAM KRISTUS DI MASA KRISIS
Tahun 2020 yang baru berlalu adalah tahun yang sangat istimewa. Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak aspek dalam hidup manusia di seluruh dunia. Saat ini di bulan Februari 2021 kita sudah memasuki kurang lebih 1 tahun saat dimulainya pandemi di seluruh dunia ini. Saat ini jumlah resmi yang tercatat terpapar oleh Covid-19 sebanyak 105 juta jiwa dengan angka kematian 2,2 juta jiwa di seluruh dunia. Hari demi hari selama hampir setahun ini kita membaca dan mendengar berita, begitu banyak berita duka, berita kehilangan, berita perjuangan para tenaga medis diseluruh dunia mengatasi pasien yang terus berdatangan dan bahkan rumah sakit mencapai kapasitas maksimal dalam menangani kasus-kasus emergency. Belum lagi berita dari dunia pekerjaan, finansial, dimana banyak orang yang harus kehilangan pekerjaan, tidak memiliki pendapatan karena kesulitan ekonomi yang terjadi, perusahaan-perusahaan kesulitan secara finansial dan harus mengurangi tenaga kerjanya, berbagai usaha harus ditutup karena lockdown yang berkepanjangan, selain itu semakin banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa karena tekanan, kesusahan, ketidakpastian, kesendirian, yang dialami banyak orang diseluruh dunia. Begitu banyak orang yang kita kenal, dalam lingkaran keluarga dan lingkaran teman yang terpapar penyakit Covid-19 ini, bahkan mungkin diri kita sendiri, dan kita ikut merasakan penderitaan, pergumulan yang dihadapi, terlebih ketika akhirnya mereka harus dikalahkan oleh virus Covid-19 ini dan meninggal dunia. Tidak berlebihan jika dikatakan apa yang kita alami saat ini adalah saat yang paling sulit setelah perang dunia pertama dan perang dunia kedua di masa modern history manusia.
Dunia tampak begitu chaos, kacau balau.
Orang-orang mengerang, menderita, kesakitan, kehilangan, kebebasannya dibatasi, kesenangan dan banyak keinginannya dibatasi oleh pemerintah.
Kematian, terpapar virus corona, efek berkepanjangan dari corona, kesendirian, kehidupan sosial yang sangat terbatas, tidak bisa bertemu keluarga dan teman-teman yang dikasihi, kehilangan pekerjaan, tidak ada pendapatan.
Tentunya kita sangat bersyukur untuk beberapa vaksin yang telah ditemukan para ahli dan proses vaksinasi yang berlangsung di seluruh dunia, tetapi saat ini muncul ancaman baru dari virus Covid-19 yang bermutasi yang ternyata lebih tinggi angka pemaparannya dan belum diketahui keefektifan vaksin terhadap jenis mutan baru, serta kekuatiran akan adanya gelombang ke-3 dari penyebaran virus karena mutasi.
Daftarnya bisa terus bertambah dan panjang jika dibicarakan secara detail.
Riset para ahli psikologi dari berbagai negara juga menunjukkan adanya tendensi peningkatan angka bunuh diri di masa pandemi ini, yang disebabkan ketakutan, kegelisahan dan kecemasan karena ancaman terpapar virus, social distancing yang menyebabkan gangguan hubungan sosial dan keluarga, kesepian, kebosanan dan tidak adanya kegiatan, akses yang terbatas ke layanan kesehatan, gangguan secara finansial dan kehilangan pekerjaan.
Sebagai orang percaya, dalam ketidak-mengertian kita akan apa yang terjadi saat ini, kita mungkin saja berfikir dan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan ini dalam doa-doa kita :
Where are you God? Dimanakah Engkau, Tuhan?
Why are you allowing this to happen? Mengapa Engkau ijinkan ini terjadi?
Why are you allowing so many died and so many suffering? Mengapa Engkau ijinkan begitu banyak orang yang mati dan begitu banyak orang menderita?
Can you please stop this pandemic and let us have again our life back before the pandemic?
Bisakah Engkau menghentikan pandemi ini dan membiarkan manusia kembali pada kehidupannya sebelum pandemi terjadi?
Penderitaan bukanlah tema yang asing di dalam alkitab. Sejak Adam dan Eva diusir dari taman Eden, penderitaan menjadi salah satu ciri khas yang menemani perjalanan umat manusia. Karena kejatuhan dalam dosa, maka bumi menjadi terkutuk dan tidak lagi berfungsi sebagaimana Tuhan menciptakan segala sesuatunya pada awalnya. Ada begitu banyak tokoh dalam alkitab yang daripadanya kita bisa belajar, bagaimana kita harus bersikap dalam menghadapi ujian, penderitaan, krisis dan pencobaan yang terjadi dalam hidup kita. Saat ini kita mau belajar bersama dari nabi Yeremia.
Nabi Yeremia dikenal sebagai the „weeping prophet“. Nabi yang menangis. Yeremia memiliki banyak pergumulan berat semasa hidupnya. Kehidupan pribadinya tidak lepas dari doa-doanya kepada Tuhan yang penuh dengan tangisan (Yeremia 9:1 & Yeremia 13:17). Ia terus mengungkapkan kepedihannya atas umat Allah yang memberontak serta penolakan mereka untuk bertobat. Yeremia menentang kejahatan pada zamannya, yaitu penyembahan berhala dan ketidakadilan. Ia menentang nubuat para nabi-nabi palsu. Yeremia tidak berkompromi terhadap nabi-nabi palsu dan imam-imam yang berusaha mengeruk keuntungan dari jabatan mereka. Yeremia menyaksikan sendiri bagaimana kota Yerusalem jatuh ke tangan Raja Nebukadnezar pada tahun 589 SM. Yeremia juga menyaksikan sebanyak 3 kali orang-orang Yahudi di angkut dan dibuang ke Babel, pembuangan ke Babel terjadi pada tahun 597 SM, 587 SM dan 583 SM. Dan karena itu Umat Allah menjadi bahan olok-olok oleh bangsa-bangsa disekitar mereka. Yeremia menyaksikan semua itu dengan kehancuran dalam hatinya. Umat Allah yang hancur dan Yeremia sendiripun merasa hancur.
Di dalam kitab Ratapan, nabi Yeremia mengungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud, penghancuran total dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota Yerusalem, serta pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak terbunuh. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Tuhan Allah; kini hari penghukuman telah tiba dan hari itu amat dahsyat.
Kitab Ratapan dalam bahasa Ibraninya disebut sebagai „Ekhah“, yang bisa diterjemahkan dengan kata „How“- „Bagaimana“. Bagaimana kita bisa bertahan dalam masa sulit ini? Bagaimana kita bisa keluar dari krisis ini? Bagaimana kita bisa sampai pada masalah ini? mungkin dalam bahasa inggrisnya bisa lebih jelas di mengerti : How we can survive in this difficult time? How long this crisis will go on? How did we get into this crisis? Kata „How“ disini terdengar hampir sama dengan kata „Why“- „mengapa“. Why did this trouble happen? Why many people are dying? dan seterusnya. Saat ini pun banyak anak-anak Tuhan yang meratap seperti nabi Yeremia, Why God? Why so many suffering? Why so many died? Why this pandemic has to happen?
Apakah yang menjadi respon dari nabi Yeremia di dalam pergumulannya dengan penderitaan yang dialami umat Allah saat itu?
Pertama, Nabi Yeremia memutuskan untuk mengalihkan pandangannya dari penderitaan-penderitaannya kepada Tuhan. Yeremia merenungkan karakter dan sifat Tuhan yang tidak akan pernah berubah, dan tidak berfokus pada apa yang dilihat oleh mata jasmaninya. Yeremia mengingatkan dirinya sendiri akan kasih setia Tuhan yang tidak habis-habisnya dan selalu baru setiap hari.
„Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!“ ( Ratapan 3:21-23)
Dan ketika Yeremia melakukan itu, maka timbul pengharapan akan kebaikan Tuhan yang akan dinyatakan pada umat Allah. Dan memang akhirnya pada kegenapan waktuNya, Tuhan mengembalikan umatNya dari tanah pembuangan Babel ke tanah perjanjian.
Kedua, memahami apa yang menjadi bagian manusia dan apa yang menjadi bagian Tuhan.
"TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.“ (Ratapan 3:24)
„Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?“ (Mazmur 56:8)
Bagian Allah adalah menghitung air mata, kesusahan dan kesengsaraan kita, sedangkan bagian kita adalah menghitung kasih setia, berkat-berkat dan kebaikan Tuhan. Tuhan adalah bagian kita, dan untuk itu kita berharap kepadaNya. Tuhan tidak pernah lupa akan janjiNya. Ia akan menepatinya tepat pada waktunya karena Ia tahu waktu yang tepat untuk membebaskan kita dari pergumulan, penderitaan dan kesusahan kita.
Ketiga, Yeremia memilih untuk berdiam diri dan menanti-nantikan pertolongan Tuhan, sambil terus mengakui bahwa Tuhan baik bagi orang yang berharap kepadaNya. “TUHAN itu baik bagi orang yang berharap kepadaNya dan bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik untuk menanti dengan diam pertolongan TUHAN.” (Ratapan 3:25-26)
Berdiam diri dan menanti dengan sabar pertolongan Tuhan di dalam menjalani itu semua. Pada waktu kesulitan datang sering kita cenderung cepat sekali mencari dan mereka-reka jalan keluar. Tetapi kalau usaha kita mengalami jalan buntu kemudian kita menjadi kecewa, patah hati, depresi. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan kita harus datang kepada Tuhan, berdiam di hadapanNya, menanti-nantikan Tuhan dan membiarkan Tuhan yang mengambil kendali atas situasi dan kesulitan kita.
Keempat, Berharap pada kebaikan Tuhan. Yeremia memahami karakter dan kasih Tuhan pada umatNya, dan karena itulah Yeremia bisa memiliki pengharapan yang teguh akan pertolongan Tuhan. Yeremia berkata„Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan. Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya. Karena tidak dengan rela hati Ia menindas dan merisaukan anak-anak manusia.“ (Ratapan 3:31-33). Pengharapan kita harus selalu beralaskan pada karakter Tuhan yang selalu setia, penuh kasih, dan bahwa Dia akan selalu menggenapi janji-janjiNya. Dan ketika kita melihat perbuatan-perbuatan Tuhan di masa lalu, kita bisa berdiam diri dengan tenang bahwa pertolongan Tuhan akan datang pada waktuNya, dan Dia tidak dengan rela hati menindas dan merisaukan anak-anakNya dan bahwa Dia akan menunjukkan kasihNya dan pertolonganNya pada kita.
Sebagai orang percaya yang sudah ditebus dengan darah Kristus, kita memiliki suatu hak istimewa- privilege, bahwa kita bisa BERPENGHARAPAN pada Tuhan Allah. Berpengharapan pada karakter dan sifat Keilahiannya, kepada kasihNya, kepada janji-janjiNya.
HOPE – PENGHARAPAN, adalah hak yang sangat istimewa yang diberikan pada setiap anak-anak Allah. Karena pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, karena Allah tidak mungkin berdusta pada janji-janjiNya (Ibrani 6:18-19).
Dan walaupun tampaknya saat ini situasi begitu kacau balau dan banyak penderitaan dan kesakitan yang harus kita alami dan kita saksikan, kita bisa berpegang teguh dan berpengharapan pada janji-janji Tuhan yang pasti akan digenapinya. Di dalam FirmanNya dikatakan bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat memisahkan kita dari kasih Tuhan pada kita, baik itu penyakit, kehilangan, kematian, termasuk kesulitan-kesulitan yang harus dialami di masa pandemi ini, dan kesulitan-kesulitan yang akan muncul di masa yang akan datang.
„Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: ”Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.” Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.“ (Roma 8:35-39)
Alangkah indahnya hidup dalam Tuhan dan berpegang pada janji-janjiNya. Didalamnya kita menemukan kekuatan dan pengharapan dalam kesulitan dan penderitaan yang kita harus lalui. Di luar sana begitu banyak orang yang hidup tanpa pengharapan, tanpa janji-janji Tuhan yang bisa mereka pegang dan tanpa kasih Tuhan yang bisa mereka rasakan. Tidak bisa dibayangkan bagaimana sulitnya keadaan banyak orang yang mengalami kesulitan-kesulitan pandemi ini tanpa pengharapan dan pengenalan akan Tuhan. Di saat kegelapan inilah kita anak-anak Tuhan dipanggil untuk menyatakan kasih Kristus dan pengharapan yang kita miliki di dalam Dia, pengharapan yang memberikan kita kekuatan saat melalui badai.
Doa dan harapan saya, semoga kita semua semakin menjangkarkan iman dan pengharapan kita pada Yesus Kristus Tuhan kita, dan memakai kesempatan ini untuk menyatakan kasih Kristus pada mereka yang hidup tanpa pengharapan dan tanpa pengenalan akan Tuhan di masa krisis ini.
31 Januari 2021
Mieke Lolong
Pendidikan (Edukasi) dan Pencerahan (Iluminasi)
Melihat judul renungan di atas itu, aku menganggap manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kedua-duanya. Menurut pendapatku, kedua faktor tersebut membutuhkan unsur lain agar apa yang ingin disampaikan bisa tercapai secara penuh. Kita butuh pendidikan (edukasi) karena dengan berpendidikan terciptalah manusia yang berkwalitas, berintelektual dan terhindar dari kebodohan.
Pengertian pendidikan adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi diri pada peserta didik dan mewujudkan proses pembelajaran yang lebih baik. Jadi pendidikan itu merupakan usaha kepada manusia dan mengangkat generasi muda agar lebih insani. Menurut seorang filsuf asal Yunani yang bernama Plotinus, dalam ilmu pengetahuan, ada 3 (tiga) tingkatan yang disebut opini, ilmu pengetahuan (pendidikan) dan pencerahan... Instrumen tingkatan pertama menggunakan indra, instrumen yang kedua menggunakan dialektika dan instrumen yang ketiga menggunakan intuisi.
Nah, selain itu kita juga butuh pencerahan atau iluminasi... Pengertian pencerahan yang ingin dirangkum dalam renungan ini, adalah pencerahan spiritual (spiritual awakening) yang mana merupakan pemahaman penuh dari suatu situasi. Kita semua tahu kalau kosa kata pencerahan itu dulu sering dipakai untuk istilah abad pencerahan (age of enlightenment), yang adalah suatu masa di sekitar abad ke 18 dimana Eropa sedang memiliki semangat revisi atas kepercayaan-kepercayaan tradisional, dan ingin memisahkan pengaruh keagamaan dari pemerintah.
Mengapa aku sampai tertarik mengulas pengertian di atas itu, yaitu pendidikan dan pencerahan? Hal itu disebabkan karena selang beberapa waktu ini, aku telah menggabungkan diri dengan komunitas kecil yang membaca serta mempelajari Alkitab sebanyak 2 ayat setiap harinya. Anggotanya ada dari berbagai negara di dunia dengan di asuh serta dibimbing oleh 2 (dua) orang yang dapat dikategorikan sebagai pakar Alkitab. Pembacaannya dimulai dengan Kitab Perjanjian Baru yang telah berakhir tahun lalu, dan sekarang beralih ke pembacaan Kitab Perjanjian Lama.
Menurut aku..., dalam pengenalan tentang isi Alkitab itu kita memerlukan pendidikan (edukasi) untuk mampu membaca ... namun untuk dapat mencerna dan mengerti isi serta makna yang tertulis di dalamnya, kita perlu pencerahan (iluminasi)!! Kemampuan manusia untuk menjilid buku yang disebut Alkitab itu serta membacanya, kita dapatkan dan kita pelajari/tekuni karena adanya bantuan dari manusia lain (dari orang tua, dari guru, dari pemuka agama atau dari teman/kenalan dan sebagainya). Namun, kemampuan kita untuk dapat menelaah, mencerna serta mengerti isi & maknanya, hanya bisa kita peroleh liwat pencerahan atau dibukakan oleh .... Roh Kudus !! Alkitab yang berisi Firman Allah dan selama ini dibaca serta dipelajari sejak hampir 2000 tahun yang lalu itu, pencerahan tentang isi dan maknanya senantiasa mutakhir (up-to-date) dan berlangsung sesuai dengan masanya !! Terbuktilah disini apa yang ditulis di dalam Kitab Yohanes ayat 1 – 14, yang menyatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia. Dan karena Allah yang kita sembah itu adalah Allah yang hidup, firmanNYA senantiasa berlaku dan menjadi pedoman hidup kita dari masa ke masa, kalau ... kita minta pencerahan (atau dibukakan) oleh Roh Kudus.
Jadi, dalam hal ini betapa pentingnya peran dari Roh Kudus untuk kita memperoleh pencerahan di dalam berbagai ilmu pengetahuan yang sebelumnya kita dapatkan liwat pendidikan atau pembelajaran. Adapun dalam hidup ini kita dituntut untuk terus belajar, atau dalam bahasa Inggeris : life is a learning process, dan untuk itu kita perlu mengacu kepada ayat-ayat Alkitab untuk selalu mengutamakan Firman Allah dalam semua pembelajaran dan pendidikan kita.
Pendidikan yang Alkitabiah memperlengkapi orang percaya sehingga Allah bisa melakukan berbagai pekerjaan yang telah Dia persiapkan sebelumnya bagi mereka seperti tertulis di dalam Efesus 2:10, serta bisa mengubahkan kita karena akan memperbaharui pikiran kita seperti tertulis di dalam Roma 12:2. Proses yang berkelanjutan dari menerapkan pengetahuan berdasarkan pemikiran Kristus, “... yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita“ (lihat 1 Korintus 1:30).
Ada pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan doktrin mengenai iluminasi Alkitab. Secara sederhana, iluminasi dalam aspek rohani berarti “menyalakan cahaya“ atas pemahaman dalam bidang tertentu. Iluminasi pencerahan dan penerangan berarti buah karya dari Roh Kudus yang memampukan kita untuk menyukai, mengerti, dan menerima (mempercayai) Firman Allah yang di tulis di dalam Alkitab serta mengaplikasikannya dalam kehidupan kita setiap hari. Saat pencerahan Ilahi mengungkapkan pengetahuan baru atau hal-hal yang terjadi di masa depan, kita menyebutnya sebagai nubuatan. Saat pencerahan mengungkapkan pemahaman dan penerapan dari pengetahuan yang telah diberikan sebelumnya, kita menyebutnya iluminasi.
Naaah, pertanyaannya bagaimana Allah mengiluminasi (menerangi) pikiran kita untuk mempelajari Firman-Nya ?? Tingkat paling dasar dari pencerahan adalah kesadaran atas dosa. Saat Firman Allah memasuki hati seseorang, maka Firman itu akan memberikan penerangan dan pemahaman. Untuk alasan ini, kita berulang kali diperintahkan untuk mempelajari Firman Allah. Mengapa Allah menolong kita untuk memahami Firman-Nya? Supaya kita sanggup untuk hidup di dalam terang-Nya. Roh Allah, yang memberikan kita pencerahan untuk memahami Firman Allah, membawa pengetahuan tersebut dan membimbing kita untuk menghidupi Firman itu. Dalam Kitab Roma 8:14 mengatakan, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah“. Karya Iluminasi dari Roh Kudus dalam hidup kita adalah konfirmasi bahwa kita memang anak-anak Allah.
Sebagai penutup, aku ingin mengutip 4 pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya :
-
Menginsyafkan dunia akan dosa,
-
Memimpin kepada kebenaran,
-
Memimpin kepada hidup dalam ketaatan dan kekudusan,
-
Menuntun yang terhilang untuk kembali ke jalan yang benar.
Maukah kita mengundang Roh Kudus untuk hadir di dalam kehidupan kita yang secara nyata membutuhkan pendidikan dan pencerahan dari Firman Allah ??
24 Januari 2021
Wanda Freidhof
Kuasa Doa
Pernahkah saudara-saudari mengalami, Tuhan mengirimkan orang-orang di sekitar saudara untuk menjawab Doa yang saudara-saudari panjatkan? Ada kalanya kita tidak mendengar suara Tuhan, tetapi Bapa di surga mengirimkan messagenya mungkin melalui ayat-ayat yang menguatkan yang teman-teman kirimkan melalui Whats-App atau Facebook. Tuhan bekerja di dalam kehidupan kita setiap saat tanpa kita sadari.
Atau menyadari Tuhan memakai kita untuk menjawab doa-doa saudara atau teman-teman kita? Kuasa Doa sangat dahsyat. Saya sering mengalami Tuhan menjawab doa-doa atau pergumulan-saya melalui ayat-ayat Alkitab, yang dengan tidak sengaja saya buka dan mata saya tertuju kepada ayat-ayat tertentu saat membuka Alkitab dan menemukan jawaban di dalamnya dan ayat-ayat ini yang menguatkan saya. Tuhan sangat luarbiasa.
Di dalam diam dan merenung kita mempunyai kesempatan bertemu dengan Tuhan, mendekatkan diri kepadaNya, berbincang-bincang denganNya tanpa harus membuat termin atau appoitment terlebih dulu.
Terakhir-akhir ini saya mempunyai kebiasaan bangun pagi, menyalakan lilin dan berlutut. Saat teduh mendengar lagu rohani, berdoa dan membaca Alkitab perasaan sangat sejuk dan teduh.
Pernahkah saudara mendengar mengenai hubungan segitiga. Yang dimaksud di sini bukan hubungan seseorang dengan dua kekasihnya, tetapi bagaimana kita mengandalkan Tuhan dan memberi tempat kepada Tuhan di dalam hubungan kita dengan orang-tua, anak, pasangan hidup, relasi, teman kerja atau teman dalam satu organisasi. Artinya segala keluh kesah, kekecewaan, kemarahan kita, kita paparkan secara vertikal yaitu kepada Bapa di surga sebagai tempat pengaduan. Hubungan horizontal terhadap sesama hendaknya kemarahan kita jangan sampai matahari terbenam (Efesus 4:24), bersedia memaafkan tujuh puluh kali tujuh kali; menerima satu akan yang lain seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah (Roma 15:7) dan hidup dalam perdamaian dengan semua orang (Roma 12:18).
Konsep hubungan segitiga ini mengajarkan kita untuk tidak lagi banyak mengkritik sesama atau mencoba merubah orang lain sesuai konsep pikiran kita, tetapi mendoakan mereka dan memberi kedaulatan kepada Tuhan merubah seseorang dengan konsep Tuhan. Dan kita mencoba menjalankan yang Tuhan ajarkan: menerima sesama seperti Kristus telah menerima kita, dalam kelemahan dan kelebihan kita.
Jika kita berdiam diri dan merenung, di sanalah Tuhan datang dan berbicara kepada kita di dalam Doa. Kita tidak akan peka mendengar suara Tuhan, kalau kita selalu berbicara dan berusaha menjelaskan konsep kebenaran menurut pengertian kita. Doa mempunyai kuasa jika kita mengandalkan dan memberi tempat kepada Tuhan di dalam kehidupan kita.
17 Januari 2021
Vivianne Studler
HIDUPKU MENGGENAPI FIRMAN-MU
Hidupku menggenapi Firman-Mu
tanda mujizat sertai tiap langkahku
Kau bersamaku, di dalamku
jadi bukti kebesaranMu ...
Tuhan Kau sempurna
dalam rencanaMu dan karyaMu
kuserahkan hidupku
murnikan dengan rohMu ...
Sebelum saya membuat renungan ini, saya berdoa dan sambil mendengarkan lagu-lagu pujian, saya tanya Tuhan ... Tuhan, renungan apa yang Engkau mau saya bagikan untuk minggu ini?
Kemudian mengalunlah lagu «Bukti Kebesaran-Mu» yang liriknya saya tuliskan dibagian atas renungan ini.
Saat saya mendengarkan lagu ini, saya sempat terpaku sejenak ... sebenarnya ini bukan untuk pertama kalinya saya mendengarkan lagu ini dan liriknya juga biasa-biasa saja ... tapi entah kenapa ya kali ini ..... saat lagu ini mengalun, tiba-tiba terbersit di benak saya suatu ide dan sebuah nama atau cerita yang sangat terkenal di dalam Alkitab, yaitu «YUSUF»
Kita semua pasti mengenal atau setidaknya sudah pernah mendengar cerita tentang seorang anak muda bernama “Yusuf” yang merupakan salah seorang anak dari Yakub dengan istrinya Rahel. Kisah selengkapnya dapat kita baca di Kitab Kejadian, dimulai dari bab 37.
Yusuf, seorang anak muda yang saat itu berusia 17 tahun, biasa menggembalakan domba bersama dengan saudara-saudaranya yang lain.
Yusuf dibesarkan dalam lingkungan keluarga besar besama-sama dengan saudara-saudaranya dan dia merupakan «anak kesayangan» dari ayahnya, Yakub.
Ayahnya juga memberikan jubah yang indah kepadanya, sementara kepada saudara-saudaranya yang lain tidak.
Di usianya yang masih muda, Yusuf juga kurang berhikmat, ceroboh, dia juga menyampaikan kejahatan saudara-saudaranya kepada ayah mereka.
Saudara-saudaranya merasa ayah mereka tidak adil, tidak fair, sehingga hal ini membuat hati saudara-saudara Yusuf menjadi kesal … dari kekesalan menjadi kemarahan dan dari kemarahan menjadi suatu kebencian .... yang akhirnya mereka memutuskan untuk membunuh Yusuf. Meskipun pada akhirnya mereka tidak jadi membunuh Yusuf melainkan menjualnya .... singkat cerita Yusuf dijual dan dibawa ke Mesir dijadikan seorang budak.
Lalu bagaimana dengan Yusuf?
Anak muda, 17 tahun, yang sebenarnya tidak bermaksud jahat terhadap saudara-saudaranya, yang mungkin agak sombong karena menjadi anak kesayangan ayahnya ....
pada saat itu Yusuf «KEHILANGAN» segalanya.
Dia kehilangan ayahnya, keluarganya, kenyamanannya, keamanannya, bahkan harga dirinya ... semuanya yang sangat penting baginya!
Bisa kita bayangkan bagaimana perasaan Yusuf saat itu??? Seorang diri, seorang asing dan menjadi budak di negeri yang tidak dia kenali, dengan kultur dan budaya yang berbeda.
Wajar jika dalam situasi seperti ini, Yusuf mempunyai alasan untuk mejadi ragu, marah, mengasihani diri sendiri ... atau bahkan membuat atau merencanakan suatu rencana pembalasan untuk membalas kejahatan saudara-saudaranya.
Yusuf juga bisa mempunyai alasan yang kuat untuk membalikkan badannya dari Tuhan yang dia percayai, Tuhan ayahnya, Tuhan bangsanya .... dan berkata mengapa Engkau membiarkan hal ini terjadi padaku. Tuhan macam apakah Engkau? Mengapa Engkau tidak membela aku, tetapi melawan aku? Atau Yusuf juga bisa saja berkata ... aku tidak mau tahu lagi tentang Engkau!
Tapi, Yusuf mengambil suatu keputusan yang lain:
-
Dia tidak mau mengasihani dirinya sendiri.
-
Dia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
-
Dia tidak meninggalkan TUHANnya, TUHAN bangsanya. Yusuf tidak membalikkan badannya dari Tuhannya, dia juga tidak melepaskan TUHANnya.
Dalam kehidupannya, Yusuf harus berkali-kali mengambil suatu keputusan, harus berkali-kali berpikir apa yang harus aku lakukan sekarang, keputusan apa yang harus aku ambil …..
Kita tahu juga bagaimana Yusuf digoda oleh seorang wanita (istri Potifar), hingga dia dipenjarakan.
Tapi keputusan Yusuf yang terpenting dalam kehidupannya adalah bahwa dalam situasi apapun dia berada, Yusuf mengambil keputusan untuk tidak meninggalkan Tuhannya, Yusuf tidak membalikkan badannya dari Tuhannya!
Yusuf tetap setia dalam setiap pergumulan, dalam setiap ujian-ujian kehidupannya tapi juga dalam kesempatan-kesempatan yang diberikan kepadanya!
KESETIAAN Yusuf inilah yang dapat kita ikuti dan kesetiaan inilah yang membuat Yusuf menjadi lebih kuat dalam menghadapi situasi, membuat Yusuf menjadi dewasa, lebih kuat dalam iman, dan kuat untuk dapat lebih merendahkan hati.
Melalui kehidupan Yusuf, banyak orang-orang yang terberkati!
Siapa sajakah mereka itu? Raja dan orang-orang penting di Mesir, yang melalui saran yang diberikan oleh Yusuf mereka dapat mengambil suatu keputusan-keputusan penting dan tentu saja saudara-saudara Yusuf sendiri dan keluarganya, bahkan bangsanya, karena Yusuf dapat memaafkan mereka. Mereka berbuat jahat terhadap Yusuf tapi Tuhan punya rencana lain dan mengubahnya menjadi suatu kebaikan!
Inti dari renungan ini adalah bahwa dalam kehidupan kita, kita juga harus selalu mengambil suatu keputusan, baik sewaktu kita masih muda, setengah baya atau jika kita sudah tua nanti, kita harus selalu mengambil suatu keputusan.
Dan yang terpenting di dalam setiap pengambilan keputusan dalam kehidupan kita adalah
“dimanakah peranan Tuhan?"
-
Dimanakah peran Tuhan saat ini dalam kehidupan kita?
-
Apakah kita tetap "setia" kepada Tuhan, seperti yang Yusuf lakukan, didalam situasi dan kondisi apapun?
Jika "YA" apa maksud atau arti kata setia dalam hal ini?
Bagaimana kita menghidupi “kesetiaan” kepada Tuhan ini? Ini pertanyaan yang sangat penting bagi kita semua!
Sering sekali dengan mudah kita berkata, YA saya percaya kepada Tuhan, ya saya setia kepada Tuhan tapi apa artinya?
Apakah “setia” kepada Tuhan disini adalah dengan rajinnya saya pergi ibadah atau ke gereja setiap Minggu, atau rajin datang ke persekutuan, atau rajin baca Firman Tuhan, rajin berdoa, atau aktif dalam kegiatan gereja atau pelayanan?
Apakah itu yang dimaksud dengan “setia”? Atau ada makna yang lebih dalam lagi?
Dari kisah Yusuf diatas, ada 3 hal yang dapat kita ambil mengenai «SETIA»
1. Menempatkan Tuhan ditempat utama dalam kehidupan kita. Tuhan yang menjadi «titik pusat», bukan diri saya! (kejadian 41, 16)
Pada saat Yusuf di penjara dan menafsirkan mimpi Firaun, Yusuf mengatakan “bukan aku” melainkan “Allah juga yang akan memberitakan kesejahteraan bagi tuanku Firaun”. Yusuf tidak menjadi sombong sekalipun dia dapat menafsirkan mimpi Firaun, dia katakan bahwa semuanya adalah dari Tuhan.
2. Jadikan Tuhan sebagai skala/patokan/tolak ukur dalam kehidupan kita. (Kejadian 39, 9b)
Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?
3. Miliki hati yang lembut seperti Yusuf, keterbukaan hati untuk memaafkan dan mengampuni.
Yusuf tidak mendendam, tidak menyimpan kepahitan kepada saudara-saudaranya.
(Kejadian 45, 5)
Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.
Melalui kehidupan dan kesetiaan Yusuf kepada TUHANnya, Yusuf telah menggenapi Firman Tuhan, mujizat-mujizat Tuhan berikan kepada Yusuf, untuk menjadi bukti kebesaranNya.
Karena Tuhan sempurna dalam rencana dan karyaNya!
Amin
10 Januari 2021
Farry Togas
Bersama Keluarga Melayani Tuhan
Amos 3:3 (TB) Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?
Shalom umat Tuhan yang diberkati, apa kabarnya hari ini?
Doa saya semoga kita semua tetap TENANG dan PERCAYA kepada TUHAN bahwa Pandemic akan segera berlalu dan selama adanya Pendemic ini, kesempatan buat kita untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan serta mengerti bahwa segala sesuatu yang kita hadapi saat ini adalah baik adanya .... amin, Puji Tuhan!
Hari ini walaupun udara minus kami tetap jogging. Jadi bukan masalah baik panas maupun dingin, tetapi komitment untuk hidup sehat. Untuk itu kami jogging kadang pagi hari juga di sore hari.
Saya dan istri sering sekali jogging di areal tempat kami tinggal dan karena dekat perbatasan antara SWISS dan PERANCIS, maka daerah tersebut masih hijau, penuh dengan pohon-pohonan dan bunga-bunga.
Serta kami selalu melewati jalan yang pemandangannya sangat cantik, warna warni bunga-bunga dan buah-buah kecil menghiasi jalan di mana kami lewati dan hal itu membuat kami lebih termotivasi.
Sekali kali ada kicauan burung di udara sepertinya memberikan motivasi kepada kami untuk tetap berlari.
Bahkan sering sekali kami melihat banyak orang-orang tua yang juga ikut berolahraga tapi mereka hanya berjalan santai, yang sepertinya mereka sedang menikmati kebersamaan di usia lanjut dan canda tawa dari pasangan.
Orang tua tersebut kelihatan sangat bahagia dan masih tetap bergandengan tangan. Dan hal itu sangat memberkati kami sebagai pasangan muda.
Dengan mulai menggerakkan badan kekiri dan ke kanan untuk warming up beberapa kali, lalu kami mulai berlari kecil menyeberangi jalan dekat rumah dan mulai melewati kebun-kebun orang dengan macam-macam tanaman lalu mulai melewati desa dan rumah-rumah orang .
Dan di saat kami jogging kami sering bertukar pikiran tentang rencana kedepan agar lebih lagi mengutamakan Tuhan dalam kehidupan setiap hari.
Kami pun sering saling memotivasi untuk tetap konsisten berjogging ria karena kami tahu hal itu baik untuk kesehatan dan juga hubungan kami sebagai suami istri, apalagi di masa Pandemic ini.
Kita harus tetap FIT baik JASMANI MAUPUN ROHANI
Terkadang tak terasa di saat sedang berlari saya meninggalkan istri di belakang beberapa meter, dan sering saya menunggu dan sambil berlari saya selalu menoleh kebelakang untuk melihat keadaan istri kalau dia tetap berlari lalu saya memperlambat kecepatan agar supaya kami tetap sejajar.
Bahkan terkadang saya hanya lari di tempat agar supaya kami bisa kembali berlari bersama.
Hal ini juga bisa berlaku dalam kehidupan rohani kita sebagai suami istri kalau kita merasa keimanan kita lebih dari pasangan kita sudah seharusnya kita memberi motivasi dan juga tentunya memberikan contoh dan teladan kepada pasangan kita lewat perubahan karakter yang sudah diubahkan oleh Tuhan.
Karena tanpa perubahan menjadi mirip KRISTUS maka jangan pernah bermimpi pasangan kita akan mengikuti kehidupan rohani kita, jadi harus di mulai dulu pada diri kita.
Seperti Firman Tuhan katakan di dalam
1 Timotius 4:12 b
Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
supaya pasangan kita juga terpacu akan teladan dan contoh yang kita berikan. Karena terkadang kita sangat EGOIS hanya memikirkan keselamatan diri sendiri tanpa memikirkan pasangan kita yang sudah menemani dengan setia bertahun-tahun lamanya.
Artinya ada saatnya kita juga harus merendahkan diri atau mengalah untuk menjadi berkat agar pasangan kita lebih percaya diri dan saling melengkapi sebagai suatu keluarga yang diberkati di dalam Tuhan. Juga ada saatnya kita di depan untuk memimpin keluarga kita agar suasana yang nyaman dan suasana surga hadir di rumah kita. Terlebih lagi kita masih ada di suasana tahun baru, yang mana kita coba untuk memperbaharui komitment kita kepada Tuhan, kepada pasangan kita juga kepada pelayanan kita untuk tetap setia sampai akhir.
Dengan begitu baik anak-anak juga pasangan kita betah berada di rumah.
Dan semua merasakan ADANYA KEHANGATAN, ADANYA KASIH SAYANG, ADANYA KEJUJURAN DAN ADANYA SALING MENERIMA DAN ADANYA SUASANA SORGA ... AMIN.
MENGALAH BUKAN BERARTI KALAH. MENGALAH ADALAH KEMENANGAN BAGI JIWA YANG BERKUALITAS TINGGI .
SEORANG DIANGGAP KALAH BUKAN BERARTI TIDAK MAMPU UNTUK BERSAING ...... JUSTRU BAGI ORANG YANG SELALU INGIN MENANG SENDIRI ADALAH ORANG YANG KALAH DALAM MENGENDALIKAN PIKIRAN DAN JIWANYA.
Selamat berakhir pekan dan menikmati berkat-berkat Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati
Salam dan doa
3 Januari 2021
Alfonco Sinaga
Tahun Baru Berubahlah
Roma 12: 2
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Tahun 2020 sudah berlalu, tahun 2021 pun sudah tiba. Seluruh manusia penghuni dunia menantikan malam pergantian tahun baru itu dengan cara masing-masing. Banyak yang menanti-nantikan hitungan mundur detik-detik menjelang tengah malam ketika jarum jam menyentuh angka 00:00. Dan sesaat kemudian gelas-gelas sampanye berdenting dan orang-orang di ruangan itu mengucapkan “Selamat Tahun Baru”. Di luar sana sebagian menahan dingin dan gelapnya malam untuk menyalakan kembang api menembakkannya ke angkasa lalu suara mendentum pun kedengaran ke seluruh penjuru.
Keluarga Kristen lalu menyanyikan lagu, mereka mengucap syukur atas penyertaan Tuhan di tahun sebelumnya, dan mengucapkan harapannya pada tahun baru apa yang ingin diraih, apa yang harus diperbaiki dan apa yang tidak boleh lagi dilakukan. Mereka lalu menutup dengan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa pemilik jagad raya alam semesta ini.
Namun kerap sebetulnya ritual ini hanya sekedar basa basi, sekedar formalitas, sekedar retorika, sekedar emosi sesaat. Sebab kenyataannya dari tahun ke tahun hal di atas dilakukan oleh umat manusia itu, namun sesungguhnya kalau mau diperiksa lebih dalam ke dalam diri masing-masing, sedikit yang berubah. Yang banyak adalah manusia itu masih tetap pada tabiat lama dan cara hidup yang lama. Misalnya saja tahun lalu seseorang itu benci dengan seseorang, itu masih berlanjut sampai tahun ini.
Lalu apakah “magic” dari perubahan tahun itu baginya? Tidak ada sesungguhnya. Karena dia hanya menyesuaikan segala sesuatu selama itu nyaman bagi dirinya. Banyak orang gagal menyangkal dirinya untuk berubah di tahun yang baru. Selain hanya jargon melafalkan harapan-harapan baru saat pergantian tahun. Namun sesungguhnya tidak ada perubahan mendasar pada diri orang tersebut. Ini akan menjadi beban untuk tahun yang baru, bahkan tahun yang akan datang.
Masih banyak orang, mencari dan mencari jati dirinya, masih banyak orang mencari legitimasi, masih banyak orang mencari pembelaan ke sana ke mari, masih banyak orang membungkus kelompoknya seaman-amannya agar tidak diganggu oleh siapapun. Kenapa? Karena dia takut kehilangan segala-galanya, karena satu-satunya yang dia punyai hanyalah pembelaan dari orang itu, meskipun belum tentu pembelaan itu sudah sesuai kemauan Tuhan atau tidak. Sesungguhnya akal budi orang tersebut dipertanyakan, banyak sekali kemunafikan dalam dirinya, banyak sekali orang itu hanya memoles dan me-make-up permukaannya saja (surface), tapi di dalamnya sesungguhnya busuk.
Masih banyak manusia itu yang tidak mau ditegor, dia akan mengelak, dia akan lari, dia akan sembunyi, dia akan tiarap, dia akan menyelinap ke sana ke mari mencari perlindungan, dia hidup terus dalam kepura-puraan. Dia meninggalkan keluarganya dengan alasan ingin dekat dengan Tuhan, padahal yang benar adalah ikut Tuhan tanpa harus meninggalkan keluarga. Banyak sekali hal-hal prinsip yang sesungguhnya tidak berubah dari tahun ke tahun.
Lalu bila ada yang menegor orang itu sakit hati, bahkan dendam kesumat, lalu bagaimana mau berubah bila kekurangan pada dirinya masih terus dipelihara? Bagaimana persembahannya akan diterima Tuhan? Tidak mungkin, sebab Tuhan tahu mana persembahan yang harum mana yang tidak. Ini sudah terbukti saat persembahan Habel diterima Tuhan tapi persembahan Kain ditolak oleh Tuhan, yang mengakibatkan Kain cemburu lalu membunuh Habel.
“Galatia 4:16
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?”
Inilah yang sering terjadi dalam kehidupan kita. Yang menegor kita, kita jadikan musuh, padahal bisa jadi itulah kunci kemenangan kita, kunci pemulihan kita. Setiap orang yang mengetahui borok kita, kekurangan kita, kita jauhi, kita lari menjauh dari orang itu, kita menghindar dari orang tersebut, padahal bisa jadi orang itulah yang Tuhan utus untuk menegor kita, perpanjangan tangan Tuhan.
Tapi itulah manusia, egonya setinggi langit, ngakunya saja anak Tuhan tapi sombongnya luar biasa, angkuhnya luar biasa, tidak ada kerendahan hati sama sekali. Selagi dia nyaman maka dia akan melakukan apa pun, tapi begitu tidak nyaman maka dia bila perlu tinggalkan Tuhan.
Marilah kawan-kawan, jadikan momentum tahun baru ini untuk refleksi, anggap kita hanya memiliki hari ini, besok belum tentu, apakah yang kira-kira akan kita perbuat? Yaitu seperti Roma 12:2, berubahlah oleh pembaharuan budimu, jangan sama dengan tahun-tahun sebelumnya, sebab bila sama, maka sesungguhnya waktu tidak punya arti bagi hidup Saudara/i.
Selamat Tahun Baru, selamat berubah !