top of page
27 Desember 2020
frankie1.jpg

Frankie Massie

Schneestadt

Sesudah Natal, Kemudian Apa?

 

Tahun ini dimana mana perayaan Natal diadakan secara Virtual.

Sesudah Natal berlalu, ketika lagu "Malam Kudus" dan “Selamat Hari Natal” tidak lagi dinyanyikan dan didengar, ketika lagu "Dunia Gemar dan Soraklah" tidak lagi disorakkan, lalu apa sekarang?

 

Masihkah kita ingat bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Allah Yang Maha Tinggi? Apakah Kristus yang adalah Raja Damai itu bertahta dalam hati kita? Apakah kita taat kepada Dia?

 

Apakah kasih Kristus yang begitu luar biasa itu terwujud dalam hidup kita kepada orang orang yang berada di sekitar kita?

 

Apakah lilin terang yang kita nyalakan di rumah, sudah kita "nyalakan" melalui hidup kita untuk menerangi sekitar kita yang gelap?

 

Masih ingatkah kita akan khotbah-khotbah Natal Virtual yang baru lewat?

Apakah semangat Kristus untuk merendahkan diri dan rela menderita sudah terwujud dalam hidup kita?

 

Yang kita ingat dari acara Natal tahun ini adalah kesehatan, menjaga kesehatan, hati hati, menasehat keluarga dan teman teman untuk tetap berDoa agar situasi akan segera membaik. Tidak lagi kemeriahan acara Natal seperti sebelum sebelumnya yang penuh selebriti dan selebritas, Sinter Klas, Piet Hitam, hadiah Natal untuk kita, makan-makan perayaan Natal, acara Natal penuh pengunjung di TV, pohon Natal ... yang semuanya itu tidak ada di Betlehem pada malam Yesus dilahirkan.

 

Pertanyaan klasiknya adalah: apakah ada yang berubah dalam diri dan kehidupan kita setiap kali kita telah melewati masa Natal setiap tahunnya? Apakah masa Natal adalah suatu momen sementara di mana kita sejenak meninggalkan rutinitas kehidupan kita sehari-hari untuk menjalani suatu kehidupan yang berbeda untuk sementara waktu? ataukah masa Natal tersebut adalah suatu momentum yang bisa kita pakai untuk mengubah diri kita seutuhnya, setahap demi setahap, untuk mengarah kepada Tuhan kita Yesus Kristus, seperti yang dikatakan di dalam

Efesus 4:15

“Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.”

Setiap orang melihat Natal sebagai peringatan hari kelahiran Tuhan Yesus, walaupun sebenarnya tidak ada yang tahu persis kapan Tuhan Yesus dilahirkan.

Saya pernah mendengar bahwa kita perlu untuk melihat perayaan Natal dalam konteks yang utuh dengan perayaan Paskah; dan bahwa keduanya tidak dapat dilepaskan satu dari yang lainnya. Natal ada untuk Paskah dan Paskah ada untuk menyelesaikan Natal.

Natal dan Paskah merupakan perwujudan nyata dari kasih Allah kepada dunia (manusia) dan merupakan penggenapan dari segala nubuat yang telah ada di kitab Perjanjian Lama. Natal dan Paskah merupakan proses di mana Tuhan turun menjadi sama dengan kita manusia dan mengambil alih segala permasalahan dan tanggung jawab dosa kita serta menebusnya sepenuhnya. Semuanya telah lunas dibayar. Suatu hal yang tidak akan pernah dapat kita (manusia) lakukan, seperti Alkitab mengatakan di dalam

Efesus 2: 8-9,

8. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,

9.  itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”

Pernahkah kita memikirkan seandainya tiba tiba tidak ada listrik ataupun tidak ada internet?

Akan tetapi, dalam skala yang jauh lebih besar (sampai di luar akal pikiran kita manusia), justru inilah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus bagi kita. Dia melepaskan segala kemuliaan-Nya untuk turun ke dunia ini menjadi seorang hamba yang disalibkan, agar setiap orang yang percaya kepada-Nya dapat diselamatkan.

Inilah makna Natal, pengorbanan yang luar biasa di mana dengan kedatangan-Nya Dia telah mengubah hidup kita dari hidup yang berhamba kepada dosa menjadi hidup yang merdeka di dalam Kristus.

Roma 6: 11 mengatakan:

“Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.”

Jadi memang sudah seharusnya bahwa kita menjadikan hari Natal sebagai momentum bagi perubahan dalam hidup kita ini dan bukan hanya sekadar perayaan dan bulan keagamaan yang bersifat sementara saja. Karena kalau kita benar-benar telah menerima kedatangan Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat pribadi kita, maka hal tersebut harus terlihat dan tercermin dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

 

 

Rasul Yohanes memberikan beberapa tanda perubahan tersebut dalam Kitab 1 Yohanes sebagai berikut:

 

Mengikuti perintah-Nya (1 Yohanes 2: 3-6) 

Di sini Rasul Yohanes mengatakan dengan tegas bahwa kalau kita memang sudah menerima kedatangan Tuhan Yesus dalam kehidupan kita, maka kita pasti akan mengikuti segala perintahNya. Kalau tidak maka kita adalah pendusta. Permasalahannya, dapatkah kita hidup seperti Kristus?

3. Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.

Di sini Rasul Yohanes mengatakan dengan tegas bahwa kalau kita memang sudah menerima kedatangan Tuhan Yesus dalam kehidupan kita, maka kita pasti akan mengikuti segala perintahNya. Kalau tidak maka kita adalah pendusta. Permasalahannya, dapatkah kita hidup seperti Kristus?

Dalam bahasa Inggris, ayat ke 3 tersebut berbunyi

3. “And hereby we do know that we know him, if we KEEP his commandments.”

Kata “keep” di sini merupakan kunci dari ayat ini. Kata ini berasal dari kata Yunani ”tereo” yang antara lain memiliki arti ”to watch over” atau memperhatikan.

Kata ini dipakai oleh para pelaut di zaman dahulu ketika pada saat itu belum ada global positioning system atau radio komunikasi yang bisa memandu mereka, tetapi mereka sudah bisa berlayar kemana-mana tanpa tersesat. Pada saat itu mereka memakai bintang di langit sebagai sistem navigasi mereka.

Mereka memperhatikan (to watch over) bintang di langit sebagai petunjuk arah yang harus ditempuh. Kadang kala mereka tertiup angin keluar dari jalur pelayaran mereka, akan tetapi mereka selalu bisa kembali lagi ke jalur semula dengan memperhatikan bintang di langit.

Hal seperti itulah yang dimaksudkan oleh rasul Yohanes dalam ayat 3 tersebut.

Seringkali kita berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan perintah Tuhan Yesus, tetapi kita akan selalu kembali kepadaNya dan memperbaiki hidup kita. Karena kita memiliki hati yang selalu tertuju kepada Dia dan selalu ingin mengikuti perintahNya.

Ketika kita tidak/belum mengenal Tuhan Yesus maka hati kita selalu condong kepada dosa, tetapi setelah kita mengenal Dia, hati kita selalu ingin menjauh dari dosa. Ini adalah perubahan yang pertama.

Kita bisa mulai dari hal hal yang kecil dan sederhana; apakah kita seringkali menyakiti hati orang lain, apakah kita masih seringkali sombong dan selalu menganggap diri kita benar, apakah kita peka terhadap sesama, dan sebagainya.

Kita patut merenungkan apakah kita telah memiliki kepercayaan iman tersebut, apakah kita sudah “percaya kepada Anak Allah” dan bukannya sekadar “percaya akan Anak Allah”.

Ketika Tuhan Yesus mengatakan: ”Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”, apakah kita berani mengimaninya dan menerapkannya dalam kehidupan kita. Ataukah kita masih tetap kuatir dengan kehidupan kita dan menghabiskan waktu kehidupan kita pada prioritas dunia - harta lebih banyak, karir lebih sukses, dan sebagainya.

Ketika Tuhan Yesus mengatakan: ”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”, apakah kita mau datang kepadaNya dan menyerahkan segala persoalan kita. Ataukah kita masih berkeras hati untuk menyelesaikannya dengan cara dan usaha kita sebagai manusia.

Kita juga perlu bertanya kepada diri kita sendiri, apa yang orang lain lihat di dalam diri kita, dalam kehidupan kita. Apakah sama saja dengan kebanyakan orang lain, ataukah mereka bisa melihat Yesus di dalam diri kita?

Perayaan Natal akan selalu ada setiap tahunnya. Saat ini kita memasuki saat saat yang sibuk penuh dengan acara, dan setelah lewat tahun baru nanti, kita akan kembali memasuki rutinitas kehidupan kita kembali. Rasanya kita perlu untuk merenung, berpikir dan berrefleksi ke dalam diri kita sendiri.

Sudahkah kita memakai FirmanNya sebagai mercusuar hidup kita, sudahkah kita memiliki kasihNya dalam kehidupan kita yang tercermin dalam partisipasi dan komitmen kita dalam kegiatan pelayanan di gereja, dan sudahkah hidup kita senantiasa menjadi saksi bagi kemuliaanNya?

Sekarang adalah saat yang tepat untuk berubah dan/atau memperbaharui komitmen kita. Bagaimana caranya? Mudah saja - seperti yang dikatakan oleh sebuah lagu - ”Dia hanya sejauh doa”.

 

Setelah Hari Natal Berlalu (Lukas 2:20)

 

Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.

 

Namun Natal bukan saja menjadi sukacita bagi kita, namun harus membawa kita kepada suatu perenungan yang amat mendalam tentang Yesus yang lahir sebagai Jalan Selamat. 

KelahiranNya ke dalam dunia ini bukan tanpa tujuan.

Selamat Menyonsong Tahun Baru 2021 …

Kiranya Tuhan senantiasa menyertai dan membimbing kita semua.      

13 Desember 2020
Susi.jpg

Susie Lehmann

Weihnachtsschmuck

APAKAH MAKNA NATAL DI TENGAH PANDEMI SAAT INI?

Makna dari Natal itu sendiri sebenarnya sama dan tidak berubah, yaitu untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus, Penebus umat manusia.

 

Lalu apa yang membuat Natal tahun ini berbeda dari natal-natal di tahun-tahun sebelumnya? Bagaimana kita akan merayakannya?

 

Bagi suatu keluarga besar, dimana pada saat Natal biasanya mereka berkumpul bersama, saat ini merupakan saat yang tidak mudah. Pemerintah Swiss mengeluarkan peraturan yang membatasi jumlah orang-orang yang dapat

berkumpul di tempat kediaman pribadi. Banyak orang-orang yang kehilangan pekerjaan, sakit atau harus menjalani karantina, yang mana semua hal ini membuat suasana hati menjadi tidak ceria dan banyak pula yang kehilangan sukacita.

 

Mungkin inilah saatnya Tuhan meminta kita untuk mengurangi pesta-pesta dan lebih konsentrasi kepadaNya.

Titus 2, 12:

Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan

supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.

 

Saya teringat akan teguranNya kepada saya di tahun 2014, tepat di hari Natal tanggal 25 Desember, dimana saat itu saya sedang dirawat di rumah sakit di Zürich dan tidak diijinkan untuk pulang oleh dokter.

Pagi itu saya didorong dengan kursi roda oleh seorang perawat, untuk dapat mengikuti Ibadah Natal yang diadakan di kapel rumah sakit tersebut.

Malam hari sebelumnya, saya menangis dan meminta untuk pulang serta membayangkan tahun-tahun sebelumnya dimana seluruh keluarga selalu berkumpul bersama di rumah kami.

Saya merasa dongkol kepada dokter yang tidak menginjinkan saya pulang dan juga kepada situasi yang sedang saya hadapi saat itu.

Saat itulah, di dalam kapel kecil tersebut, saat ibadah dimulai tiba-tiba saya mulai menangis dan tidak dapat menghentikan tangisan saya tersebut.

Saya merasakan ada kuasa kasih yang menyelubungi diri saya dan dengan jelas terdengar di telinga saya suatu kalimat yang berbunyi: «I just want you for myself today»

Sesaat saya terhenyak dan sadar bahwa itu adalah suara Tuhan Yesus yang meminta saya untuk menghabiskan waktu saya hanya denganNya sepanjang hari itu.

Terbayang jika saya di rumah, pasti saya sibuk sekali dengan keluarga besar, anak-anak dan cucu-cucu yang akan menginap serta mempersiapkan ini dan itu.

Ini mengingatkan saya akan Firman Tuhan yang tertulis dalam Lukas 10, 38-42 yang menceritakan tentang Maria dan Marta.

 

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku. Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

 

Betapa seringnya kita menyibukkan diri kita dengan hal-hal yang sebetulnya Tuhan tidak minta kita untuk mengerjakannya. Kita sibuk mengurusi ini dan itu, sementara yang Tuhan mau adalah kita duduk diam di kakiNya, mendengarkan apa yang ingin Dia katakan kepada kita.

 

Apakah di tahun 2020 ini, ditengah-tengah pandemi dan virus yang asosialisasi ini, kita dapat menahan diri kita dengan tidak mengeluh atau menggerutu, tetap mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan benar-benar menyediakan waktu untuk saat teduh?

 

Bagi yang belum pernah melakukan saat teduh, mungkin ini adalah waktu dan kesempatan yang terbaik yang Tuhan berikan kepada kita agar kita juga memperhatikan dan memberi makanan bagi rohani kita dan memberi istirahat yang cukup juga bagi jasmani kita.

 

Saatnya bagi kita untuk lebih dekat dan intim denganNya, lebih peka mendengar suaraNya sehingga dengan demikian iman kita pun akan dapat semakin bertumbuh dan kita akan menjadikan Yesus sebagai «pusat» dalam segala sesuatu yang kita lakukan, juga dalam segala situasi dan kondisi.

 

2 Korintus 4, 18:

Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan, karena

yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tidak kelihatan adalah kekal.

6 Desember 2020
Chris.jpg

Christiana Streiff

Mädchen im Gras liegen

Tuhan Pengharapanku

 

Meskipun sudah seminggu berlalu berita tentang meninggalnya, kak Mima, tetapi masih membuat saya merenung tentang kehidupan ini. Namanya, Wielsma Baramulli. salah satu senior dan mentor saya, pada waktu, saya sedang aktif dan sibuk belajar berorganisasi dan bersosialisasi di kampus UKSW, di Salatiga. Sapaan akrab almarhum adalah Kak Mima, semua memanggilnya demikian. Dia adalah seorang Pendeta (hamba Tuhan) di salah satu gereja di Tangerang dan bekerja di Universitäs Peilta Harapan, Lippo Karawaci. Sebagai seorang Pendeta, pada waktu semasa hidupnya, beliau sangat setia dalam pelayanan. Sejak 5 tahun beliau mengidap penyakit sirosis hati, tetapi beliau tidak pernah mengeluh tentang penyakit yang dideritanya. Dia tetap bekerja dengan sepenuh hati dan menyadari bahwa, dia harus terus memberitakan Firman Tuhan, apapun kondisinya dan dimanapun dia berada. Bahkan selalu rajin memberitakan renungan pagi di media sosial seperti FB, karena dia yakin, banyak orang yang membaca dan itulah tujuan pelayanannya, berbagi kepada sesama. Pun, dia berusaha menjadi contoh teladan sebagai hamba Tuhan yang setia melakukan tugas yang telah Tuhan Yesus berikan dalam hidupnya. Kak Mima mengetahui tujuan dan arah hidupnya selama beliau di dunia ini dan telah melaksanakannya dengan sebaiknya- baik nya.  

 

1Korintus 9, 26-27.

Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan såja memukul.

Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

 

Saya merenungkan pergumulan dan kehidupan Kak Mima, bagaimana dia menjalani setiap hari yang Tuhan anugerahkan dengan bahagia dan bersyukur, seperti postingan yang sering dia tulis di FB nya, seperti yang dikatakan oleh istrinya. Bahkan dalam keadaan kritis seminggu sebelum meninggal, beliau masih sempat bercanda dan menghibur keluarga yang mendampinginya. 

Saya bertanya kepada diri saya sendiri, bagaimana jika saya dihadapkan di dalam situasi seperti yang dihadapi oleh  keluarga kak Mima? Apakah saya mampu untuk melakukannya?

 

satu hal, yang saya juga kagumi, Istrinya, namanya Linda, dia adalah seorang wanita yang luar biasa, kuat di dalam iman, penopang bagi suaminya selama masa hidupnya, merawat dan melayani suaminya dan  membesarkan ke-3 anak mereka yang masih membutuhkan perhatian. Dan dia melakukan semua itu dengan penuh sukacita dan tidak pernah mengeluh. 

Seperti yang tertulis dalam kitab Ruth 3: 9

"Bertanyalah ia: Siapakah engkau ini?“ jawabnya : „Aku Rut, hambamu:

Kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami.“

 

Teladan dari pasangan suami istri ini membuat saya untuk lebih bersyukur dengan segala pergumulan yang kita hadapi. Kita percaya di dalam situasi apapun juga penyertaan Tuhan itu selalu ada. Dia yang akan membantu dan memampukan kita untuk dapat melewati setiap ujian yang harus kita hadapi karena tanpa Tuhan kita tidak dapat berbuat apa- apa.

 

Mazmur 23:1 -6

 

Mazmur Daud. 

TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

(2) Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, 

Ia membimbing aku ke air yang tenang;

(3) Ia menyegarkan jiwaku. 

Ia menuntun aku di jalan yang benar 

oleh karena nama-Nya.

(4) Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, 

aku tidak takut bahaya, 

sebab Engkau besertaku; 

gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

(5) Engkau menyediakan hidangan bagiku, 

di hadapan lawanku; 

Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; 

pialaku penuh melimpah.

(6) Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, 

seumur hidupku; 

dan aku akan diam dalam rumah TUHAN 

sepanjang masa.

 22 November 2020
Demita.jpg

Demita Klassen

Sunset Fishing

Bersama Tuhan Menjadi Penjala Manusia

 

"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.“
Efesus 2:10

"Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." Lukas 15:10

Tahun 2020 merupakan tahun yang istimewa bagi setiap orang di seluruh dunia. Dengan adanya pandemi Covid-19 bisa dikatakan bahwa semua orang terkena dampak pandemi ini di berbagai segi kehidupan baik dalam kesehatan fisik, kesehatan mental, finansial, keluarga, hubungan-hubungan, pekerjaan, bahkan secara kondisi kesehatan rohani. Dalam situasi yang tidak menentu dan sangat banyak perubahan, tantangan, tekanan dan kesulitan yang harus dihadapi, pastinya sangat mudah untuk orang kehilangan arah bahkan kehilangan sukacita dan pengharapan.

Suatu hal yang sangat istimewa bahwa di dalam Tuhan, sebagai anak-anakNya, kita diberikan suatu privilege, hak istimewa, untuk memiliki damai sejahtera di tengah-tengah badai ini. Dan bahkan kita diberikan kekuatan untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan dan dirancangkan Tuhan untuk kita kerjakan supaya kita menjadi garam dan terang di tengah-tengah masa yang gelap ini. Ijinkan saya membagikan sedikit pengalaman saya bersama Tuhan menjala jiwa di tengah-tengah masa pandemi ini.

Melalui seorang teman, saya berkesempatan untuk berkenalan dengan teman X dengan anaknya yang masih kecil Y. Dalam pertemuan kami saya menangkap bahwa teman X ini mengalami begitu banyak beban dan permasalahan dalam hidupnya, seakan dia hampir tenggelam dalam kesusahannya yang begitu banyak. Saya menawarkan diri untuk membantu menjaga anak teman ini supaya dia bisa berkonsentrasi pada tantangan-tantangan yang dihadapi. Satu tahun berlalu dan selama menemani teman ini melalui tantangan-tantangannya, saya berusaha mengambil kesempatan untuk mendoakan dia dan kadang membagikan kebenaran Firman Tuhan yang bisa menguatkan dia. Seringkali dia menangis dan bertanya kenapa beban hidup yang dia alami begitu berat dan begitu banyak hal yang jahat yang harus dia saksikan terjadi dalam hidupnya. Dimanakah keadilan, dimanakah Tuhan, dimanakah belas kasihan, itu hal-hal yang dia tanyakan. Dan sebagai orang yang berasal dari latar belakang kepercayaan yang lain, konsep dan pengertian tentang Tuhan Allah yang baik, yang penuh kasih, yang peduli secara pribadi kepada ciptaanNya, kurang begitu dikenalnya.

Saya terus mendoakan teman ini kiranya Tuhan membukakan mata rohaninya supaya ia bisa melihat betapa Tuhan mengasihi dia, bahkan di tengah-tengah kesulitan dan pencobaan yang dia alami. Dan semakin saya mendoakan dan menopang teman ini dalam kesulitan-kesulitannya, ternyata semakin banyak tantangan yang datang dan pencobaan yang datang semakin berat tingkatnya. Tertatih kami berjalan bersama-sama melalui masa-masa sulit ini, sampai pada suatu titik dimana kami akhirnya melihat bahwa ujian dan pencobaan yang semakin sulit itu ternyata penting sebagai suatu set up untuk menyatakan kebesaran Tuhan.

Kira-kira sebulan yang lalu Tuhan menggerakkan saya untuk bertanya pada teman ini, apakah dia mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, karena Tuhan Yesus sangat mengasihi dia dan telah mati untuk segala dosa-dosanya, dan Dia mau menyatakan kasihNya pada teman ini. Saat itu permasalahan sedang semakin berat dan dia mengatakan bahwa dia perlu waktu dan juga dia kewalahan dengan permasalahan yang dihadapinya.

Sekitar 2 minggu berlalu, teman ini tiba-tiba mengatakan pada saya, bahwa di dalam kondisi depresi yang dialaminya dan kesulitan tidur, di tengah malam buta dia merenung-renungkan kejadian-kejadian dan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya, dan dia sadar akan suatu benang merah perlindungan dan penyertaan Tuhan yang dinyatakan bagi dia dan anaknya. Dan masalah-masalah itu menjadi latar belakang untuk Tuhan menyatakan pertolongannya dan menyatakan kasihNya bagi teman ini. Setelah teman ini dibukakan mata rohaninya, kami bersama-sama berlutut di hari itu, untuk mengundang Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya. Dan hati saya begitu penuh dengan sukacita yang tidak bisa digambarkan, Hallelujah Puji Tuhan!! Pada saat itu saya percaya bahwa „malaikat-malaikat di surga bersukacita karena ada satu orang berdosa yang bertobat dan diselamatkan.“

Sejak teman ini menerima Kristus, dia mendapatkan damai sejahtera dan kekuatan dalam melalui pencobaan-pencobaan yang dia harus lalui. Jalannya tidak otomatis menjadi mudah, tetapi damai sejahtera Tuhan itu dinyatakan bagi dia dan dia bisa melihat Tuhan membukakan jalan-jalanNya dan menyatakan pertolonganNya. Banyak janji-janji Tuhan akan pertolongan dan pemeliharaanNya yang kami pelajari, dan sebagai orang percaya yang baru lahir baru, dia sangat rindu untuk belajar kebenaran Firman Tuhan. Saat ini kami sering bertemu bersama untuk berdoa dan belajar kebenaran Firman Tuhan yang mendasar untuk membangun dan meneguhkan imannya di dalam Tuhan.

 

 

Saya sangat bersyukur untuk kesempatan istimewa yang Tuhan ijinkan untuk saya saksikan dan alami ini. Begitu banyak pelajaran yang dapat saya ambil dari pengalaman ini, diantaranya :

  • Selalu siap sedia untuk memberikan jawaban atas iman dan pengharapan yang kita miliki , seperti yang tertulis dalam 1 Petrus 3 : 15 "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.“ Untuk itu kita perlu terus menerus mengasah pemahaman kita yang benar dan alkitabiah mengenai kebenaran-kebenaran Firman Tuhan tentang keselamatan, tentang siapa itu Yesus Kristus, tentang kasih dan pekerjaan Tuhan didunia ini, rencana Tuhan untuk manusia, dan seterusnya. Pada saatnya yang tepat Tuhan akan mengijinkan kita bertemu dengan jiwa-jiwa yang sangat memerlukan jawaban akan kebenaran, apakah kita sudah siap dan sudah memperlengkapi diri kita dengan senjata kebenaran Firman Tuhan siap di hati dan mulut kita untuk disampaikan?

  • Hati yang berbelas kasihan pada mereka yang belum diselamatkan. Matius 9:36-38 "Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Dalam perjumpaan-perjumpaan kita dengan mereka yang belum mengenal Kristus, marilah kita berdoa untuk meminta hati yang berbelas kasihan seperti hati Yesus, dan merindukan keselamatan jiwa mereka. mari kita memakai setiap kesempatan yang ada, yang Tuhan berikan dan percayakan kepada kita, untuk membawa jiwa-jiwa kepada-Nya. Saya diajar untuk memfokuskan diri saya pada hal-hal kerajaan Allah, memakai kesempatan dan hubungan-hubungan dengan mereka yang belum mengenal Yesus, untuk memberitakan kabar sukacita dan membawa mereka kepada Yesus. Siapakah mereka (teman, keluarga, rekan kerja, pasangan) yang ada di sekeliling kita yang belum mengenal Kristus? Mari kita semakin giat mendoakan dan mengasihi mereka supaya mereka mengenal Kristus yang hidup di dalam kita.

  • Menjaga kesaksian hidup kita. 1 Korintus 9:27 "Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.“ Saya belajar bahwa ketika kita memberikan buah yang manis kepada orang yang belum mengenal Kristus (kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Galatia 5:22-23), maka hati orang akan lebih terbuka untuk menerima kebenaran Firman Tuhan yang akan kita sampaikan. Karena kita memberitakan injil bukan hanya dengan perkataan dan pengetahuan kita, tapi terutama juga dengan kasih Kristus yang bisa dirasakan dan dinikmati orang lain. Sungguh tantangan yang sangat besar dan sangat tidak mudah bagi setiap orang percaya! saya termotivasi dengan kebenaran ini dan semakin ingin memperbaiki begitu banyak hal yang kurang dalam diri saya, sehingga kesaksian hidup saya membawa nama harum bagi Tuhan.

  • Choose your battle. Ada begitu banyak pilihan dan distraction/gangguan dalam melakukan pekerjaan Tuhan, sementara waktu dan resources kita terbatas. Saya belajar untuk memilih manakah battle yang harus saya tekuni dan jalankan. Battle/Peperangan untuk hal-hal yang membawa nilaî-nilai kekekalan seharusnya menjadi prioritas kita. Sedangkan hal-hal negatif yang menyerap energi dan mengganggu konsentrasi kita, sebaiknya disingkirkan dan tidak perlu diberikan prioritas, supaya kita semakin efektif berlari mengejar pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Tuhan untuk kita.

  • Setia mendoakan jiwa-jiwa yang belum diselamatkan dan mengiringi pelayanan kita dengan doa. Peperangan yang sesungguhnya terjadi di alam roh dan ketika kita memberitakan kabar baik pada mereka yang belum diselamatkan, pada saat yang sama kuasa kegelapan pun sedang berusaha membutakan mata rohani orang tersebut dan berusaha agar orang initidak diselamatkan. Doa syafaat/intercession menjadi bagian yang penting dalam proses menjala manusia ini, "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,….yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.“
    (1 Timotius 2:1, 4)

 

Kiranya kesaksian ini bisa menjadi berkat bagi teman-teman semua dan doa saya untuk kita semua kiranya kita terus maju dalam Tuhan dan bersama-sama dengan hati yang berbelas kasihan memberitakan kabar keselamatan pada mereka yang masih berada dalam kegelapan.

 

Amin.

 15 November 2020
mieke1.jpg

Mieke Lolong

Bäume von oben

Pohon di Taman Firdaus

Terus terang, tidak ada idea yang terlintas sama sekali di dalam benakku untuk menulis topik dalam renungan mingguan kali ini. Untuk mencari ilham bahan yang akan ditulis, aku sengaja meluangkan waktu untuk berjalan kaki di daerah sekitar tempat tinggalku. Sewaktu menelusuri tepian jalan, kulihat begitu indahnya pepohonan yang tumbuh di musim gugur ini... kesannya, dedaunan yang berubah warna itu seperti aneka bunga yang menghiasi pohon. Keindahan pepohonan itu tentunya tidaklah lepas dari unsur lain yang memainkan peranan, yaitu pengaturan yang baik, pemeliharaan yang terjamin dan kebersihan yang terjaga. Luar biasa dan sempurnanya Allah dalam menciptakan dunia ini beserta isinya karena DIA senantiasa mengatur, memelihara serta menjaganya!! Untuk menikmati maha karya Allah itu, kita juga harus turut serta di dalam ke tiga proses tersebut ... sepantasnyalah kalau kita taat dan mematuhi peraturan yang diberlakukan oleh aparat  yang ditunjuk untuk mengatur, memelihara dan menjaga kebersihan dari semua jenis tanaman, baik aneka bunga ataupun pepohonan yang ada dan sengaja ditanam.  Nah, ketika melihat serta menikmati keindahan pepohonan selagi aku berjalan kaki, terbersit di dalam benak bagaimana indahnya pepohonan serta aneka tanaman dan bunga di Taman Firdaus yang diciptakan Allah seperti yang ditulis di dalam Alkitab... pasti indah sekali !! 

Alkitab mencatat, saat masa penciptaan Tuhan menumbuhkan berbagai-bagai pohon di Taman Firdaus.  Pertanyaannya, ada berapa jenis pohon yang tumbuh di sana? Kita pasti sering menjawab hanya ada dua pohon, yaitu pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Ternyata berdasarkan yang ditulis dalam Alkitab, ada terdapat tiga jenis pohon di Taman Firdaus, yaitu :  

     

  • pohon biasa (Kejadian 1:29-30; Kejadian 2:9),

  • pohon kehidupan (Kejadian 2:9, Kejadian 3:22), dan

  • pohon pengetahuan (Kejadian 2:9, Kejadian 3:17, Kejadian 3:3-6). 

Setelah memaparkan ketiga pohon itu, Tuhan memerintahkan kepada manusia tentang satu larangan. “Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya (Kejadian 2:16-17)”.

 

 

Ketika manusia diciptakan, Allah memberi petunjuk supaya buah dari pohon biasa yang buahnya berbiji menjadi makannya (bandingkan Kejadian 2:16 dan Kejadian 1:29). Begitu juga dengan pohon kehidupan yang disediakan Tuhan boleh dimakan karena pohon ini sudah terlebih dahulu diciptakan sebelum perintah itu disampaikan.  Selain kedua pohon ini, Allah hanya melarang supaya pohon pengetahuan jangan dimakan. Namun karena diperdaya iblis, Adam dan Hawa tergoda untuk mencicipi buah pohon pengetahuan tersebut. Padahal Tuhan sudah mengingatkan ancaman jika manusia itu memakan pohon tersebut, yaitu kematian (Kejadian 2:17). Adam dan Hawa harusnya sudah bisa membayangkan akibat dari ketidak-taatan itu.  Sayangnya, godaan iblis jauh lebih kuat untuk membutakan pikiran dan hati mereka.

Setelah terjerumus dalam dosa itu, menusia menyadari bahwa mereka telanjang dan harus terpisah dari Tuhan.  Mereka harus menanggung penderitaan dan kesengsaraan hidup hingga pada keturunannya.  Akibat dari dosa itu pula, dunia semakin penuh dan sesak oleh orang berdosa.  Seandainya manusia mendengar perintah Tuhan terkait larangan itu, mungkin saja manusia masih menikmati fasilitas yang tersedia di Taman Firdaus.  Manusia pasti akan menerima hidup kekal di bumi.  Pohon kehidupan merupakan gambaran hikmat Tuhan (Amsal 3:1, Amsal 3:11, Amsal 3:18).  Hikmat-Nya diungkap melalui firman-Nya.  Firman itu telah menjadi manusia (Yohanes 1:14).  Dialah Kristus.  Ketika dimuliakan di atas gunung, Bapa berkata, ”Dengarkanlah Dia (Matius 17:5)”.  Manusia tetap saja bebal, dan jatuh dalam kesukaran besar.

Kisah Adam dan Hawa yang jatuh ke dalam dosa mengingatkan kita tentang ayat Alkitab yang menuliskan tentang ‘mendengar’ dan ‘melakukan’.  Kedua hal ini sama pentingnya karena menjadi motor dari tindakan kita.  Matius 7:24 menuliskan bahwa kita harus menjadi pendengar dan juga pelaku firman.  Terdapat bagian yang lebih menarik tentang hal ini, bahwa firman Tuhan menyatakan bahwa adalah lebih baik melakukan meskipun tidak mendengar dibanding mendengar namun tidak melakukan (Matius 21:28-32).

Jadi apa pilihan Anda hari ini?  Memilih untuk mendengar firman Tuhan dan melakukannya,  atau mendengar namun tidak melakukannya?

8 November 2020
wanda1.jpg

Wanda Freidhof

Outdoor Wedding

Pernikahan Diibaratkan Seperti Pohon

 

 

Beberapa minggu yang lalu saya menghadiri pernikahan dari keponakan kami. Saya jadi teringat dengan pernikahan saya 24 tahun yang lalu, mencoba mengingat kembali janji pernikahan dan mencoba merefleksikan diri dengan renungan yang diberi Bapak Pendeta. Karena janji yang kita ikrarkan bukan hanya kepada pasangan kita, tetapi juga kepada Jemaat dan di depan Tuhan.

Dalam renungan Bapak Pendeta, beliau mengilustrasikan Pernikahan seperti pohon yang baru ditanam, yang semakin tua hendaknya semakin kokoh dan berbuah. Dia tidak membuat contoh seperti bunga yang indah, yang biasanya sebagai dekorasi yang sangat penting di sebuah pernikahan. Karena bunga hanya indah sesaat, dan hanya bertahan beberapa lama yang akhirnya layu dan busuk.

Pohon yang tumbuh sehat dan rindang memerlukan air, matahari dan udara. Begitu juga pernikahan memerlukan kasih, respekt dan pengampunan. Dan setiap pasangan yang baru menikah menginginkan pernikahannya langgeng dan bahagia, bukan kebahagiaan yang sesaat. Apakah kita bisa selalu bahagia dalam sebuah pernikahan? apakah tujuan sebuah pernikahan? Kalau kita memfokuskan bahwa tujuan sebuah pernikahan adalah untuk bahagia, kita tidak akan pernah mendapatkannya. Karena di dalam pernikahan adalah bagaimana kita bertumbuh bersama-sama dan kebahagiaan itu justru ditemukan di tengah perjalanan (proses) yang berlandaskan kepada kasih Kristus. Di mana Tuhan sebagai Penghubung antara suami dan isteri, yang mengandalkan Tuhan dalam kehidupan rumah tangga sehingga suami dan isteri akan benar-benar dapat saling mengasihi, saling mengampuni, saling tunduk, saling menghormati, saling melayani dan saling mendukung satu sama lain.

 

 

Kembali kepada pohon, supaya pohon rindang dan berbuah selalu harus dipupuk dan disiram. Pernikahan juga demikian, sebaiknya selalu disiram dengan penuh kasih dan sukacita seperti  perhatian, pengertian dan pengampunan, yang saya sebut dengan 3P.

Pada hari pernikahan saya, saya dipanggil orangtua saya sebelum kami berangkat ke Gereja, kami berdoa bertiga. Mama dan papa saya memberi saya hadiah yang paling berharga dalam hidup saya. Dua lembar surat yang diketik dalam bahasa Jerman. Saya kutip dan terjemahkan sebagian dari isi surat tersebut : Satu peribahasa mengatakan : « Cinta itu buta » itu ada benarnya karena kita manusia tidak terlepas dari kelemahan dan kesalahan. Tetapi siapa yang memiliki kasih, akan dimampukan memaafkan kelemahan dan kesalahan pasangannya, sehingga kita tidak melihat kelemahan tersebut.

Peribahasa lain mengatakan : Cinta itu membuat mata kita terbuka, artinya kita bisa melihat dan merasakan harapan dan keinginan orang yang kita kasihi. Dengan demikian cinta bukan saja membuat kita buta tapi membuat mata hati kita terbuka seperti yang ditulis dalam 1 Korintus 13 :4-7.

Hal-hal  seperti Kasih, Respekt dan Pengampunan tidak hanya penting  dalam pernikahan tetapi juga di dalam kehidupan kita sehari-hari: dengan tetangga, teman sekerja dan di dalam berorganisasi. Bahwa di atas segala-galanya, dari segala peraturan dan hukum, yang tertinggi adalah hukum kasih. Seperti Tuhan adalah penyayang, pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia (Mazmur 103 :8).

1 November 2020
Vivi.jpg

Vivianne Studler

Grapefruit und Vitamine

Kesehatan Rohani Dimasa Pandemi

 

Hari Rabu yang lalu, pemerintah Swiss mengeluarkan beberapa peraturan baru sehubungan dengan Pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung.

Orang-orang mulai bereaksi, ada yang positif ada yang negatif. Ada yang menggerutu, ada yang hanya berdiam diri ... dan banyak lagi reaksi-reaksi lainnya.

 

Sejak mulainya pandemi Covid-19 ini, kita semakin lebih lagi memperhatikan keadaan dan kesehatan tubuh atau jasmani kita. Cuci tangan dengan bersih, pakai desinfektan, pakai masker, makan makanan sehat, minum Vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh, menghindari atau mengurangi acara kumpul-kumpul.... dan masih banyak lagi.

Semua kita lakukan untuk menjaga agar kita tetap sehat, agar kita tidak tertular oleh Virus yang saat ini sedang semakin naik pamor!!!

Kita juga saling mengingatkan atau menasehati teman-teman atau orang-orang yang dekat dengan kita untuk ekstra berhati-hati lagi.

 

Apakah ada yang salah dengan semuanya itu?

Tidak ada yang salah dengan semuanya itu, bahkan semuanya itu sangat baik.

 

Pertanyaannya sekarang adalah:

Lalu bagaimana dengan “kesehatan” rohani kita?

Apakah kita juga memperhatikan «kesehatan» rohani kita? Atau kita hanya fokus pada jasmani kita yang sebenarnya fana ini???

 

1 Korintus 9, 25-27:

Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.

 

Dalam kehidupan kita didunia ini, jangan kita lupa dan lengah bahwa memang ada pertandingan-pertandingan yang harus kita lewati dan kita harus dapat menguasai diri kita sedemikian rupa hingga kita dapat memperoleh mahkota yang abadi kelak.

 

Begitu sibuknya  saat ini orang-orang memikirkan diri mereka di tengah-tengah pandemi ini ….. wah, semoga saya tidak tertular, semoga orang-orang yang saya kasihi juga tidak tertular … betul bahkan wajib, jika kita harus tetap waspada dan mentaati setiap peraturan yang ada.

 

Atau ada juga yang berpikir bagaimana dengan pekerjaan saya, atau apakah perusahaan tempat saya bekerja dapat bertahan dalam situasi saat ini, dan sebagainya … dan sebagainya … tapi mereka lupa untuk memperhatikan dan menjaga serta meningkatkan daya tahan dan  “kesehatan”rohani mereka.

 

Apakah kita juga sudah menasehati, memberitahu, memotivasi bahkan membimbing orang-orang yang dekat dengan kita, orang-orang yang kita kasihi agar mereka juga menjaga dan meningkatkan “kesehatan” rohani mereka?

Dibalik pandemi ini, saya yakin Tuhan punya rencana yang baik bagi kita semua, yang mungkin saat ini belum bisa kita mengerti.

Justru dengan “ditutup” nya atau “dibatasi” nya pertemuan-pertemuan ibadah di gereja, maka semakin bertumbuh kelompok-kelompok kecil (small group) atau home group yang secara rutin bertemu untuk berdoa bersama, untuk saling menguatkan satu dengan lainnya.

Hal ini mengingatkan kita kepada cara hidup jemaat mula-mula dimana mereka bertekun dalam pengajaran dan dalam persekutuan serta selalu berkumpul bersama.

 

Kisah Para Rasul 2, 42:

Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.

 

 

Juga semakin banyak bertumbuh kelompok-kelompok doa yang dengan giat mendoakan pemerintah bangsa dan negara ini, juga bangsa dan negara kita Indonesia, menopang orang-orang yang membutuhkan kekuatan melalui doa.

 

Kita dapat mendapatkan meningkatkan daya tahan rohani kita melalui seminar-seminar online, live streaming dan masih banyak lagi. Ini semacam vitamin-vitamin tambahan bagi rohani kita. Tapi makanan utama bagi rohani kita adalah Firman Tuhan itu sendiri!

 

Mazmur 119; 105

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

 

Jika pandemi ini berlalu, apakah “daya tahan” rohani kita akan semakin kuat atau malah menjadi lemah?

Jawabannya tidak tergantung pada Virus yang ada saat ini, tapi tergantung pada diri kita sendiri, pada keputusan yang kita ambil.

Karena setiap hari baru adalah  merupakan kesempatan untuk mengubah kehidupan kita, termasuk juga kehidupan rohani kita!

 

Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak kita semua untuk sejenak merenungkan, bagaimanakah keadaan atau kesehatan atau daya tahan rohani kita, khususnya di tengah-tengah maraknya pandemi saat ini?

Apakah kita telah memberikan makanan yang cukup bagi rohani kita sehingga dapat bertumbuh dan berkembang? Atau malah kita lupa memperhatikannya? Apakah kita juga sudah memperhatikan “kebersihan” rohani kita?

Banyak sekali cara yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kesehatan rohani kita, sekalipun mungkin saat tidak mudah bagi kita untuk dapat berjumpa dan beribadah atau bersekutu bersama.

 

Begitu banyak sarana-sarana teknologi yang ada dan tersedia, dari yang gratis hingga yang berbayar … dan melalui sarana-sarana ini, kita tidak saja menguatkan rohani kita sendiri  sehingga tidak menjadi kering kerontang, tetapi kita juga dapat menjangkau lebih banyak lagi jiwa-jiwa diluar sana…

 

Mari kita berpikir “out of the box”, mari kita keluar dari zona nyaman kita, mari kita bangkit berdiri (secara rohani, bukan jasmani) dan tidak tinggal duduk diam, mari kita kembangkan dan gunakan talenta kita   …

Karena kita semua dipanggil dan bertanggungjawab untuk suatu pekerjaan baik yang sudah Tuhan persiapkan bagi kita.

 

Efesus 2, 10:

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup didalamnya.

 

Mari kita juga menjaga hati dan pikiran kita, jangan kita membuka celah bagi Iblis yang berusaha untuk mencuri sukacita dan damai sejahtera kita ditengah-tengah situasi yang tidak nyaman saat ini, yang membuat banyak orang menjadi takut, gelisah, putus asa, depresi bahkan kehilangan pengharapan.

 

2 Timotius 1:7

Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

 

Selamat hari Minggu, Tuhan Yesus memberkati kita semua.

25 Oktober 2020
farry.jpg

Farry Togas

Kochen

"MASIHKAH KITA BISA MENGATAKAN TUHAN BAIK KETIKA SEGALA SESUATUNYA TIDAK SESUAI DENGAN KEINGINAN KITA "


YEREMIA 29: 11
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.


Shalom umat TUHAN yang diberkati.
Semoga pengharapan kita hanya kepada TUHAN YESUS khususnya di saat-saat seperti ini.

Hari-hari ini kita di hadapkan dengan situasi yang membuat hampir semua orang merasa takut dan kehilangan kepercayaan kepada TUHAN.
Bukan tanpa alasan saya menuliskan demikian. Kita tahu bersama bagaimana efek dari Covid 19 yang sudah berjalan hampir 8 bulan dan sampai saat ini semua negara di dunia sedang mencari SOLUSINYA.

Sudah beberapa banyak hamba Tuhan, pendeta, Evangelist, pengurus Gereja serta Jemaat TUHAN yang meninggal oleh karena wabah Covid -19 ini. Belum ditambah lagi dengan masalah-masalah orang-perongan, masalah kehilangan pekerjaan susahnya mencari makan, banyaknya perusahaan yang harus tutup oleh karena Covid 19 ini.
Namun seperti judul tulisan saya di atas.

"MASIHKAH KITA BISA MENGATAKAN TUHAN BAIK KETIKA SEGALA SESUATUNYA TIDAK SESUAI DENGAN KEINGINAN KITA"

Saya jadi teringat kepada  umat Israel pada waktu berada di pembuangan mengalami kehidupan yang tidak baik, diperlakukan sebagai budak pekerja rodi, dan tawanan yang tidak memiliki hak seperti layaknya orang merdeka.
Betapa keadaan itu pastinya sangat memprihatinkan bahkan sangat memilukan namun  dalam  keadaan itu ALLAH memberikan janji-Nya bahwa suatu hari kelak umat pilihan TUHAN akan bebas dan mengalami hidup yang berkemenangan serta diberkati.

Allah menjamin masa depan penuh harapan bagi umat pilihan-Nya, hal itu disampaikan oleh nabi Yeremia dengan mengumandangkan bahwa Allah memberikan rancangan damai sejahtera dan bukan kecelakaan. Dengan mengerti kalimat ini, jelas dipahami bahwa Tuhan merancang hal yang baik bagi umat- Nya.
Memang dalam perjalan umat Israel ke Tanah perjanjian tidak gampang namun TUHAN selalu menyertai Umat-Nya
yaitu dengan Tiang awan di siang dan Tiang api dimalam hari, bagaimana TUHAN memberikan makanan siang dan malam selama 40 Tahun. Bahkan kita ketahui bersama akhir dari perjalanan umat Israel mereka masuk ke tanah PERJANJIAN.  Demikianlah janji TUHAN YA  dan AMIN

Begitu juga dengan keadaan kita saat ini. Mungkin ada diantara kita saat ini yang sedang membaca tulisan ini yang dalam keadaan sakit yang telah mendapatkan Vonis dari dokter atau keluarga yang berantakan atau mungkin yang sedang dalam proses perceraian, memang agak sulit untuk mengatakan "TUHAN BAIK ".

Disaat sedang menghadapi masalah seperti ini  maka sangat susah dan berat mengatakan TUHAN BAIK Karena mata kita, pikiran kita serta nalar kita tertutup oleh
beratnya beban tersebut bahkan mungkin banyak diantara kita akan meninggalkan TUHAN namun dengan berjalannya waktu dan tetap percaya bahwa rencana TUHAN itu BAIK bahkan terbaik buat kita.

 

 

Yang saya mau katakan bahwa memang dalam menghadapi hidup ini  kita harus melewati masalah, tantangan hidup, persoalan bahkan sebetulnya lewat semua masalah yang kita hadapi TUHAN sedang mempersiapkan atau memproses kita untuk naik ke level 1 tingkat.

KESAKSIAN HIDUP

Ditahun 2008 sewaktu saya bekerja di Lausanne salah satu kota kecil di Swiss Kira-kira 60 km dari Geneva.
Selama setahun saya bekerja dari awal restaurant tersebut saya bekerja sebagai Chef. Dan harus berangkat setiap hari dari rumah jam 7.30 pagi oleh karena saya harus naik train dan pulang ke rumah jam 12 malam terkadang jam 02 pagi, oleh karena train terakhir yang seharusnya saya tumpangi sudah lewat dan akhirnya saya harus mencari train lain.


Dan beberapa bulan kemudian owner dari restaurant tersebut mengambil assistant buat saya agar jalannya restaurant semakin lancar.
Namun dalam perjalanan kami bekerja sama selalu ada saja masalah yang mana orang tersebut saya rasa mau mencoba menjatuhkan saya atau dengan kata lain selalu mencari muka didepan Boss. Dan akhirnya apa yang saya rasakan terjadi, suatu hari saya dipanggil oleh owner restaurant dan mengatakan bahwa dia sudah tidak membutuhkan saya lagi.


Puji TUHAN di saat saya mendengar kabar tersebut saya hanya bisa menarik napas dan mengucap syukur kepada TUHAN. Karena saya tahu pekerjaan tersebut dari TUHAN dan saya terlalu yakin bahwa TUHAN akan memberikan pekerjaan yang lebih BAIK... Amin.
Dan betul sekali, 2 minggu sebelum saya keluar dari restaurant tersebut TUHAN sudah menyiapkan tempat pekerjaan yang cocok, dekat dari rumah, gaji lebih besar, sabtu dan minggu libur. Setelah saya sign kontrak dengan tempat kerja yang baru saya hanya bisa
TERSENYUM DAN BERTERIMA KASIH KEPADA TUHAN.
Karena terkadang TUHAN menutup satu pintu agar pintu lain bisa terbuka namun respon kita disaat pintu tertutup adalah MENGUCAP SYUKUR.

Karena di Firman Tuhan mengatakan di dalam
1 Tesalonika 5:18
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.


SEMOGA KESAKSIAN INI BISA MENJADI BERKAT

Namun kita harus percaya apa yang Firman TUHAN katakan jangan mencoba mencari-cari alasan untuk mengurangi janji TUHAN kepada kita.
Sekali lagi jangan hidup oleh karena perasaan, hiduplah oleh IMAN jadi yakinlah bahwa inilah rencana TUHAN yang terbaik buat kita.

RENUNGAN:

BANYAK ORANG KRISTEN YANG MASIH SAJA MERAGUKAN KEMAMPUAN TUHAN DALAM MEMELIHARA MEREKA, KARENA ITU MARI KEMBALI LAGI KEPADA JANJI TUHAN DAN PERCAYA BAHWA DIA AKAN MENEPATINYA

SEMOGA TULISAN INI BISA MENJADI BERKAT BUAT SETIAP KITA YANG MEMBACANYA DAN BISA MENERAPKAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.


MAJU TRUS BERSAMA TUHAN DAN MENGATAKAN TUHAN ENGKAU BAIK ... AMIN


SELAMAT HARI MINGGU
SALAM DAN DOA
 

19 Oktober 2020
Alfonso.jpg

Alfonco Sinaga

Modern Office

BILA TUHAN MAU, TUHAN BISA MEMBALIKKAN KEADAAN

 

Sebuah kisah nyata dari perjalanan hidup saya 20 tahun lalu. Waktu itu saya melamar pekerjaan di Jakarta setelah lulus dari sebuah PTN di Medan tahun 1999. Zaman itu belum sebaik sekarang tentang rekrutmen, yang mana jaringan sesama alumni sangat terasa (nepotisme). Sebagai alumni PT (Perguruan Tinggi) luar Jawa, sangat terasa betapa sulitnya bersaing dengan para lulusan PT dari Jawa, baik itu swasta maupun negeri.

 

Tibalah pada hari H, kami sekitar 12 orang dipanggil untuk tahap wawancara, 2 orang termasuk saya berasal dari Sumatera dan yang 10 orang berasal dari Jawa. Yang akan diterima adalah 5 orang. Singkat cerita, beberapa minggu kemudian datanglah telepon pagi-pagi dari perusahaan yang mewawancarai tersebut. Bagai petir di siang bolong, kami berdua yang datang merantau dari Sumatera seperjalanan, dinyatakan tidak lulus. Kontan saja, kami dan saya terutama langsung lemas tidak berdaya, sebab pekerjaan ini sangatlah saya harapkan, setelah sekian bulan tidak mendapat pekerjaan di Jakarta, apalagi saya menumpang di rumah saudaranya teman saya ini (yang meskipun puji Tuhan sangat baik dan pengertian), perlahan saya sudah merasa tidak enak, apalagi mereka adalah keluarga baru. Sampai kapan saya menganggur, dan rasa tidak enak membebani orang lain, karena kebutuhan saya sehari-hari, makan dan minum adalah dari saudaranya teman saya ini. Abangnya teman saya ini pun masih menganggur, sedang mencari pekerjaan, sementara istrinya yang bekerja di sebuah perusahaan broker yang penghasilannya pun tidak menentu. Artinya di dalam rumah itu, ada 3 orang laki-laki dewasa menganggur dan 1 perempuan yang bekerja untuk menghidupi kebutuhan kami sehari-hari. Sungguh berat.

Seharian saya termenung, murung, tidur-tiduran, makan tidak selera, menangis dalam sembunyi, karena saya merasa sangat layak mendapatkan pekerjaan itu, karena meskipun saya lulusan PTN luar Jawa, saya sangat mengerti dan menguasai ilmu dan materi wawancara yang diberikan oleh pewawancara itu. Berdasarkan kemampuan saya meladeni setiap pertanyaan saat wawancara tersebut saya merasa sangat layak untuk diterima. Belum lagi kebetulan ada Abang Kelas saya yang kebetulan kenal dengan salah satu pewawancara itu, apalagi melalui Kakak Kelas saya inilah lamaran saya kirim. Saya yakin Kakak Kelas ini bisa memberikan rekomendasi tentang siapa saya, karakter saya, integritas saya.

Hal itulah yang terus bergelayut dalam pikiran saya sejak pagi harinya. Asli siang itu saya tidak makan, tidak selera, diajak berbicara oleh teman saya pun saya tidak selera, dia selalu berusaha menenangkan saya. Sebab perasaan saya keputusan ini sungguh tidak adil. Saya berdoa kepada Tuhan dan menangis, kenapa peluang ini yang paling saya harapkan lolos malah tidak berhasil? Sebab sudah ada ratusan lamaran yang saya kirim sebelumnya dan beberapa di antaranya sampai tahap wawancara juga, namun selalu kandas. Hingga pada peluang ini, yang direkomendasikan oleh Kakak Kelas saya itu, wajar dong saya merasa lebih optimis. Pikiran saya lalu mulai marah dan jengkel, jam demi jam berlalu pada hari yang tidak akan saya lupakan itu, apakah karena saya lulusan universitas luar Jawa? Itulah pertanyaan yang berulang-ulang muncul dalam pikiran saya. Kebetulan yang dinyatakan lulus adalah semua alumni universitas dari Pulau Jawa, dan yang mewawancarai pun alumni mereka juga. Marah, jengkel, sakit hati, merasa dicurangi, nepotisme, merasa Tuhan tidak adil, dan sebagainya. Belum lagi saya ingat waktu wawancara, dari pagi kami menunggu baru sore menjelang malam dipanggil. Seharian kami dengan sabar menunggu di lobby, gusar dan gelisah, hanya kami berdua saja dengan teman saya ini yang seperti ini, yang lain sudah diwawancarai hari-hari sebelumnya.

 

 

Saya mulai berpikir jangan-jangan kami dipanggil wawancara hanyalah formalitas, untuk sekedar menghormati kenalannya yang telah merekomendasikan kami, itulah pikiran negatif yang selalu merasukiku, nyaris ada rasa dendam dan sakit hati karena kejamnya perlakuan yang saya peroleh. Pas hari wawancara itu, makan siang pun kami peroleh dari sisa makanan rantangan jatah makan siang karyawan di pabrik itu. Kami akhirnya diberikan orang HRD makanan tersebut setelah semua karyawan makan siang. Kami tidak ada duit, kami hanya menunggu di lobby hingga orang HRD kebetulan lewat dan lalu menanyakan apakah kami sudah makan siang, dan kami tidak tahu kemana harus cari makanan, sebab kawasan itu adalah kawasan industri, bukan tempat umum, sulit menemukan warung makan, dan kendaraan kami pun tidak ada, selain andalin ojek, dan ongkos pun pas-pasan di kantong, yang mana itu kami butuhkan untuk pulang nanti, sebab kami tidak menyangka akan seharian di sana. Dan kami juga takut keluar jalan kaki kalau sewaktu-waktu dipanggil untuk wawancara.

 

Sore menjelang jam kantor tutup, lalu kami dipanggil ke ruangan untuk wawancara, ruang kerja yang mewawancarai, mereka ada 2 orang, berjam-jam kami ditanyai, diskusi, berdebat, hingga akhirnya selesai jam 21 malam. Kami pun pulang naik ojek, dengan kondisi perut sudah lapar, belum lagi AC ruangan wawancara yang sangat dingin. Dalam perjalanan, di gelapnya malam, remang-remang lampu jalan, saya menangis, seketika saya ingatlah ibu saya di kampung, seandainya dia tahu perjuangan anaknya begini saya yakin dia pun akan ikut menangis. Hanya supir ojek itulah saksi bisu, yang meskipun pasti dia tidak menyadari karena dia konsentrasi melihat jalan dan suara motornya yang keras pasti dia tidak tahu kalau orang yang duduk di belakangnya sedang menangis meratapi kejamnya dunia.

 

Pengalaman-pengalaman itulah yang kembali terputar ulang sewaktu dapat telepon tidak lulus itu melalui warnet dekat rumah (karena waktu itu saya belum memiliki HP).

Namun tiba-tiba sore hari menjelang senja, si Abang penjaga warnet seperti tadi pagi datang lagi panggil saya ke rumah tumpangan yang berjarak sekitar 100 m dari warnetnya, katanya „Bang ada telepon, dari perusahaan yang tadi pagi“. Saya pun langsung bergegas sembari degup jantungku berdetak tidak karuan, penasaran tingkat dewa, saya sambil berlari kecil menuju warnet si Abang itu. Kira-kira 5 menit saya tunggu di sana, telepon warnet itu pun berdering, lalu saya angkat. Di ujung telepon ada seorang Bapak yang berbicara, saya tidak kenal, dia bukan yang mewawancarai kami dan bukan dari HRD (Belakangan saya tahu adalah Direktur Teknik di perusahaan tersebut, yang notabene levelnya berada setingkat di atas orang yang mewawancarai kami tempo hari). Lalu Bapak itu berkata „Kamu diterima, ada kesalahan tadi pagi“, Bapak itu berbicara dengan nada tinggi dan seperti marah (belakangan saya tahu Beliau marah kepada 2 orang yang mewawancarai saya, konon Bapak itu kecewa). Dan singkat cerita Puji Tuhan saya pun akhirnya diterima dan atasan manager saya kelak adalah si Bapak itu tadi.

 

Seketika wajahku berubah, sumringah berseri-seri, dan melompat kegirangan, sampai si Abang penjaga warnet pun memeluk saya dia ikut senang. Sunset sore itu yang merah merona serasa sangat indah dan damai. Dan saya mengenang kejadian tersebut dengan istilah „pagi tempe, sore tahu“. Karena pagi hari saya dinyatakan gagal tapi sore hari saya dinyatakan berhasil, dua hal yang bertolak belakang. Dan dari pekerjaan tersebutlah akhirnya saya bisa melamar dan bekerja di Swiss, 7 tahun berikutnya, yang mana itupun tidak pernah terlintas dalam pikiran saya sebelumnya. Dan saya sangat meyakini bahwa Tuhan campur tangan dalam kejadian itu, sangat sulit saya gambarkan tapi alam roh saya berkata demikian, dan itulah sebabnya saya terus belajar untuk tidak pernah meninggalkan Tuhan karena Tuhan tidak pernah meninggalkan saya.

 

Pesan moral dari kisah ini, bila Tuhan berkenan, Tuhan dapat membalikkan keadaan “pagi tempe, sore tahu”. Seperti pengalaman saya.

Roma 8:31b “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”

 

Sekian dan Terimakasih, Tuhan memberkati

11 Oktober 2020
frankie1.jpg

Frankie Massie

Kirche auf Schneekuppe

TEGUH BERDIRI

Agar kita tidak tersandung atau terhalang.

 

Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung. - Yudas 1:24

 

Yudas 1:24-25

Setiap hari kita menghadapi pencobaan (dan bahkan ajaran sesat) yang berusaha mengalihkan, membingungkan, dan menjerat kita. Namun pada akhirnya, bukan usaha kita sendiri yang membuat kita dapat teguh berdiri menjalani kehidupan ini. Ketika kita dapat bersikap tenang saat tergoda untuk marah, bersikap jujur daripada berbuat curang, memilih untuk mengasihi daripada membenci, atau memilih yang benar daripada yang salah, kita dapat meyakini bahwa kita sedang mengalami kuasa Allah yang menjaga kita agar tidak tersandung (Yudas 1:24). Kelak, ketika kita diperkenankan berdiri di hadapan Allah pada saat Kristus datang kembali, puji-pujian yang kita panjatkan sekarang atas anugerah-Nya yang menopang kita akan terus bergema sampai selama-lamanya (Yudas 1:25)

 

Adakah di antara kita yang belum pernah terpuruk dalam hal apa pun? Bukankah menyenangkan apabila kita memiliki sesuatu atau seseorang yang siap menjaga langkah kita setiap saat?

Meski adakalanya kita tumbang secara fisik, ada satu Pribadi yang senantiasa siap menolong ketika kita berupaya menghormati Kristus dalam kehidupan di tengah dunia ini. Dia juga menyiapkan kita untuk dapat teguh berdiri dengan penuh sukacita di hadapan-Nya dalam kehidupan kekal kita kelak.

 

Bapa, terima kasih karena Engkau senantiasa menjaga jiwa kami.

 

Yudas 1:24-25

Bagi Dia, yang berkuasa  menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda  dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya,  Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya.

 

Di tengah belantara dunia dengan berbagai ajaran sesat yang selalu berusaha menghadang perjalanan iman, orang Kristen tidak boleh sendirian. Yang berbeda adalah, orang Kristen ditemani oleh satu Pribadi yang jauh lebih berkuasa, yaitu Allah. Inilah yang diyatakan Yudas di bagian penutup suratnya. Yudas ingin meyakinkan para pembaca suratnya mengenai kuasa Allah yang akan menolong mereka, agar tetap setia di tengah berbagai ancaman terhadap iman mereka. Bagian penutup ini seolah ingin mengangkat semua permasalahan yang dihadapi orang percaya di bumi ke hadapan Allah.

 

Yudas memang tidak ingin pembaca suratnya terpojok dalam kegelapan masalah. Ia ingin mengingatkan mereka bahwa Allah berkuasa membawa setiap orang, yang adalah milik-Nya, ke hadapan-Nya. Selain itu, pernyataan Yudas di akhir surat mengenai Allah memperlihatkan bahwa Ia adalah Juruselamat melalui Tuhan Yesus Kristus. Maka apa pun yang dikatakan oleh para penyesat itu, orang percaya harus yakin bahwa hanya ada satu Allah dan Juruselamat. Di dalam Dialah ada kemuliaan, kebesaran, kekuatan, dan kuasa (Yudas 1:25). Maka seberapa besar pun ancaman dari si penyesat, Allah jauh lebih besar. Dialah Pemenang. Hanya jika kita tetap tinggal di dalam Dia, kita mendapat jaminan untuk menang juga. Hanya dengan beriman kepada kuasa Allah kita akan berdiri teguh dalam iman kita kepada Dia. Yudas adalah kitab yang penuh dengan peringatan akan bahaya, tetapi kemudian ditutup dengan penuh keyakinan akan Allah dan kuasa-Nya. Bahaya yang dihadapi orang beriman, memang seharusnya semakin memperkokoh iman kita kepada Allah yang Maha Kuasa itu.

 

 

Tekun dalam Iman dan teguh dalam pengharapan.

 

Secara umum, tekun dalam iman berarti rajin dan sungguh-sungguh dalam mempercayai keyakinan dan ketetapan hati. Seseorang yang bertekun dalam iman, ia tidak mudah dipengaruhi atau digoyahkan oleh sesuatu yang menimpanya. Ia juga tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh gelombang persoalan, tetapi tetap teguh dalam imannya kepada Yesus Kristus, Tuhan kita.

Teguh dalam pengharapan berarti tetap tidak berubah dalam harapan, keinginan, permohonan atau pun permintaan. Tetap dan tidak berubah seperti awalnya. Seseorang yang teguh dalam pengharapan, ia tidak mudah dipengaruhi atau digoyahkan. Dia akan bertahan, bahkan tahan uji, sampai harapan, permohonan, permintaan atau keinginannya dapat terpenuhi dan menjadi kenyataan.

Namun, beberapa fenomena menunjukkan bahwa tidak semua orang dapat tetap teguh dalam pengharapan, permohonan, permintaan atau keinginannya. Ada orang-orang tertentu yang justeru sering diombang-ambingkan oleh pengharapan, permohonan, permintaan atau keinginan mereka.

 

Berdiri Teguh diatas kebenaran.

Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat (Matius 5:37)

Perintah ini diucapkan oleh Yesus pertama kali ditujukan kepada murid muridNya, kemudian Matius dan juga Rasul yang lain menuliskannya menjadi peringatan kepada semua manusia sepanjang jaman.

 

Tidak sedikit di antara kita yang mungkin setelah ikut Tuhan hidupmu malah lebih susah dan mengalami kesulitan lebih berat. Paulus mengingatkan apa yang menjadi penghiburan dan kekuatan bagi kita, arahkan mata kita ke atas, karena harta kita di surga, di situlah mata kita melihat, di situ kita berjalan. Paulus menyebut jemaat Filipi “sukacitaku dan mahkotaku” berarti satu hari kelak di sana baru kita lihat bahwa ini adalah hasil pelayanan dari hidup kita yang tidak akan pernah bisa direbut oleh siapapun, stand firm, jangan goyah. Itu juga kalimat yang Paulus katakan kepada jemaat Korintus, “Karena itu, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Korintus 15:58).

 

Kita tidak punya kekuatan pada diri kita sendiri. Kekuatan itu baru kita dapatkan pada waktu kita kembali lagi kepada Tuhan. Kita tahu Tuhan tidak pernah memberikan sesuatu dengan maksud dan tujuan untuk mencelakakan kita. Kita harus berjalan dengan Dia apapun kesulitan dan tantangan yang kita alami tidak pernah menjadi tujuan akhir Tuhan dan tidak pernah menjadi hukuman dari Tuhan kepada kita. Itulah sebabnya kita harus berdiri teguh dan berjalan terus maju. Hati tetap teguh berjalan menghadapi kesulitan meskipun kesulitan itu tetap sama, tidak berbeda dengan hari kemarin, dan juga tidak menjadi janji hari ke depan akan berbeda,

 

-Sebab, puji Tuhan, kenapa firman Tuhan ‘jangan takut, teguhkanlah hatimu’ selalu muncul di Alkitab, karena itu adalah proses yang Tuhan pakai untuk mendewasakan rohani kita. Kita perlu memiliki perasaan hati yang bisa membedakan antara apa artinya takut yang didasarkan oleh rasa tidak percaya dengan berani berjalan di tengah situasi yang tetap sama tetapi justru menjadikan hati kita melihat itu sebagai langkah kita berjalan dengan iman.

 

-Perjalanan itu tidak akan pernah selesai. Tantangan, kesulitan, terus datang silih berganti di dalam hidup kita. Pemazmur berkata, nantikanlah Tuhan bertindak dalam hidupmu. Kiranya firman Tuhan menguatkan kita sekali lagi untuk tetap teguh berdiri di dalam Tuhan, tidak menjadi lemah dan goyah di dalam hidup ini. Walaupun hidup kita lelah diterpa topan dan badai dan kaki kita begitu lelah menahan angin yang tidak henti-hentinya bertiup dengan keras di sekeliling kita, jangan akhirnya kita menjadi takut dan kehilangan fokus sehingga kita tidak mampu menyadari kehadiran Tuhan di dekat kita. Jangan sampai kekuatiran dan pencobaan untuk mencari jalan yang cepat dan mudah mau menikmati segala sesuatu dengan mengabaikan Tuhan menjadikan kita goyah dan memilih jalan yang tidak benar. Kiranya Tuhan menolong kita dan menjaga hati kita dan menuntun jalan kita agar tidak tergelincir dan jatuh.

 

Di tengah segala sesuatu yang menantang biar kita tetap teguh berdiri karena kita percaya kepada firman Tuhan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan tidak akan pernah dikecewakan olehNya. Amin.

 

Tuhan memberkati.

4 Oktober 2020
elma.jpg

Elma Roux

Mädchen Holding Bble

Menjaga Hati

 

Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu.
Lukas 22:3 TB

Yudas Iskariot  seorang  murid Yesus, bukanlah murid biasa tetapi dia adalah salah seorang dari 12 murid terdekat Tuhan Yesus yang selalu bersama-sama dengan Dia, bahkan menjadi orang kepercayaan untuk menjadi pemegang uang kas dalam pelayanan Tuhan Yesus.
Sekalipun sudah sedekat ini kepada Tuhan Yesus, saat dia tidak berjaga-jaga dan membuka celah, iblis segera  mengambil kesempatan untuk  masuk ke dalam dia.

Masuknya melalui pikiran, mencemari semua  pikiran baik Yudas yang sebelumnya diisi dengan pengajaran dari Tuhan Yesus, dengan melihat  dan mendengar bagaimana Tuhan Yesus mengasihi orang-orang yang datang kepadaNya.

Bagaimana Yudas bisa  membuka celah?
Dengan tidak menjaga hatinya.
Dalam kitab Yohanes 12:1-8  dituliskan kisah Tuhan Yesus yang  diurapi di Bethania oleh Maria dengan 1/2 kati minyak narwastu murni yang mahal harganya. Perbuatan Maria ini dikecam oleh Yudas Iskariot  sebagai pemborosan dan perbuatan yang sia-sia. Mengapa tidak menjual minyak narwastu ini 300 dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin???
Kedengarannya ide dan pemikiran Yudas baik, tetapi Tuhan Yesus tahu idenya ini tidak disertai dengan ketulusan dalam  memperhatikan nasib orang-orang yang  miskin melainkan untuk kepentingan dirinya sendiri.
Karena sebagai pemegang kas, dia sering mencuri uang dari kas yang dipegangnya.
Sehingga Tuhan Yesus berkata: “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.” Yohanes 12:4-7
Hati Yudas menjadi sakit setelah mendengarkan Tuhan Yesus membela Maria dan ini membuka celah untuk iblis masuk ke dalam dia.

Tujuan iblis dalam hidup manusia adalah mencuri, membunuh dan membinasakan...saat seseorang  memberi kesempatan kepada iblis untuk masuk ke dalam dirinya, Iblis tidak akan tinggal diam, mencuri semua pikiran  yang baik, dan berusaha terus menerus menggantikannya dengan pikiran-pikiran dan rencana-rencana yang jahat.

Setelah Yudas mengijinkan iblis mencuri pikiran yang baik daripadanya, langkah iblis selanjutnya adalah mengajarkan strategi apa yang dilakukan untuk  menyerahkan gurunya.
Padahal sebelumnya Yudas tidak pernah kursus untuk  belajar strategi bagaimana caranya untuk menyerahkan Yesus kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah,  tetapi iblis yang di dalam dialah yang menuntun langkah demi langkah yang perlu dilakukannya dan Yudas manut saja dan  tidak berusaha mengalahkan pikiran yang diajarkan Iblis.

​​

Iblis tahu Yudas mencintai uang, yang mana sebagai  bendahara pelayanan Yesus, dia sering mencuri kas yang dipegangnya.Iblis melalui para imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah tidak menawarkan janji hal-hal yang tidak disukai Yudas, seperti  diundang jalan-jalan, diberi jabatan yang tinggi, dijanjikan perempuan cantik,  tetapi dijanjikan untuk diberi sejumlah UANG.

Dan  dia semakin terseret oleh dosa pikirannya, ia menyetujui ajakan iblis dalam hatinya, menerima tawaran 30 keping perak ganti gurunya.
Sejak saat itu, dari waktu ke waktu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus kepada mereka tanpa diketahui orang banyak.
Sampai niatnya terlaksana, uang 30 keping perak ada dalam genggamannya. Tetapi itu tidak membuatnya berbahagia, tetapi membawa dia kepada kehancuran, pada akhirnya dia melihat uang itu tidaklah membawa sukacita.


Yudas menyesal setelah melihat gurunya dijatuhi hukuman mati. Imam-imam kepala dan tua-tua yang awalnya bermanis-manis dan baik kepadanya tidak mau lagi berurusan dengannya, Yudas mau menyesal atau tidak, mereka sudah mendapatkan yang diinginkan.
Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, dan berkata: “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.” Tetapi jawab mereka: “Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!” Maka ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri.
Matius 27:3-5 TB

Akhir hidup Yudas, mati mengenaskan dengan menggantung diri. Goal iblis dalam hidupnya, mencuri, membunuh dan membinasakan, itu yang terjadi.
Padahal Tuhan Yesus mempunyai goal dalam hidup Yudas, memberi hidup dan hidup dalam kelimpahan.

Pilihan ada pada setiap orang, mengijinkan iblis menguasai pikirannya, bermimpi mendapatkan semua janji-janji manis dan mengikuti semua ajakan Iblis atau mengijinkan Roh Kudus untuk menguasai pikirannya sehingga saat ada celah yang dibuka, iblis mencoba mendustai, tetap TUNDUK KEPADA TUHAN, MENGIKUTI SEGALA PERINTAH-NYA maka iblis akan segera lari kocar-kacir dari hadapannya.


Hidup berjalan dalam rencana dan goal Kristus dengan hidup menjaga hati dengan segala kewaspadaan dan menuruti setiap perintahNya  akan membawa kepada kehidupan atau hidup berjalan dalam rencana dan goal Iblis yang akan membawa kepada kebinasaan.

Yakobus 4:7
Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Amsal 4:23 TB

Tuhan Yesus memberkati 🙏

27 September 2020
Susi.jpg

Susie Lehmann

regen-Sturm

Apakah Aku Dapat Berserah Dan Bersabar Seperti Ayub?

 

Pernahkah pertanyaan seperti ini terlintas di benak kita saat kita sedang dilanda musibah yang sepertinya tiada henti? Sanggupkah aku?

 

Mengapa kita diajar untuk selalu berserah kepada Tuhan?

Saat kita sedang dalam keadaan tertekan, di dalam kesulitan, saat sakit parah, dalam keadaan berduka dan dilanda musibah, masih dapatkah kita mengucap syukur? Atau haruskah kita mengucap syukur jika kita berada dalam keadaan atau situasi yang tidak seperti kita harapkan?

 

Baik disadari maupun tidak disadari, sering kita bertanya, mengapa ini semua terjadi terhadap diriku? Apa salahku? Apa yang telah aku perbuat yang sudah menyakiti hati Tuhan, sehingga Tuhan «menghukum» aku?

 

Reaksi tiap-tiap orang pasti berbeda. Ada yang cenderung menjadi marah dan memberontak kepada Tuhan serta menganggap bahwa Tuhan itu tidak adil, ada yang menangis dan meratapi nasibnya, atau ada yang mengurung diri dirumah dan tidak ingin berbicara kepada siapapun. Hati terasa hambar dan kosong.

 

Jika ada teman seiman yang menasehati:

Tuhan tidak akan mencobai kita melebihi kekuatan kita sendiri (Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya - 1 Korintus 10:13) rasanya munafik.

Sehingga sering kita berprasangka bahwa orang tersebut belum pernah mengalami musibah yang berat, sehingga begitu mudah baginya untuk menasehati dengan perkataan tersebut.

 

Dalam keadaan atau situasi seperti ini, kisah Ayub akan dapat membantu kita, bahkan mungkin akan dapat mengubah pola pikir kita.

Ayub adalah orang yang sangat saleh, jujur dan takut akan Tuhan. Dalam keadaannya yang sangat menyedihkan, Ayubpun protes dan melontarkan pertanyaan mengapa Tuhan membiarkan dia mendapat musibah demi musibah yang dahsyat?

Hingga akhirnya Ayub sendiri menyadari dan menyesal, serta berkata:

(Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu - Ayub 42:6).

 

Ayub sadar bahwa sebagai manusia biasa dia tidak dapat mengubah kehendak ataupun keputusan Tuhan. Yang dapat Ayub lakukan adalah berserah dan terus menerus memohon dan berdoa untuk kasih Tuhan, karena Dialah yang berkuasa. 

 

Jika saat ini kita merasa bahwa kita sedang berada dalam situasi yang terburuk yang pernah kita hadapi, tetaplah bersabar. Jika pikiran dan akal sehat kita yang tidak dapat mengerti dimana letak kesalahan kita, tetaplah bersabar.

Jika kemelut dan musibah melanda kehidupan kita, tetaplah bersabar dan berserah.

 

Berserah dan memohon bantuan serta belas kasih Tuhan, karena kita tahu bahwa kekuatan kita sangat terbatas dan selama kita masih menjalani kehidupan di dunia ini, pasti ada pergumulan-pergumulan yang harus kita lalui.

 

Pergumulan atau ujian-ujian yang Tuhan ijinkan ini, merupakan suatu proses yang akan membuat kita mengenal Tuhan semakin lebih dekat dan lebih intim lagi. Untuk dapat melewati proses tersebut tentu saja dibutuhkan kerja keras dan ketekunan, serta kesabaran yang merupakan kunci utama dalam melewati setiap pergumulan hidup yang ada.

(Dan bukan hanya itu saja, kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan - Roma 5:3-4)

 

Dibalik semua pergumulan hidup kita, pasti ada rencana Tuhan yang luar biasa bagi diri kita, sekalipun saat ini kita belum dapat untuk mengerti.  

 

Amin

20 September 2020
Chris.jpg

Christiana Streiff

Wüstenpflanze

Renungan Tentang Lahir Baru- Bertepatan Dengan Tahun Baru Umat Israel



 

Pada tanggal 18 September - 20 september 2020, merupakan Perayaan Rosh Hashanah atau dikenal sebagai perayaan tahun baru Israel. Perayaan ini dilangsungkan selama dua hari untuk merayakan menyambut hal-hal baru yang Tuhan akan perbuat dalam hidup umatNya.

 

Perayaan Rosh Hashanah mengajarkan kita, bahwa sebagai manusia yang lahir baru, kita harus berani meninggalkan segala hal kebiasaan lama kita untuk memperbaharuinya dengan perubahan-perubahan baik.

seperti yang telah tertulis dalam 2 Korintus 5 : 17,

 

“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, Ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”

 

Di dalam kehidupan yang saya sendiri alami, saya percaya akan Firman Tuhan Yesus diatas, pada waktu saya mengalami pergumulan dengan kondisi anak saya, Celine.

Saya sempat merasa bahwa Tuhan Yesus itu tidak adil, karena memberi hadiah saya, anak yang cantik dan pandai tetapi ada syaratnya. Dikarenakan, pada waktu umur 3,5 tahun, Celine didiagnosa, tubuhnya kekurangan hormon pertumbuhan, oleh karena itu, dia diharuskan untuk menyuntik tubuhnya sendiri hormon pertumbuhan, jika tidak, tubuhnya tidak tumbuh dengan normal atau tinggi badannya akan jauh lebih pendek daripada anak-anak seumurnya.

 

Saya kecewa, menangis dan marah kepada Tuhan Yesus. Sampai saya sembunyikan hal tersebut di lingkup teman-teman saya. Meskipun secara medis, dokter yang menangani meyakinkan saya, akan suatu hal yang positif menuju suatu hal yang sangat baik. Tetapi saya terus berdoa, semoga kita diberi kemudahan dan keberhasilan proses panjang ini agar berhasil dengan baik. Meskipun, saya tetap berkeras hati, saya tetap kecewa dengan Tuhan Yesus.

 

Singkat cerita, akhirnya saya hanya bisa berserah dengan apa yang Celine harus jalani, karena inilah jalan dan kehendakNya. Sampai akhirnya, saya melihat proses yang saya lalui sebagai bagian dari kehidupan, karena tubuh Celine membutuhkan, dan sesuatu yang normal atau routine, bukan hal yang annex lagi. Terbiasa melihat hormon yang disuntikkan ke tubuhnya kadang menyebabkan bekas biru di titik belas suntikan.

 

 

Luar biasa, Tuhan Yesus maha kasih dan sangat sabar dan Tabib dari segala tabib. Saya akhirnya, sadar sendiri, saya tidak boleh berlarut dengan kekecewaan. Saya melihat perkembangan yang sangat baik pada Celine dari tahun ke tahun. Puji Tuhan, dokter yang menangani, dengan baik dan sabar, menjelaskan segala hal setiap kali periksa dan kontrol, sangat puas dengan pertumbuhan Celine. Saya pun sangat percaya, dokter dan para suster adalah kepanjangan tangan Tuhan Yesus. Malaikat tak bersayap-seperti sebuah lagu…

Tidak terasa setelah menjalani 6 tahun proses therapy ini, saya mulai memberanikan diri untuk bersaksi kepada teman-teman dalam suatu kesempatan di suatu persekutuan doa, juga dengan beberapa teman lainnya.

 

Di luar dugaan saya, mereka tidak hanya mendoakan tetapi juga memberi semangat dan energi positif bagi saya. Sampai dengan hari ini saya percaya, saya semakin dipulihkan begitu juga Celine, dia akan terus tumbuh dan terus dipulihkan. Kami semua tahu dan menyadari akan Kasih Karunia dari Tuhan Yesus ini.

Dengan kesaksian ini, saya ingin mengajak para saudara seiman, untuk meng-imani ayat dalam Kitab Suci,

 

Yesaya 43, 18-19

 

18 FirmanNya, Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala!

19 Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.

 

Tuhan Yesus adalah Tuhan yang mampu mengubahkan sesuatu untuk hal yang lebih baik dan hal yang menurut, pemikiran atau penglihatan manusia, sesuatu yang mustahil. Seperti makna dari Perayaan Rosh Hashanah .

 

Perayaan ini melambangkan harapan untuk tahun-tahun yang akan datang, sesuatu yang baru, baik dan "manis".

 

Hallelujah 🙏🏻

13 September 2020
Cynthia.jpg

Cynthia Kaluntas Lebet

Anstarren heraus zum Meer

KENAPA SAYA, TUHAN ?

Arthur Robert Ashe, Jr adalah seorang pemain tenis Afrika-Amerika ternama dengan rekor karir : 818 kemenangan, 260 kekalahan dan 51 gelar. Ia lahir dan besar di USA. Arthur Ashe satu-satunya orang kulit hitam yang memenangkan gelar tunggal di Wimbledon, AS Terbuka, atau Australia Terbuka.

Pada tahun 1983, Arthur menjalani operasi jantung untuk kedua kalinya untuk memperbaiki operasi bypass sebelumnya. September 1988, ia dirawat di rumah sakit setelah mengalami lumpuh di lengan kanannya. Setelah menjalani operasi eksplorasi otak dan sejumlah tes, dokter menemukan bahwa ia menderita toksoplasmosis, penyakit parasit yang sering ditemukan pada orang yang terinfeksi HIV. Tes berikutnya kemudian mengungkapkan bahwa ia mengidap HIV positif. Arthur dan dokternya yakin bahwa dia tertular virus dari transfusi darah yang diterima saat operasi jantung kedua. Ashe dan istrinya memutuskan untuk merahasiakan penyakitnya demi putri mereka, yang saat itu berusia dua tahun.

 

Menjelang kematiannya ia menerima surat dari penggemarnya di seluruh dunia, salah satunya berisi: "Mengapa TUHAN harus memilihmu untuk penyakit yang begitu buruk?"

 

Untuk ini Arthur menjawab:

⁃ 50 Juta anak mulai bermain Tenis,

⁃ 5 Juta belajar bermain Tenis,

⁃ 500.000 mempelajari Tenis secara Profesional,

⁃ 50 Ribu datang ke Sirkuit,

⁃ 5 Ribu mencapai Grand Slam,

⁃ 50 mencapai Wimbledon,

⁃ 4 mencapai Semifinal,

⁃ 2 mencapai Final dan

 

Ketika saya memegang piala di tangan saya, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan: Mengapa Saya? Jadi sekarang saya kesakitan, bagaimana saya bisa bertanya kepada Tuhan: "Mengapa Saya?"

 

Kebahagiaan… membuatmu tetap manis!

Ujian ... Membuatmu tetap kuat!

Kesedihan ... membuatmu tetap manusiawi!

Kegagalan… membuatmu tetap rendah hati!

Sukses… membuatmu tetap bersinar!

Tapi hanya, Iman… membuatmu terus maju!

 

Terkadang Anda tidak puas dengan hidup Anda, sementara banyak orang di dunia ini yang bermimpi menjalani hidup Anda. Seorang anak di peternakan melihat pesawat terbang di atas kepala, bermimpi terbang, sementara seorang pilot di pesawat melihat rumah pertanian itu dan bermimpi untuk kembali ke rumah. Itulah hidup! Nikmati milikmu… Jika kekayaan adalah rahasia kebahagiaan, maka orang kaya seharusnya menari di jalanan. Tetapi hanya anak-anak miskin yang melakukan itu! Jika kekuasaan menjamin keamanan maka VIP harusnya berjalan tanpa dijaga. Tapi mereka yang hidup sederhana, tidur nyenyak. Jika kecantikan dan ketenaran membawa hubungan yang ideal, maka selebriti harusnya memiliki pernikahan yang terbaik! Hidup sederhana, berbahagialah! Berjalanlah dengan rendah hati dan cintai dengan tulus!

 

Tuhan, Kau dimana? Kenapa bukan orang yang tidak berguna yang meninggal? Kenapa orang seperti Arthur Ashe yang begitu mengharumkan nama negaranya yang harus melewati ini? Hidup ini tidak adil? Bisa ada yang berpikir seperti itu. Bahkan kemungkinan banyak yang berpikir seperti itu. Begitu banyaknya surat yang datang memberikan dukungan dan simpati kepada Arthur. Dan semua pertanyaan ini sepertinya tidak ada jawabannya kecuali belajar iklas menerima dan percaya sepenuhnya bahwa semua yang terjadi di bawah kolong langit ini terjadi atas seizin Tuhan dan pasti Tuhan tahu apa yang Dia buat.

 

 

Arthur tidak mendapatkan HIV karena kesalahannya sendiri namun penyakit yang mematikan itu sudah ada dalam tubuhnya. Ada rasa kesal ? Mungkin.  Mau marah ? pasti bisa. Mungkin ngamuk-ngamuk ? bisa juga. Ada kesalahan orang lain yang tidak berhati-hati sehingga ia telah terkena penyakit. Ia mempunyai uang untuk membiayai pengusutan siapa yang salah sehingga penyakit ini bisa masuk ke tubuhnya tapi tetap tidak akan menghilangkan penyakit itu yang sudah masuk dan akan mengantar pada kematiannya. Dan sekiranya tindakan itu dilakukan dan mereka berhasil menemukan siapa yang bersalah, apakah dia akan puas? Belum tentu, karena penyakit itu tetap saja berada dalam tubuhnya. 

Tapi Arthur tidak berdiam diri, putus asa ataupun menyalahkan orang lain apalagi menyalahkan Tuhan tapi dia bangkit dengan membangun yayasan untuk melawan AIDS.

Roma 5 : 3 – 5 5:3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan  kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 5:4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 5:5 Dan pengharapan  tidak mengecewakan, karena kasih  Allah telah dicurahkan di dalam hati kita  oleh Roh Kudus  yang telah dikaruniakan kepada kita.

Kehidupan Arthur dari seorang legendaris tenis berakhir HIV namun justru dalam penderitaan yang dihadapi nama Tuhan dimuliakan sehingga bisa dikatakan Tuhan tidak salah memilih Arthur harus melewati jalan yang sulit ini. Sampai hari ini kalimat-kalimat dari Arthur masih terus menginspirasi dan memberikan kekuatan. Apa yang saya ambil menjadi renungan kita minggu ini hanya salah satu dari sekian banyak kalimat-kalimat bijaksana dari Arthur Ashe.

Jawaban dari Arthur kepada penggemarnya saya percaya bukan jawaban orang yang asal bicara atau hanya sekedar pintar bicara namun dari orang yang jiwanya agung, orang yang tahu dengan tepat siapa dirinya di hadapan Sang Pemilik Kehidupan. Arthur berserah sepenuhnya kepada Tuhan, ia hidup dari imannya dan ini juga menunjukkan suatu level kedewasaan seorang Kristen.

Mazmur 62 : 6 Hanya pada Allah saja  kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku.

Setiap kita mempunyai pergumulan sendiri-sendiri, mungkin sakit, masalah dengan pasangan, anak, pekerjaan, sekolah, dll. Mungkin ada yang mengalami ketidakadilan dalam hidup dan mungkin terus bertanya kenapa saya Tuhan? Mungkin sudah bertahun-tahun hidup seperti itu dan tetap belum menemukan jawaban bahkan semakin jauh dari Tuhan. Hidup berputar di tempat.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan jika sekiranya kehidupan saudara saat ini sedang terus bertanya kenapa saya Tuhan, renungkanlah jawaban surat Arthur Ashe, carilah kekuatan dalam Tuhan dengan mata dan hati yang fokus kepada Tuhan, berlututlah di kaki Tuhan dalam doa dan carilah kehendak-Nya dalam Firman-Nya. Jangan pernah sekalipun mencari solusi di luar Kristus.

Kiranya Kristus dan segala kelimpahan-Nya memampukan kita melewati setiap pertanyaan kenapa saya Tuhan? dan menggantikannya dengan sukacita penuh dan terus berharap kepada Tuhan.

Mazmur 146 : 5 Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya.

Selamat hari minggu, selamat beribadah. Tuhan Yesus menyertai senantiasa.

SOLI DEO GLORIA

SOLUS CHRISTUS

 

If I were to say, 'God, why me?' about the bad things, then I should have said, 'God, why me?' about the good things that happened in my life. Arthur Ashe

6 September 2020
Demita.jpg

Demita Klassen

Kriegsspiel

PEPERANGAN ROHANI

 

Baru-baru ini saya membaca buku yang merupakan literatur klasik dalam kekristenan, yang berjudul „Screwtape Letters“ yang ditulis oleh C.S.Lewis. Karya-karya C.S Lewis sangat dikenal oleh jutaan orang percaya diseluruh dunia dan tulisannya menjadi karya klasik, seperti „Screwtape Letters“, „Mere Christianity“, „Chronicles of Narnia“ dan lebih dari 40 buku lainnya. Di dalam buku Screwtape letters ini, C.S Lewis dengan cara yang unik dan tidak biasa, menggambarkan suatu narasi tentang roh jahat senior yang bernama Screwtape, yang memberikan bimbingan dan nasihat-nasihat kepada roh jahat junior yang bernama Wormwood, bagaimana caranya untuk menggoda dan akhirnya menggiring „pasien“nya, yaitu seorang pemuda Inggris, kepada „Rumah“ dari Father Below“ (Bapa yang ada di bawah alias „The Devil“, rumahnya adalah Neraka). Screwtape Letters telah meninggalkan pengaruh yang langgeng pada komunitas rohani dengan membuat peperangan spiritual menjadi tampak sangat pribadi dan nyata. Tidak hanya setiap individu harus berperang melawan dosa-dosa tetapi ternyata setiap individu juga berperang melawan roh-roh jahat penguasa di udara yang bertekad dan berjuang dengan segala cara untuk mengambil dan melahap jiwa mereka. Selain itu, konsep-konsep kejahatan dan strategi Iblis (yang diwujudkan dalam intruksi Screwtape kepada juniornya, Wormwood) menciptakan kesadaran bagi setiap pembaca akan kejahatan yang mengintai dalam kehidupan sehari-hari, dan membangkitkan motivasi untuk melawan dan menang atas kejahatan tersebut.  Screwtape dan rekan-rekannya menggambarkan Neraka sebagai entitas yang terorganisir dalam mengejar satu tujuan: “Bagi kami manusia pada dasarnya adalah makanan; tujuan kami adalah untuk menyerap keinginan manusia ke dalam keinginan kami, dan memperluas area kerajaan Iblis dalam diri manusia yang mengakibatkan mereka akhirnya kehilangan jiwanya.

Dalam buku ini digambarkan bahwa Screwtape melihat semua usaha yang dilakukannya untuk menangkap jiwa-jiwa manusia sebagai„bisnis“ tetapi juga "Game/pertandingan". Screwtape melakukan usaha yang serius dan melihat seluruh proses sebagai pertandingan yang ingin dia menangkan. Peperangan rohani dapat dibandingkan dengan pertandingan olahraga, dan kejatuhan manusia dalam dosa digambarkan sebagai "... arena bagi aktivitas roh-roh jahat. „Game“ atau Pertandingan ini merupakan pertempuran strategi, sebagaimana pertempuran gladiator. Strategi apakah yang akan digunakan oleh kuasa kegelapan untuk memenangkan pertandingan ini?

Ijinkan saya membagikan beberapa konsep strategi yang dipakai oleh roh-roh jahat untuk mengusahakan mengambil dan merebut jiwa seseorang dan membawanya kepada „our father below“ dari tulisan yang luar biasa ini.

Screwtape (roh jahat senior) memulai dengan menasihati Wormwood (roh jahat junior) tentang bagaimana menggoda sang "Pasien," untuk jatuh ke dalam dosa dan tujuan akhirnya adalah Neraka. Wormwood disarankan untuk tidak mencoba meyakinkan Pasien dengan argumen. Itu mungkin berhasil di masa lalu tetapi saat ini tidak perlu lagi digunakan. Dia harus berusaha menggunakan emosi Pasien agar dia tidak menggunakan argumentasi/reasoning. Screwtape memberi contoh bagaimana dia mencegah seorang ateis berpikir lebih dalam bahwa „Musuh“ itu ada/exist (Musuh maksudnya adalah Tuhan) dengan membujuknya untuk pergi makan siang dan dalam kesibukan yang dilakukan ateis sesudah makan siang, ia melupakan ide tentang keberadaan Tuhan dan akhirnya sampai ajalnya tiba orang ateis ini tidak berkesempatan mencari kebenaran akan Tuhan yang sejati. Wormwood harus membuat Pasien memikirkan dan berfokus pada kesibukan-kesibukan dan hal-hal sehari-hari, dan dia harus menjauhkan Pasien dari ilmu pengetahuan/sains. Ilmu pengetahuan akan membuat Pasien memikirkan hal-hal yang tidak dapat dia sentuh atau lihat (termasuk pada akhirnya dunia spiritual dan juga Tuhan).

Kekecewaan akan gereja dan orang munafik di dalamnya. Ketika akhirnya sang Pasien ini menjadi seorang kristen, tentu saja Screwtape menjadi kesal dan menegur Wormwood. Tetapi menjadi seorang kristen bukanlah akhir segalanya, karena masih banyak yang bisa dilakukan supaya sang Pasien menjadi kecewa dan kehilangan minatnya pada gereja. Pasien saat itu memiliki harapan yang ideal tentang sebuah gereja. Tetapi yang akan dihadapinya adalah banyak ketidaksempurnaan di dalam gereja. Pasien harus diarahkan untuk melihat hal-hal yang tidak ideal dan menjengkelkan, bagaimana paduan suara bernyanyi tidak sesuai not, bagaimana si-A, B, C bersikap yang menjengkelkan, bagaimana pendeta bicara, dan seterusnya. Kekecewaan, menurut Screwtape, biasanya menandai transisi besar dalam hidup. Orang merasa kecewa ketika mimpi dan harapan mereka berubah menjadi pekerjaan aktif, artinya mereka harus mengusahakan agar harapan itu terpenuhi. Tetapi jika mereka berhasil melewati periode awal kekecewaan ini, Screwtape memperingatkan, orang menjadi jauh lebih sulit untuk digoda. Jika ternyata anggota lain dari gereja Pasien ternyata adalah orang-orang yang munafik, maka tugas Wormwood  untuk membawa kekecewaan pada Pasien menjadi lebih mudah.

Hubungan dalam keluarga yang menjengkelkan. Screwtape menyarankan Wormwood untuk memanipulasi hubungan Pasien dengan ibunya. Menurut Screwtape, ibu ini adalah wanita yang sulit dan rewel. Wormwood harus membuat Pasien berpikir bahwa pertobatannya menjadi Kristen hanya bersifat internal (artinya hanya terjadi di dalam jiwanya saja) dan pertobatannya ini sangat agung tapi tidak merupakan bagian dari kehidupannya sehari-hari.  Wormwood juga harus mendorong Pasien untuk berdoa hanya untuk dosa-dosa ibunya. Ini akan membuat sang Pasien terus berpikir tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan ibunya. Screwtape mengatakan dia telah berpengalaman dan berhasil membuat pasiennya menjadi orang yang sangat munafik sehingga mereka setelah berdoa untuk jiwa anak-anak mereka kemudian bangun dan memukuli tubuh anak-anak mereka. Wormwood harus mendorong pasien untuk berfokus pada kebiasaan ibunya yang mengganggu. Wormwood harus mengarahkan pasiennya untuk menangkap nada pahit ke dalam suara ibunya bahkan ketika ibunya tidak menggunakannya. Pada saat yang sama, Pasien harus mengharapkan ibunya hanya memperhitungkan kata-katanya, bukan nada yang digunakannya. Dengan begitu, baik ibu maupun anak akan sering bertengkar dan keduanya akan berpikir bahwa merekalah yang paling benar.

Mengenai doa. Screwtape menulis bahwa yang terbaik adalah menjauhkan agar Pasien tidak berdoa sama sekali. Tetapi, jika Pasien benar-benar berdoa, Wormwood harus memastikan bahwa dia menciptakan doanya sendiri. Dalam doanya sang pasien hanyalah harus mencapai suatu suasana hati tertentu dan bukannya sungguh-sungguh melakukan tindakan meditasi terkonsentrasi. Wormwood harus membuat Pasien fokus pada perasaannya sendiri, bukannya fokus pada Tuhan. Ia harus membuat Pasien ingin merasa lebih baik. Daripada berdoa untuk pengampunan atau meminta keteguhan, maka Pasien akan berusaha untuk merasa dimaafkan atau merasa berani. Manusia tidak mengetahui kekuatan penuh Musuh (Tuhan), sehingga mereka dengan mudah ditipu daya untuk hanya memikirkan dan menyembah gambar dari Tuhan, bukannya menyembah Tuhan itu sendiri sebagai suatu pribadi. Mereka berdoa kepada salib di dinding mereka, bukan langsung kepada Musuh (Tuhan).

Pentingnya penderitaan. Screwtape menegur Wormwood karena dia terlalu bersukacita akan dimulainya Perang Dunia II. Jika dilihat secara keseluruhan, perang mungkin malah tidak akan membantu dalam proyek untuk merongrong iman Pasien dan „memenangkan“ jiwanya. Perang tentu saja memberikan hiburan bagi roh-roh jahat karena penderitaan manusia yang sangat besar yang mereka alami dalam perang, tetapi kemungkinan akibat perang ini adalah fifty-fifty antara membawa manusia kepada „Musuh“(Tuhan) ataupun membawa mereka ke Neraka. Di masa perang manusia cenderung bersiap untuk mati. Mereka sadar akan kemungkinan kematian mereka dan karenanya mereka sering kali mempersiapkan jiwa mereka, khususnya jika mereka adalah orang kristen. Sebetulnya jauh lebih baik bagi kerajaan kegelapan jika semua manusia mati di rumah sakit atau panti jompo di mana mereka dimanjakan dan diberi informasi yang salah tentang kematian mereka yang akan datang. Penderitaan ternyata adalah bagian penting dari apa yang disebut „Musuh“ sebagai penebusan. Penderitaan perang ternyata dapat menuntun manusia menuju rencana penebusan dan masuk ke dalam cengkeraman „Musuh“.

Ketidakpastian dan ketakutan. Sang Pasien menghadapi saat ketidakpastian mengenai apakah dia akan direkrut untuk ikut pergi maju ke medan peperangan atau tidak (latar belakang dari kisah ini adalah Perang Dunia ke-2).  Screwtape menyarankan agar Wormwood  menjaga keadaan ketidakpastian dalam Pasien dalam level maksimum. Dia harus menjauhkan Pasien agar tidak memikirkan ketakutannya sebagai ujian dari „Musuh“ dan membuatnya hanya terfokus pada hal-hal yang dia takuti. Secara umum peraturan yang berlaku adalah, mendorong Pasien untuk fokus hanya pada objek dan  mencegahnya menjadi sadar akan dirinya. Akan tetapi, jika Pasien sedang berdoa, dia harus dicegah untuk tidak memikirkan Musuh dan sebaliknya didorong untuk memikirkan dirinya sendiri. Perang mendorong orang untuk membenci musuh yang tidak dikenal dan tidak terlihat. Wormwood harus mengarahkan kebencian Pasien terhadap tetangganya tetapi memiliki belas kasihan terhadap orang-orang yang jauh. Dengan begitu, kebajikan Pasien akan didorong ke alam fantasi dan bukan kepada orang-orang yang dihadapinya sehari-hari.

Dalam training berikutnya Wormwood diingatkan bahwa manusia pada intinya terdiri dari separuh daging dan separuh roh. Karena daging ini maka manusia berada di dalam Waktu, tidak seperti roh yang tidak berada di dalam Waktu. Dan karena itu manusia selalu berubah-ubah dan tidak bisa konsisten. Hidup manusia melalui periode yang baik (puncak) dan periode yang buruk (lembah). Pasien Wormwood sedang ada dalam kesulitan saat ini, dan lembah dapat lebih digunakan untuk memenangkan jiwa dibanding dengan saat pasien ada di puncak. Screwtape menasihati Wormwood untuk memanfaatkan lembah dalam kehidupan Pasien. Lembah adalah suatu tempat yang bagus untuk menciptakan godaan yang bersifat sensual. Selama berada di dalam lembah kesusahan, Pasien tidak mungkin akan mengalami jatuh cinta. Pengalaman fisik yang dialami ketika ia menyerah pada godaan sensual tidak akan menghasilkan kesenangan yang benar-benar nyata. Dari situ sang pasien akan mengembangkan kecanduan, keinginan yang terus meningkat akan kesenangan tetapi sebetulnya kesenangan yang dialami akan terus berkurang. Dan ketika pasien berfikir bahwa masa dalam lembah kesulitan ini adalah untuk selamanya, ini akan lebih baik lagi. Jangan sampai pasien berfikir bahwa lembah kesulitan hanya untuk sementara saja.  Jika sang pasien cenderung depresi, maka lebih baik mengarahkan dia pada metode isolasi dan bahwa dia bisa keluar dari masa lembah kesulitan ini jika dia mau dan memiliki keinginan yang kuat. Jika sang pasien cenderung orang yang suka berangan-angan,  maka Woodworm harus meyakinkan dia bahwa lembah kesulitan ini tidak terlalu buruk tetapi juga puncak sukacita yang dialami juga ternyata biasa-biasa saja. Dan akhirnya pasien akan berfikir bahwa sentimen keagamaan yang baru saja dialaminya telah membuatnya merasa sukacita yang terlalu berlebihan. Akhirnya saat pasien sudah yakin bahwa masa lembah kesulitan ini akan berlangsung selamanya, dia juga akan dapat diyakinkan bahwa pengalaman positiv tentang keagamaan yang baru dilaluinya ternyata hanyalah suatu fasa dalam kehidupan yang akan juga berlalu.

Screwtape merasa senang bahwa sang pasien telah mendapatkan teman baru, pasangan yang intelek tapi dangkal, tidak percaya Tuhan dan skeptis terhadap segala sesuatu. Sang pasien mungkin tidak akan sadar bahwa orang akan menjadi seperti orang-orang yang mengelilingi mereka dan bahwa teman-teman yang tidak percaya ini adalah bagian dari pencobaan dunia untuk jiwanya. Wormwood harus bekerja supaya sang pasien merasa superior pada teman-teman gerejanya, bahwa dia memiliki teman-teman diluar gereja yang tampaknya cool dan intelek, dan supaya dihadapan teman-teman yang tidak percaya ini sang pasien merasa superior bahwa dia adalah orang yang rohani. Sang pasien harus dibuat untuk berada dalam kondisi „vain“ dan cukup puas dengan dirinya sendiri.

 

 

Dengan berjalannya waktu, sang pasien mulai  menjauh dari sang „Musuh“, dan walaupun dia terus pergi ke gereja, tapi dia tidak menyadari kejatuhannya ini dan berfikir bahwa dia tetaplah orang kristen walaupun perbuatannya tidak mencerminkan bahwa dia seorang kristen. Wormwood harus membuat supaya sang Pasien tidak menyadari bahwa ketika dia merasa „tidak terlalu baik dalam perjalanan imannya“ itu sebetulnya adalah karena dia sedang hidup dan melakukan dosa. Pasien bisa merasa tidak enak karena sesuatu alasan, tapi dia tidak benar-benar menyadari kenapa alasannya. Hal ini akan membuatnya tidak mau berpikir tentang Tuhan dan juga tidak mau bertobat dan berubah dari jalannya yang salah. Setelah itu pasien akan semakin tidak tertarik untuk berdoa, karena dengan berdoa dia akan merasa semakin bersalah tentang sesuatu dan membuat dia merasa tidak ok dengan dirinya sendiri. Dengan berjalannya waktu, sang pasien akan membiarkan dirinya dialihkan perhatiannya oleh apapun juga sehingga tidak bisa berkonsentrasi pada hal-hal yang sungguh real dan memiliki nilai kekal.

Screwtape merasa kecewa setelah mendengar bahwa sang Pasien telah memperbarui kepercayaannya pada „Musuh“. Dia menggambarkan adanya "awan sesak-nafas" di sekitar Pasien yang adalah pemberian dari sang Musuh; awan ini melindungi Pasien dari godaan pada saat-saat kebangkitan spiritual tertentu. Kesalahan Wormwood adalah bahwa ia membiarkan Pasien membaca buku dan berjalan-jalan ke suatu pabrik tua. Pada saat yang penuh refleksi ini kesadaran Pasien dibangkitkan untuk lebih melihat kepada hal-hal riil dan ternyata ia telah memberi nilai lebih pada hal-hal yang keliru. Screwtape mengingatkan Wormwood bahwa sang Musuh selalu berusaha membuat orang menjadi real, lebih seperti diri mereka sendiri. Adalah tugas mereka sebagai iblis untuk membuat orang menjauh dari sifat dan diri mereka sendiri. Screwtape memberikan suatu contoh bahwa ia telah menggoda pasiennya untuk menjauh dari minat kuat apapun yang tidak membawa kepada dosa, misalnya mengumpulkan perangko.

Saran Screwtape untuk Wormwood menangani pembaruan iman Pasien adalah dengan mencegahnya mengubah pertobatannya menjadi suatu tindakan. Selama Pasien tidak bertindak atas perasaan pertobatannya, dia akan tetap berada dalam kejatuhan dosa.

Ini hanyalah sebagian dari strategi-strategi kuasa kegelapan yang dapat kita pelajari dalam tulisan ini. Namun demikian kita sudah sedikit mendapatkan gambaran mengenai peperangan yang sedang terjadi di alam roh pada setiap hal yang dialami oleh orang percaya. Kita melihat bahwa kuasa kegelapan memakai banyak strategi yang sudah mereka kuasai selama ribuan tahun untuk menjatuhkan orang-orang yang akan diselamatkan, untuk menjatuhkan orang-orang percaya dan membawa jiwa-jiwa kepada kebinasaan. Sejak dahulu visi kerajaan kegelapan tidak pernah berubah, yaitu menghancurkan kerajaan Allah. Dan pengikut kerajaan Allah secara otomatis menjadi musuh iblis, mereka adalah orang-orang yang dibenci iblis. Iblis sangat tidak suka kepada orang yang hidup sungguh-sungguh bagi Tuhan, berkomitmen melayani Tuhan dan hidupnya produktif dalam menjaring jiwa-jiwa kepada kerajaan Allah. Orang-orang seperti inilah yang harus dibungkam agar berhenti dari pekerjaannya menjala jiwa dan harus ditaklukkan agar suatu saat tersandung dalam iman mereka dan bahkan kalau bisa meninggalkan Tuhan. Iblis dengan segala strategi yang mereka miliki merancangkan tipu muslihat untuk menyerang dan menaklukkan musuh-musuhnya, sebagaimana yang dikatakan dalam Efesus 6:11b „…. supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.“

Iblis memang tidak mahatahu, tetapi ia tahu lebih banyak daripada manusia. Ia tahu benar apa yang menjadi isi hati dan pikiran manusia. Ia tahu benar apa yang menjadi kelemahan-kelemahan manusia, apa yang menjadi kebutuhan-kebutuhan manusia. Sebagaimana yang kita telah baca pada kisah diatas kita bisa mempelajari taktik dan tipu muslihat yang dilakukan roh jahat kepada „Pasien“ mereka; mereka akan menggunakan secara cara, mengadu domba orang-orang, menyebabkan perpecahan, membuat kebencian, orang tidak percaya diri, kemunafikan, membuat orang merasa tidak berharga dan tidak pantas mengikut Tuhan, dan seterusnya. Kita juga mengenal dari Alkitab bagaimana Tuhan Yesus juga telah dicobai dan ditawarkan berbagai keinginan dunia, yaitu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Tetapi Dia mendapatkan kemenangan dan tidak mengikuti godaan yang ditawarkan iblis. Selain tipu muslihat, iblis memakai tekanan untuk menjalankan strateginya untuk menjatuhkan manusia. Iblis menggunakan ideologi tertentu agar orang-orang percaya harus menderita, masuk penjara, dan mati karena imannya. Iblis mampu memperdaya siapapun bahkan termasuk orang-orang terdekat (anggota keluarga) untuk menekan pengikut Tuhan. Iblis memang tidak mahakuasa, tetapi ia cukup mampu untuk menciptakan situasi tertentu untuk menyudutkan orang-orang percaya. Paulus juga sudah mengalami sendiri apa itu tekanan. Ia pernah disesah, dipenjara, kelaparan, kedinginan di teralis besi, terhempas di pantai bersama kapal yang karam, dan semua itu ia alami hanya karena mempertahankan imannya.

Pada Efesus 6:10-20, kita akan mendapatkan kunci bagaimana kita bisa menang dalam peperangan rohani ini. Pertama, Paulus menyatakan bahwa „hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya“. Iblis akan berusaha untuk membuat apa saja agar kita bisa dijatuhkan olehnya Maka hal yang pertama adalah kita harus bersandar sepenuhnya kepada Allah Tritunggal. Jangan pernah berpikir bahwa kita bisa menang dengan kekuatan sendiri melainkan kita sepenuhnya bergantung kepada Allah Tritunggal.

Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah dan berdoa setiap waktu di dalam Roh. Kunci untuk memenangkan  peperangan rohani yang kedua tertulis dalam Efesus 6:11-18, mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah. Bukan satu, tetapi seluruh perlengkapan senjata Allah. The whole armor of God. Ayat 14, “ Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbaju zirahkan keadilan,” Berdiri tegap disini berarti memiliki kesiapan berperang. Setiap orang yang mau berperang harus sadar bahwa ini sedang di dalam peperangan. Salah satu masalah di dalam kekristenan saat ini adalah kita berpikir sekarang ini kita sedang berada di dalam liburan, sehingga akhirnya setan akan menjatuhkan kita dalam berbagai sisi kehidupan.

Berikatpinggangkan kebenaran, Belt of truth. Apakah kita hidupnya sudah dibenarkan oleh Kristus? Apakah sungguh-sungguh kita mengalami pembenaran itu? Apakah kebenaran itu ada didalam hidup kita? Kita mesti benar-benar mengerti karya Kristus di atas kayu salib bagi penebusan dosa-dosa kita dan mengerti konsekuensinya bagi hidup kita yang dibebaskan dari kuasa dosa dan maut.

Berbaju zirahkan kebenaran. Righteousness. Keadilan dan kebenaran di dalam Alkitab biasanya membicarakan tentang kehidupan moral dan etika. Kita musti ingat bahwa kehidupan kita adalah kehidupan berperang. Iblis akan menggunakan apa saja untuk menjatuhkan kita, termasuk dengan hal-hal remeh yang seringkali tidak kita perhatikan. Apakah kehidupan kita di luar gereja sama dan selaras dengan saat kita berada di gereja? Apa yang kita lakukan ketika tidak ada orang yang melihat hidup kita?

Ayat 15, “kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera” Ini mengenai kaki yang memiliki kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera. Apakah sungguh-sungguh hidup kita rela dipakai untuk memberitakan Injil?

Ayat 16 “dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat.“ Perisai iman adalah suatu tameng yang mematahkan setiap panah api dari si jahat, segala tuduhan-tuduhan yang akan mematikan kita. Iman itu muncul dari pendengaran akan Firman. Ketika kita mendengarkan Firman, lalu Firman itu kita cerna, maka dengan sendirinya iman kita akan bertambah kuat. Kita tak mungkin akan membentuk sebuah perisai iman tanpa membaca Firman. Bagaimana dengan pembacaan Firman kita secara pribadi? Apakah Firman Tuhan yang dibaca setiap hari menumbuhkan dan menguatkan iman kita?

Ayat 17 “dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah”. Apa bedanya ketopong keselamatan dengan belt of truth? Di dalam belt of truth, kita bertumbuh di dalam kebenaran Kristus, sedangkan ketopong kesalamatan adalah keselamatan yang kita terima di dalam Kristus.

Yang terakhir ada pedang roh, yaitu Firman Tuhan. Suatu teladan yang diberikan oleh Tuhan Yesus ketika dicobai oleh iblis, Ia menyatakan Firman, Ia mengutip Firman, Ia menyatakan prinsip-prinsip Firman kepada iblis. Berikatpinggangkan kebenaran, berbajuzirahkan keadilan, berkasutkan kerelaan, perisai iman, dan ketopong keselamatan. Kelima perlengkapan senjata Allah ini adalah sifatnya defensif. Hanya satu perlengkapan yang sifatnya adalah ofensif dan menyerang, yaitu pedang roh, untuk menaklukan musuh, kita memerlukan Firman Allah. Untuk menghancurkan musuh kita perlu mengerti Firman Allah. Maka biarlah kita boleh memperdalam hidup kita dengan mengecap dan mengerti Firman itu. Firman itu menjadi makanan kita setiap hari. Kalau Firman itu tidak kuat, kita hanya bisa bertahan, tapi kita tidak mungkin maju di dalam peperangan rohani.

Ketika Paulus menuliskan ini dia sedang menggambarkan baju perang tentara Romawi. Ada helm, baju zirah, ikat pinggang, kasut, dan pedang. Seluruhnya itu perlengkapan untuk melindungi yang di depan, sedangkan yang di belakangnya dibiarkan kosong, tidak ada perlengkapannya. Pemerintah Romawi ingin menekankan satu hal, bahwa ketika berperang kamu harus maju, tidak boleh mundur. Begitu mundur langsung mati. Allah menyatakan pada umatNya ‘engkau maju perang’, satu-satunya yg membuat kalah adalah ketika umatNya tersebut mundur sebelum perang selesai. Kita musti tekun, musti maju, tidak boleh mundur, karena Alkitab menyatakan kita lebih dari seorang pemenang.

Kita adalah umat tebusan yang telah ditebus dengan darah Anak Domba yang sangat kudus dan berharga. Keadaan di dunia ini menunjukkan bahwa semakin lama situasi bukan semakin membaik tetapi justru menjadi semakin buruk dan begitu banyak goncangan. Kita belum hidup di paradise. Firman Tuhan mengatakan bahwa di akhir jaman segala sesuatu akan digoncangkan. Kita dipanggil dan ditebus bukan untuk hidup bersenang-senang, tapi untuk berperang dan bekerja bagi kerajaan Tuhan, membawa jiwa-jiwa yang terhilang untuk masuk ke dalam kerajaan Allah, karena Yesus pun telah mati bagi mereka.

Dengan kita semakin mengerti taktik, strategi dan cara-cara yang dilakukan kerajaan kegelapan untuk membawa jiwa kepada kehancuran dan kebinasaan, dan kita mengerti kebenaran Firman Tuhan bagaimana kita harus bersiap dan berjaga-jaga dalam peperangan ini, maka kita akan semakin dibekali dan diperlengkapi ketika maju ke medan peperangan. Waktunya tidak akan lama lagi, Tuhan Yesus akan segera datang kembali ke dunia ini. Apakah kita bersiap-siap dan bertekun dalam pertandingan yang diwajibkan bagi kita dan dalam peperangan rohani ini?

Tuhan Yesus beserta kita semua.

30 Agustus 2020
mieke1.jpg

Mieke Lolong

Image by Vladislav Babienko

PILIHAN YANG TIDAK DIRESTUI TUHAN

 

​Aku ingin berbagi pengalaman sedih tapi cukup dahsyat di akhir bulan Juni 2020 yang lalu. Aku menerima pesan lewat aplikasi whatsapp dari seorang teman, dimana kami sama-sama tergabung di dalam kelompok ibadah bulanan, yang isinya minta tolong mendoakan ibu mertuanya yang berkehendak keras untuk mengakhiri hidupnya melalui
suntikan maut, atau dikenal dengan sebutan euthanasia, sudah tentu liwat bantuan medis, karena merasa dirinya sudah tidak punya harapan lagi, dan bahwa penyakit yang dideritany tidak bisa sembuh atau pulih kembali. Meskipun usia mertuanya sudah tergolong lanjut namun belum terlalu tua. Aku juga di-info-kan, beberapa tahun terakhir dalam hidupnya beliau menderita penyakit yang menyerang pinggang serta bagian bawah tubuhnya, yang
mengakibatkan keterbatasan dalam melakukan gerak apa lagi beraktivitas.


Tentu saja temanku itu dan suaminya amat sangat menentang permintaan ibundanya/ibu mertuanya…, karena dengan sendirinya hal tersebut sangat ditentang di
dalam agama manapun. Apalagi ibu tersebut pernah aktif di dalam berbagai kegiatan gerejani serta kegiatan sosial lainnya yang bertujuan menolong orang-orang yang hidupnya susah, orang-orang yang hidupnya tertekan, yang terkena gangguan penyakit serta gangguan kejiwaan, dan lain sebagainya. Rupa-rupanya terjadi perubahan pandangan serta sikap tindak yang ekstrim di dalam diri ibu mertua temanku itu, setelah suaminya berpulang menghadap Sang Pencipta beberapa waktu sebelumnya. Singkatnya, setelah gagal dalam mencoba membujuk serta melalui berbagai usaha untuk meyakinkan sang ibu bahwa hal itu bukanlah cara yang diperkenankan Tuhan untuk mengakhiri hidupnya…, akhirnya, temanku dan suaminya tidak dapat berbuat apa-apa lagi, selain minta bantuan dari teman-teman untuk mendoakan agar kehendak ibunda/ibu mertuanya tidak terlaksana. Aku bisa membayangkan kebingungan yang dihadapi oleh temanku dan suaminya dalam hal ini.


Pertanyaan yang timbul di benakku adalah, mengapa sampai ibu mertua temanku itu berkehendak demikian ?? Kenapa sampai ibu itu bisa berpaling dari Tuhan Yesus, Sang Juru selamat ?? Kita hanya dapat mengira-ngira bahwa mungkin saja dikarenakan akibat dari semakin meningkatnya kompleksitas sistem-sistem penunjang hidup, dan gencarnya promosi euthanasia sebagai sarana yang sah untuk mengakhiri hidup. Aku pernah membaca
bahwa ada beberapa prinsip yang mengikat hal ini secara moral yang perlu dipahami, antara lain mengatakan bahwa:

- Martabat setiap individu maupun anugerah hidup adalah kudus. Jadi, kita perlu menghormati kekudusan kelangsungan hidup sejak dari saat pembuahan hingga
kematian yang wajar.
- Setiap orang terikat untuk meliwatkan hidupnya sesuai rencana Allah dan dengan keterbukaan terhadap kehendakNYA, dengan menaruh pengharapan akan kepenuhan hidup di Sorga. Sebab itu, pemeliharaan hidup bukan hanya sekedar masalah ‘jasmani’ dimana kita banyak mencurahkan perhatian pada tubuh dan kehidupan jasmani, hingga kita kehilangan pandangan akan jiwa, kehidupan rohani individu dan tujuan hidup kekalnya. Oleh karena itu, kita wajib menimbang apakah suatu perawatan hanya sekedar menjaga fungsi tubuh dan menunda kematian, ataukah suatu perawatan membantu individu dalam memperkuat hidup dan memulihkan kesehatan. Akan tiba waktunya dimana seseorang meninggalkan kehidupan di dunia ini dan kembali kepada Tuhan dalam
kehidupan yang baru.

 

 

- Dengan sengaja mengakhiri hidup sendiri secara euthanasia adalah bunuh diri dan merupakan penolakan terhadap rencana Allah dalam hidup kita.

Berdasarkan pemahaman tersebut, kita percaya bahwa setiap orang wajib mempergunakan sarana-sarana perawatan kesehatan yang biasa. Dalam hal ini, orang akan berpikir mengenai nutrisi yang dibutuhkan, makanan dan minuman – dan perawatan kesehatan biasa. Biasa berarti menawarkan pengharapan yang masuk akal akan manfaatnya dan tidak terlalu membebani baik pasien maupun keluarga.


Sangat disayangkan bahwa ibu mertua dari temanku itu ‘terkabul permintaannya’… dengan berat hati dan kesedihan yang mendalam, akhirnya temanku dan suaminya terpaksa melepas kepergian ibunda/ibu mertuanya dengan cara yang tidak bisa diterima secara iman Kristiani.

Ada ditulis di dalam kitab 2 Timotius 2 :13 , yaitu : « Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya » … hal ini sering disalah tafsirkan seakan-akan menjadi orang Kristen itu gampangan… Tuhan kan akan tetap setia walaupun kita hidup tidak tertib, tidak patuh dan seenaknya berbuat dosa. Kita sering ‘tidak setia’ karena disebabkan keberadaan kita sebagai manusia yang begitu mudah terpengaruh oleh situasi/keadaan, sering tidak stabil, mudah kecewa dan sebagainya. Berbeda dengan Tuhan
yang sifatnya setia. Pemazmur dalam Mazmur 33 :4b berkata « … segala sesuatu dikerjakanNya dengan kesetiaan ». Kita tidak tahu kekecewaan apa, atau seberapa besar pergumulan iman yang dialami oleh ibu mertua dari temanku itu, sampai dia menjadi tidak
setia, tidak patuh serta berpaling dari Tuhan, sehingga bersikeras mengambil tindakan demikian untuk mengakhiri hidupnya. Terbersit dalam benakku juga, apakah ibu itu bisa memperoleh keselamatan, dan bagaimana caranya menyelamatkan jiwa ibu itu ??


Aku teringat, sehari setelah aku mendoakan ibu tersebut, atas permintaan menantunya yang adalah temanku itu, aku mendapat kiriman renungan dari sepupuku yaitu dari kitab 1 Korintus 1:16, tentang ‘Dosa dalam jemaat’. Agak terperanjat aku membacanya isi ayat dari 1 Korintus 5 : 4-5 yang bunyinya demikian : « Bilamana kita berkumpul dalam roh, kamu bersama-sama dengan aku, dengan kuasa Yesus, Tuhan kita, orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan » . Jadi, kalau sudah tidak ada cara lain untuk mengubah keinginan dan perbuatan tercela dari seseorang, ternyata kita boleh menyerahkannya kepada Iblis di dalam nama Yesus… Oleh sebab itu, sewaktu aku mendengar berita kepergian ibu mertua temanku itu beberapa hari kemudian, aku jadi merasa pertanyaanku sudah terjawab, dan ada kelegaan karena merasa yakin bahwa melalui doa-doa yang dipanjatkan oleh banyak orang, sekalipun kelihatannya kita tidak berhasil menghalangi keinginan ibu itu, namun kalau kita sudah membawanya di dalam nama Tuhan Yesus, kiranya rohnya bisa diselamatkan pada waktu hari Tuhan tiba kelak.

 

Terpujilah Tuhan Yesus sekarang sampai Maranatha.


23 Agustus 2020
wanda1.jpg

Wanda Freidhof

Löwenzahn Felder

Rumput Liar

 

Rumput di taman kami selalu dipenuhi rumput liar. Satu hari yang sangat terik, saya mulai mencabuti rumput liar tersebut, karena kelihatan tidak indah dan rapi dipandang mata. Saat saya mencabutinya saya merenung, berapa kali saya dan suami mencabut rumput liar tersebut, dan di tempat yang sama dia tumbuh kembali sehingga tidak memberi tempat kepada  rumput yang seharusnya tumbuh. Begitulah Tuhan selalu dan berulang-ulang kali menghapus dosa kita, mengampuni kesalahan kita dan seperti rumput liar kita melakukan kesalahan dan dosa yang sama. Dengan kesal saya katakan kepada suami, rumput liarnya tumbuh dimana-mana, apa yang harus kita lakukan untuk memusnahkan rumput liar tersebut. Suami saya katakan, kita harus mencabutnya sampai keakar-akarnya, supaya rumput liar itu tidak tumbuh lagi. Benar, pikir saya. Harus dicabut sampai ke akar-akarnya, seperti Akar Dosa kita supaya tidak tumbuh lagi.

Dan saya coba mencari tahu di dalam Alkitab apa itu akar dosa dan saya temukan ayat di dalam  (1Timotius 6:10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka). Saya kaget membaca ayat ini, karena awalnya saya pikir akar dosa  adalah Penyangkalan akan keberadaan Tuhan atau penyembahan berhala.

 

Uang tentu hal yang sangat penting di dalam kehidupan kita. Setiap hari kita bersentuhan dengan yang namanya uang. Semua orang di manapun mereka berada, apa pun  status sosialnya, bagaimanapun keadaannya, membutuhan uang.  Bohong besar kalau kita katakan kita tidak memerlukan uang. Uang kita pergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari. Tanpa uang kita tidak dapat membeli bahan makanan, tidak bisa membeli pakaian, kalau sakit tidak bisa membeli obat, tidak dapat membiayai pendididkan anak. Uang mempunyai peran yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Tetapi karena uang, hubungan kakak beradik  bisa juga rusak dan putus.

 

 

Bahkan dalam kehidupan rohani pun uang juga sangat diperlukan:  menerbitkan buku renungan harian memerlukan uang; hamba-hamba Tuhan dalam menjalankan tugas pelayanannya butuh uang; pembangunan gereja memerlukan uang, para misionaris juga perlu uang untuk menjangkau jiwa-jiwa di pedalaman/pelosok, dan lain-lain.

Jarak antara kebutuhan dan keinginan sangat tipis. Ayat nas di atas sangat jelas mengingatkan, jangan sampai kita diperhamba oleh uang.  Memiliki uang banyak bukanlah dosa, tapi hendaknya jangan sampai kita menjadikan uang itu sebagai prioritas dalam kehidupan kita sehingga hati dan pikiran kita hanya terfokus padanya.  Ingat, cinta uang adalah akar dari segala kejahatan!  Demi mendapatkan uang dengan cepat banyak orang rela melakukan apa saja, bahkan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani sekali pun.

Rasul Paulus menulis di dalam Kitab Ibrani: "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu."  (Ibrani 13:5a). Semoga ayat ini dapat menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Agar akar dosa tidak tumbuh, sebaiknya kita musnahkan sampai keakar-akarnya seperti rumput liar, agar hubungan kita dengan Tuhan terjalin dengan indah seperti rumput hijau yang segar di taman.

16 Agustus 2020
Vivi.jpg

Vivianne Studler

Arzt Überprüfung eines Formulars

SETIAP UJIAN DALAM KEHIDUPAN ADALAH BERKAT


 

Roma 5, 3-6
Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan,
karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.


Sekitar 2 bulan yang lalu, dari salah seorang teman, saya diperkenalkan kepada seorang wanita asal Thailand. Inti dari perkenalan ini adalah: karena wanita ini juga menderita kanker payudara, seperti yang pernah saya alami beberapa waktu yang lalu. Kemudian teman saya ini menceritakan tentang keadaan saya kepada wanita Thailand ini, dan wanita Thailand ini mengatakan dia ingin bertemu dengan saya untuk sekedar bertukar
pikiran.


Singkat kata, kami bertemu, kami bercakap-cakap, kami bertukar pikiran hingga akhirnya dia bertanya apakah dia boleh melihat «hasil» dari operasi payudara saya. Tidak masalah bagi saya ... kemudian dia juga menunjukkan hasil operasi payudara dia sendiri dan saya sangat terkejut karena payudaranya begitu keras seperti batu ... betul-betul keras seperti batu dan dia juga kadang-kadang merasakan sakit. Dan setiap minggu, dia harus melakukan «punktiert» atau penyedotan cairan dari payudaranya tersebut ... agak aneh juga menurut saya ...
 

Saya sangat trenyuh dan juga sedih melihat keadaannya, walaupun dia tampaknya biasabiasa
saja. Selesai bercakap-cakap dan bertukar pikiran, sebelum dia pulang, dia bilang bahwa dia akan ke Kantonsspital Winterthur untuk melakukan operasi ulang (perbaikan) dan menyebutkan nama dokter yang memberikan penjelasan kepadanya. Nama dokter tersebut saya kenal, karena dia juga adalah salah satu dari 4 dokter yang ikut serta mengoperasi saya, meskipun saya sendiri belum pernah bertemu dengan dokter tersebut.


Spontan, saya bertanya apakah dia mau saya mengantarkannya? Dan tanpa pikir panjang, dia langsung bilang «YA» ... dengan senyum lebar dan sukacita.
Sebelum dia beranjak pulang, saya tanya apakah dia keberatan jika saya berdoa untuknya. Saya bilang, saya akan berdoa di dalam nama Yesus Kristus, karena saya seorang Kristen. Dia menjawab, ya tentu saja , saya tidak keberatan …. Saya ambil peluang dan otoritas yang ada dan segera mendoakan teman ini.


Pada tanggal yang sudah ditentukan, kami bertemu di Kantonsspital Winterthur dan berkonsultasi dengan dokter yang dimaksud. Luar biasa …. meskipun saya mengenakan masker, dokter tersebut berkata: Rasanya saya kenal wajahmu .... saya tertawa dan membuka masker saya sejenak, serta berkata: ya, Anda adalah salah satu dari dokter yang mengoperasi saya bulan November tahun lalu. Saya jelaskan dengan singkat, saya hanya mendampingi teman saya dan sekedar memberikan dukungan moril baginya. Teman saya pun menjelaskan bahwa dia sempat bertukar pikiran dengan saya dan melihat «hasil» operasi saya dan hal itu semakin meyakinkan dia untuk melakukan operasi «perbaikan» Pemeriksaan dan konsultasi berlangsung dengan cepat ... bahkan tanggal operasi untuk teman inipun langsung ditentukan.

INTI dari kisah yang saya bagikan ini adalah:
Saya semakin menyadari bahwa dibalik segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita, baik itu sukacita, masalah, sakit penyakit atau apapun juga … Tuhan punya rencana bagi kita semua.
Saya dapat bercerita, bertukar pikiran dengan teman ini, karena saya sendiri sudah pernah
mengalaminya. Sehingga lebih mudah bagi saya untuk mengerti keadaan dia serta memahami situasinya.

 

Terlebih dari itu semua … saya belajar semakin mensyukuri apa yang telah terjadi dan saya lewati serta keadaan saya yang begitu baik setelah operasi. Saya tidak mengalami rasa sakit sama sekali, seperti yang dialami oleh teman ini. Jika operasi saya semua berjalan baik, saya yakin itu semua karena kemurahan Tuhan saja.

 

Tuhan mau kita menjadi saksiNya, untuk kemuliaanNya. Menceritakan pekerjaan tanganNya yang luar biasa kepada orang yang belum mengenalNya. Tuhan sudah membuka peluang, sekarang bagian saya untuk mengambil dan mempergunakan peluang tersebut untuk memberitakan FirmanNya dan memenagkan jiwa-jiwa bagiNya.


Teman-teman terkasih ... jika saat ini ada di antara kita yang sedang berada di dalam situasi atau keadaan yang tidak menyenangkan, bahkan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya … jangan mengeluh apalagi marah dan menyalahkan Tuhan, tetapi tetaplah mengucap syukur dan berterimakasih atas ujian kehidupan yang Tuhan ijinkan terjadi di dalam kehidupan kita, karena semua ini adalah untuk meningkatkan level iman percaya kita kepada Tuhan. Dan segala sesuatu yang Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan kita, semua pasti mendatangkan kebaikan bagi kita … meskipun mungkin saat ini kita tidak atau belum dapat mengerti.


1 Tesalonika 5, 18
“Bersukacitalah senantiasa, tetaplah berdoa, mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab
itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”


1 Korintus 10, 13
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak
melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan
kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan
kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.


Karena itu ambillah bagian yang sudah Tuhan sediakan bagi kita, pertandingan yang memang diperuntukkan bagi kita, karena ini adalah saat dimana Tuhan mempersiapkan kita untuk suatu rencana besar yang Dia persiapkan bagi kita, dan Dia mau kita menjadi berkat
bagi sesama kita.


Jika saya memandang kebelakang, saya semakin menyadari bahwa begitu banyak
“persiapan-persiapan” yang Tuhan ijinkan terjadi di masa lalu saya yang baru saya mengerti
saat ini.


1 Korintus 9, 25-27
Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa
tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya SELURUHNYA, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.


Kiranya renungan singkat ini dapat memberi semangat dan motivasi bagi setiap orang yang membacanya.
Tuhan memberkati & Tuhan yang akan memampukan kita melewati setiap ujian, sehingga kita bisa menjadi berkat ….

9 Agustus 2020
farry1.jpg

Farry Togas

Uhren an der Wand

WAKTU TUHAN PASTI YANG TERBAIK

 

PENGKHOTBAH 3 :1
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.

Ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk menuai. Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa. Ada waktu untuk berduka, ada waktu untuk bersukacita. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk mati. Ada pertemuan, ada perpisahan. Ada siang, ada malam.

Saya koq teringat beberapa tahun yang lalu waktu saya ingin naik kapal pesiar, saat itu saya masih di Bali.
Dan ingin banget membeli Rumah buat keluargaku oleh karena hampir 10 tahun bekerja di Bali tapi koq tidak kelihatan hasilnya. Juga hampir semua teman dan kolega telah memiliki rumah pribadi. Dan saat itu sedang hangat-hangatnya orang-orang kerja di kapal pesiar dengan bermimpi mendapatkan gaji dalam bentuk Dollar $.
Akhirnya saya putuskan untuk mengikuti test untuk bekerja di Kapal Pesiar.


Dengan berbagai persiapan saya lakukan agar bisa lolos, namun waktu saatnya saya mengikuti test tersebut saya akhirnya tidak lulus oleh karena satu dan lain hal.
Namun disaat itu sama sekali dalam hati saya tak ada perasaan kecewa, karena saya tahu bahwa Tuhan tidak mengijinkan saya bekerja di Kapal pesiar. Dan juga saya mengerti tentang ayat Alkitab di dalam Roma 8:28 (TB)
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Dan puji Tuhan saat itu saya beserta istri hanya bisa mengucap syukur dan merespon hal tersebut dengan Positif dan tahu bahwa
HAL TERSEBUT BUKAN WAKTU TUHAN YANG TERBAIK BAGI SAYA.

 

 

Saya jadi teringat tentang cerita Daud di dalam Alkitab yaitu di 1 Samuel 16 :1-23 saat Daud di urapi menjadi Raja atas Israel. Sebetulnya kalau Daud mau dia bisa aja langsung menggantikan Raja Saul tapi Daud tahu Prinsip bahwa WAKTU TUHAN PASTI YANG TERBAIK, dan Daud membutuhkan beberapa waktu baru dia bisa menjadi Raja untuk Israel.

Dibutuhkan sebuah proses bagi setiap kita sebagai Anak Tuhan dan akhirnya saya berusaha untuk melupakan kegagalan tersebut dengan mulai lagi mencari pekerjaan. Oleh karena di saat saya mengikuti test untuk Kapal Pesiar itu saya harus keluar dari tempat kerja dan juga ada biaya yang harus saya bayarkan saat itu, oleh karena testnya itu di adakan di Jakarta.


Dan akhirnya beberapa bulan kemudian saya mendapat pekerjaan baru di sebuah restaurant Yakiniku SAMA SAMA di Bali.
Dan setelah bekerja hampir setahun di restaurant tersebut maka kesempatan bekerja di Luar Negeri akhirnya datang juga bahkan saat itu segalanya FREE maksudnya semua di bayar oleh Hotel Movenpick Geneva saat itu.
Dan pada saat itulah saya mengerti bahwa kalau sudah waktunya Tuhan, segala sesuatunya tepat di atur oleh-Nya.

Tuhan ingin kita belajar untuk berjuang, bertahan dan merelakan apa yang telah lalu. Dan untuk menuju ke padang rumput hijau, kita harus mengayuhnya agar roda-roda itu melaju. Tuhan tidak ingin kita berlama-lama merenungi masa lalu. Ia ingin kita mengarahkan pandangan pada masa depan yang telah Tuhan sediakan dengan indahnya. Percayalah pada waktu-Nya Tuhan dan nikmati setiap prosesnya sebab waktu Tuhan pasti yang terbaik.

Sabar menantikan waktu Tuhan adalah kunci mengalami pertolongan dari Tuhan dan menikmati janji-janjiNya!

Semoga renungan ini menjadi berkat.

Selamat menikmati berkat Tuhan hari ini
Dan selamat hari minggu
Tuhan Yesus memberkati 

2 Agustus 2020
Alfonso.jpg

Alfonco Sinaga

Vorführung traditioneller Musik

Selamat Ulang Tahun Swiss
1 Agustus 2020

 

 

Kejadian 1 : 28

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.

 

Terus terang saya banyak belajar dari orang Swiss, saya merasa sangat beruntung mendapat kesempatan bisa tinggal dan hidup bersama di negeri susu dan keju ini. Saya melihat keanggunan dan keagungan Tuhan Pencipta di sini. Lihatlah alamnya, lihatnya Alpennya, lihatlah sungai-sungainya, lihatlah tebing-tebingnya, lihatlah air terjunnya, lihatlah danau-danaunya, lihatlah hutannya, lihatlah flora dan faunanya, lestari tidak punah. Bolehkah apabila saya membayangkan beginilah cantiknya Taman Eden waktu Tuhan ciptakan langit dan bumi ini dan memberikan Adam dan Hawa ijin tinggal? Akibat Covid-19, saya harus membatalkan perjalanan pulang kami sekeluarga ke tanah air, dan mau tak mau harus mengeksplore tanah Swiss lebih banyak dari sebelumnya.

 

Ya Tuhan, rasa kagumku koq semakin bertambah. Saya membayangkan di balik ini pastilah ada tangan-tangan yang dingin merawat alam pemberian Tuhan ini, mulai dari pegunungan Alpennya, sungai-sungainya dan danau-danaunya. Darimanakah hikmat yang mereka peroleh? Saya yakin dari Tuhan, sebab sudah sejalan dengan perintah Tuhan pada nats Alkitab yang saya tuliskan di atas, yaitu penggalan kalimat “penuhilah bumi dan taklukkanlah itu”. Benar, orang Swiss sudah menaklukkan “Taman Eden” yang diberikan Tuhan kepada mereka. Mereka benar-benar paham apa isi hati Tuhan memfirmankan itu. Kalau mereka sudah menghormati ciptaan-Nya itu sama dengan menghormati Tuhan, dan wajarlah kalau negara ini diberkati lebih dari yang lain.

 

Di belahan bumi lain, cara manusia berbeda dalam hal “menaklukkan” ini, antara lain ada yang menguras sumber daya alamnya untuk keuntungan pribadi, merusaknya lalu meninggalkannya, tanpa merawat kelestarian dan sumber air di sana. Penebangan hutan yang tidak lestari, pohon ditebang lalu hutan jadi gundul, dan satwa di sana merana karena kehilangan habitatnya. Hati Tuhan pastilah terluka melihat ulah manusia tersebut, sebab semuanya itu adalah karya ciptaan Tuhan bukan buatan manusia yang angkuh. Manusia seyogianya hanya diberi hak pakai atau hak menikmati, bukan hak memusnahkan. Hukuman apakah yang pantas bagi manusia yang merusak ciptaan Tuhan?

               

Kita bisa banyak belajar dari orang Swiss bagaimana mereka menjaga alamnya, menjaga kebersihan, menghormati hak hidup satwa-satwa di pegunungan, ikan-ikan di sungai dan di danau, bunga-bunga liar di hutan, dan mereka membangun akses kemana-mana agar manusia yang tinggal di negaranya layak hidup dan mudah, tapi tanpa merusak batas-batas yang telah ditentukan.

               

Selamat berulang  tahun Swiss, negara dan bangsa yang telah mengajari kita banyak hal, tentang keagungan Tuhan, alam semesta beserta isinya dan manusia.

 

Tuhan memberkati Swiss, God bless Switzerland, Gott segne die Schweiz

26 Juli 2020
frankie1.jpg

Frankie Massie

Bibel Lektionen

Bicaralah Pada Nya

 

Mazmur 145: 1-2, 8-21 ; Kolose 2: 6-15 dan Lukas 6: 12-19

 

Dalam hidup sehari-hari sebagai orang beriman, kita selalu berdoa, dimana dan pada saat apa pun itu. Contohnya, sebelum mengambil keputusan, kita berdoa terlebih dahulu agar apa yang kita putuskan itu benar serta mendapatkan kemurahan dari Allah Bapa kita. Dengan demikian, kita mempercayakan segalanya kepada Dia. Dengan begitu, kita dimampukan untuk mengambil suatu keputusan atau menentukan satu pilihan yang benar-benar bermanfaat.  

Dalam Injil diceritakan bahwa Yesus berdoa kepada Bapa-Nya. Hal itu dilakukan-Nya sebelum Ia mengambil keputusan untuk memilih para murid-Nya yang akan menemani-Nya dalam karya penyelamatan. Yesus berdoa semalam-malaman kepada Bapa-Nya. Setelah Ia berdoa Dia “mendapatkan kuasa” dari Bapa dan menentukan siapa yang layak menemani-Nya. 

Bukankah Yesus adalah Tuhan yang punya kuasa untuk memutuskan sesuatu dan menyembuhkan? Mengapa Ia harus berdoa terlebih dahulu? Benar bahwa Yesus adalah Tuhan dan Ia memiliki kuasa untuk memutuskan sesuatu dan menyembuhkan penyakit. Tetapi bukan itu yang ingin Yesus tunjukkan kepada orang-orang yang mengikuti-Nya. Yesus ingin menunjukkan bahwa orang yang hidup di dunia ini punya kerinduan untuk berbicara dengan Bapa. 

Oleh karena itu, Yesus menunjukkan caranya. Cara untuk berbicara dengan Bapa adalah melalui berdoa. Penginjil Lukas melukiskan bahwa Yesus berdoa semalam-malaman. Yesus berdoa semalam-malaman bukan berarti bahwa Yesus menunjukkan agar kita berdoa dari malam hingga pagi lagi, tetapi kita harus berdoa dalam kesunyian, menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi kita dalam berdoa. Dalam kesunyian, kita berusaha membuka diri agar Allah Bapa dapat masuk ke dalam diri kita. Itulah sebabnya kita butuh berdoa “pada waktu malam”.  

Doa orang Kristen pun tidak melulu hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang lain bahkan orang-orang yang telah meninggal pun didoakan. Dan kita percaya juga bahwa para kudus dan malaikat di surga mendoakan kita. 

Kita disebut orang-orang Kristiani karena kita pengikut Kristus. Dengan kata lain, kita adalah murid-murid-Nya sekaligus anak-anak-Nya. Oleh karena itu, adalah hal benar mengikuti apa yang diajarkan guru kepada anak-Nya. Kita meneladan sikap yang ditunjukkan Yesus. Bukankah kita merasa bahagia jika kita dapat berbicara dengan-Nya? Bicaralah, Yesus sedang menunggu. 

“Kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia” (Kolose 2: 6)

Jika kita sudah menerima Kristus itu sendiri di dalam hati kita yang terdalam, hidup baru kita akan menunjukkan hubungan yang erat dengan-Nya melalui perjalanan iman di dalam Dia. Berjalan merupakan tindakan. Agama kita bukan untuk disembunyikan di dalam kamar kita; kita harus membawanya menjadi tindakan sesuai dengan kepercayaan kita. Jikalau seseorang berjalan di dalam Kristus, maka ia akan berbuat apa yang Kristus akan perbuat; karena dengan Kristus ada di dalam dirinya, harapannya, kasihnya, sukacitanya, dan hidupnya, dia memancarkan sinar dari gambar Yesus; dan orang-orang akan berkomentar tentang dia, “Dia seperti Tuannya, dia hidup seperti Yesus Kristus.” Berjalan menunjukkan kemajuan. “Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia”; lanjutlah dari anugerah ke anugerah selanjutnya, berlarilah ke depan sampai engkau mencapai pengetahuan setinggi mungkin mengenai Dia kekasih kita.

Berjalan berarti berkelanjutan. Haruslah ada kepatuhan yang terus-menerus di dalam Kristus. Berapa banyak orang Kristen berpikir bahwa pada pagi dan malam hari mereka harus datang ke dalam hadirat Yesus, tapi sepanjang hari memberikan hati mereka kepada dunia: tetapi ini adalah cara hidup yang buruk; kita harus selalu bersama Dia, menapak langkah-langkah-Nya dan melakukan kehendak-Nya. Berjalan juga berarti kebiasaan. Ketika berbicara tentang perjalanan dan perbincangan seseorang, yang kita maksudkan adalah kebiasaannya, yakni karakter dan arah hidupnya. Nah, kalau kita kadang-kadang menikmati Kristus, tetapi lalu melupakan-Nya, kadang-kadang menyebut-Nya milik kita, tetapi segera kehilangan pegangan kita, itu tidak disebut kebiasaan; kita tidak berjalan di dalam-Nya. Kita harus turut bersama-Nya, melekat dengan-Nya, tidak pernah melepaskan-Nya, melainkan hidup dan berada bersama Dia.

Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga. (Kisah Para Rasul 17: 28)  ”Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia”; setia seperti saat engkau memulai, dan, seperti pada mulanya Kristus Yesus adalah kepercayaan imanmu, sumber hidupmu, prinsip perbuatanmu, dan sukacita rohmu, hendaklah Dia tetap sama hingga akhir hidupmu, sama saat engkau berjalan dalam lembah kekelaman, dan masuk ke dalam sukacita dan istirahat yang tetap bagi umat Allah. Oh Roh Kudus, mampukan kami menaati perintah sorgawi ini.

 

 

Marilah Berdoa:

Ya Yesus, buatlah aku untuk tetap ingin berbicara dengan-Mu. Amin

*Semangat Perki* *Selamat Hari Minggu* *Jangan Lupa Untuk Beribadah* *Salam Damai Kristus*

 

 

Tuhan memberkati

19 Juli 2020
elma.jpg

Elma Roux

Bibel

HIDUP BERSAMA

 

 

"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Matius 7:12

 

Ayat di atas adalah salah satu ayat terkenal di dalam Alkitab dan merupakan sambungan dari khotbah Tuhan Yesus di bukit yang berisi seri pengajaran untuk dipakai sebagai penuntun dalam menjalani hidup bersama dengan orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial, tidak bisa hidup sendirian dan selalu membutuhkan orang lain.

 

Tidak ada seorangpun yang bisa hidup sendirian, sepintar, sekaya, sekuat, dan sehebat apapun orang itu, akan selalu membutuhkan orang lain. Tuhan Yesus dalam hidupnya selama di bumi, sudah mengalami pengalaman hidup bersama dengan orang lain. Dimulai dari keluarganya, bersama kedua orang tuanya, Yusuf, Maria dan saudara-saudara-Nya yang lain, selanjutnya bersama murid-murid dan orang-orang yang ditemui dalam pelayanan-Nya. 

Kebutuhan sebagai makhluk sosial, Tuhan Yesuspun pernah mengalaminya selama hari-hari hidup-Nya di bumi.

 

Di Matius 7:12 ini, Ia mengajarkan salah satu kunci bagaimana bertindak dalam hidup bersama dengan orang lain untuk bisa hidup tenang, tenteram dan damai. 

Pengajaran Tuhan Yesus ini tidak dibatasi hanya dilakukan untuk orang-orang tertentu saja seperti pasangan, anak-anak, mertua, rekan kerja, teman sepelayanan, teman satu komisi, saudara seiman tetapi Ia mengajarkan untuk melakukannya kepada siapa saja secara umum, tanpa melihat latar belakang kepercayaannya, gender, asal, pekerjaan dan lain sebagainya.

Kecenderungan manusia bertindak berdasarkan apa yang orang lain telah lakukan kepadanya. Dalam artian akan berbuat seperti apa yang sudah diterima dari orang lain.Yang memperhatikan, diperhatikan balik, yang sering mengunjungi balik dikunjungi, yang sering kirim message akan lancar juga dikirimkan message, dan lain-lain.

Orang yang diperlakukan dengan jahat dan dibuat menderita oleh perbuatan seseorang akan membalaskan hal yang sama seperti yang telah diterimanya, bahkan mengusahakan membalas lebih jahat lagi. 

Yang sering terjadi dalam kehidupan bersama adalah orang yang saling menuduh dan mencoba menjatuhkan, baik dengan kata-kata ataupun dengan tindakan.

Sangat disayangkan biasanya terjadi malah dengan orang-orang terdekat, membangun relasi dengan cara yang tidak seperti Tuhan Yesus ajarkan di atas. 

Sahabat yang semula akrab, rekan sepelayanan, teman kerja, suami istri, kecewa satu dengan yang lain karena merasa sudah melakukan banyak  kebaikan dan tidak mendapat perlakuan yang sama. Menunggu untuk dihargai dan dikasihi, diperhatikan  dan saat tidak mendapatkan yang dikehendaki, akhirnya timbullah kekecewaan.

Tuhan Yesus  mengajarkan resep yang mujarab bagaimana cara membangun hubungan dalam hidup bersama dengan sesama, "segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka."

Kalau kita ingin dikasihi, kasihilah terlebih dahulu, mau diperhatikan, perhatikanlah terlebih dahulu, mau hidup tenang tanpa digosipkan orang lain, janganlah menggosipkan orang lain, mau diampuni, mulailah menabur pengampunan kepada orang lain, mau hidup tidak dihakimi, janganlah menghakimi orang lain.

Lakukan semuanya dengan sabar dan tidak cepat menyerah saat yang dikehendaki dan dirindukan itu kelihatannya belum datang juga, lanjutkan terus sampai ada perubahan.

Alkitab menuliskan di Galatia 6:9, Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah tiba waktunya, kita akan menuai, Jika kita tidak menjadi lemah. 

Diperlukan kesabaran dan ketekunan saat sudah taat mempraktekkan ajaran Tuhan Yesus ini dan kelihatannya belum ada hasil, tidak cepat menyerah, tidak menjadi lemah dan tetap percaya, firman Tuhan tidak mungkin gagal, sampai tiba waktunya, akan menuai apa yang dirindukan.

 

Salam kasih, Tuhan Yesus memberkati 

12 Juli 2020
Susi.jpg

Susie Lehmann

Befragung mit Mikrofon

Dapatkah Iman Bertumbuh Melalui Online?

Dengan ditutupnya banyak gereja-gereja diseluruh dunia sejak bulan Maret 2020 yang lalu selama kurang lebih 3-4 bulan karena Covid-19, banyak orang-orang Kristen mulai mencari cara lain agar mereka dapat tetap beribadah.

Virtual, skype, live streaming dan zoom adalah beberapa contoh sarana yang digunakan agar teman-teman seiman dapat berdoa bersama dan mendengarkan Firman Tuhan secara online.

 

Apakah iman kita dapat bertumbuh melalui Ibadah-ibadah atau pertemuan-pertemuan online semacam ini?

 

Bukankah Tuhan meminta kita untuk bersekutu, menyediakan hari ke 7 untuk Dia, digereja atau ditempat ibadah?

Inipun tidak selama 24 jam, melainkan hanya 1.5 - 2 jam, pada hari ke 7.

 

Selama masa lockdown, ibadah di gereja atau pertemuan di persekutuan-persekutuan doa tidak dapat lagi kita lakukan. Hal ini membuat semakin banyaknya persekutuan-persekutuan doa online yang terbentuk melalui kecanggihan dunia medsos.  

Pertemuan-pertemuan kerohanian yang dilaksanakan secara online melalui medsos ini justru semakin mempererat hubungan sesama anggota.

Mereka menjadi lebih saling mengenal satu dengan yang lainnya, keintiman dan kepercayaan diantara para anggota semakin meningkat dan kuat.

Tema atau pembacaan Firman Tuhan yang dipilih dapat dibahas bersama-sama dan masing masing anggota dapat mengeluarkan pendapatnya serta memberikan kesaksian-kesaksian pribadi.

 

Doa doa permohonan, baik untuk diri  maupun keluarga, untuk saudara ataupun untuk orang lain, didoakan bersama-sama dengan khusuk. Apakah itu doa untuk kesembuhan, doa bagi yang sudah meninggal, doa untuk memberikan kekuatan, doa permohonan pekerjaan, doa bagi yang baru melahirkan dan masih banyak lagi pokok-pokok doa lainnya.

Hal ini dengan sendirinya memacu iman kita untuk semakin bertumbuh.

Kerinduan untuk dapat bergabung dalam setiap pertemuan-pertemuan online sangat terasa sekali, apalagi jika kita mengikuti beberapa grup dalam satu minggu.

Lingkungan dirumah sendiri, membangkitkan rasa nyaman dan santai.

 

Ibrani 10:25

Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasehati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

 

Terasa sekali perbedaannya, jika setiap hari ke 7 kita harus bersiap-siap diri, berpakaian rapi serta menghitung waktu perjalanan yang harus ditempuh agar kita dapat tiba dan duduk di suatu gereja dengan tepat waktu, untuk dapat mengikuti Ibadah dan mendengarkan Firman Tuhan yang dibawakan oleh seorang Pendeta atau Pastor.

Didalam gereja siraman rohani terjadi satu arah, dari Pendeta atau Pastor kepada jemaat.

Tetapi Tuhan ingin agar kita tetap menyediakan waktu untuk beribadah di gereja.

Ini adalah salah satu perintahNya yang harus kita turuti, yaitu menguduskan hari Tuhan.

 

Lalu bagaimana sekarang dengan situasi lockdown dan social distancing (jaga jarak) yang ditetapkan oleh pemerintah?

Bagaimana kita dapat memenuhi perintah Tuhan untuk beribadah di gereja?

 

Roma 13:1-2

Tiap tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang diatasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.

Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.

 

Kadang kita mendengar banyak hamba-hamba Tuhan yang melanggar ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Ibadah-ibadah di gereja tetap dijalankan, yang mana hal ini mengakibatkan banyak dari para jemaat tertular covid 19.

Mereka merasa takut berdosa jika tidak ke gereja dan tidak dapat menolak himbauan Pendeta mereka untk tetap hadir dalam Ibadah dan menyepelekan virus Corona ini.

Roma 13:4a

Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu.

 

Maka timbullah pertanyaan, dapatkah kita bertumbuh secara rohani tanpa datang kegereja?

Dapatkah iman kita bertumbuh melalui ibadah-ibadah atau pertemuan-pertemuan rohani lainnya secara online?

Jawaban saya adalah: Bisa

 

Roma 10:17

Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.

Dengan menuruti peraturan pemerintah, ibadah-ibadah dan doa doa bersama secara online mulai menjamur. Suatu cara bersekutu yang tidak menghilangkan rasa khusuk seperti jika kita ke gereja. Iman kita pun semakin bertumbuh dan melalui sharing Firman-firman Tuhan maka umat Kristen diseluruh dunia semakin terberkati.

Tidak hanya terbatas didalam suatu kota atau negara, tetapi benang yang dirajut melalui medsos ini dapat membuat suatu jaringan ibadah yang sangat luas dan sambung menyambung ke seluruh dunia sehingga membuat banyak orang merasa terberkati.

 

Ketentuan mengenai hari dan waktu dapat disepakati bersama dan para anggota merasa nyaman didalam lingkup ruangan dirumahnya masing masing.

Semoga kita semua dapat memanfaatkan masa-masa kritis ini dengan tidak sia-sia, tetapi kita gunakan untuk membangun Iman kita.

Tuhan Yesus memberkati.

5 Juli 2020
Chris.jpg

Christiana Streiff

Geschwister

Mengasihi dan Mengampuni

 

Ayat bacaan: 1 Yohanes 2:10

 

“Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan.”

 

Perselisihan atau pertengkaran terjadi lebih banyak di antara teman akrab, pasangan, saudara atau keluarga dibandingkan dengan orang yang tidak atau kurang kita kenal. Itu adalah fakta yang sulit untuk dibantah. Percikan-percikan api kecil bisa timbul setiap saat, dan kekecewaan yang berlebihan bisa membuat kita cepat tersinggung. Kita cenderung mengharapkan orang-orang yang terdekat sebagai manusia yang sempurna, yang menurut kita tidak boleh sedikitpun membuat kesalahan. Kita lupa bahwa sedekat apapun mereka tetaplah manusia yang bisa berbuat salah pada suatu ketika. Tersinggung, lalu sakit hati, tidak jarang menjadi dendam dan sulit untuk memaafkan. Saya sudah menjumpai begitu banyak kasus kepahitan yang berasal dari perselisihan dengan orang-orang terdekat. Suami dan istri bertengkar dengan tidak berkesudahan, orang tua tidak mau lagi mengakui anaknya, anak yang meninggalkan orang tuanya, sesama saudara kandung yang ingin saling menghancurkan dan mencelakakan, itu semua semakin tidak sulit kita lihat akhir-akhir ini. Bukannya semakin baik, tetapi manusia justru semakin menjadi orang-orang eksklusif, tidak mau kalah dan selalu merasa benar. Semakin lama manusia semakin menikmati kebencian, semakin sulit mengampuni, cenderung lebih memilih memperpanjang perbedaan dan terus bertikai ketimbang mencari jalan penyelesaian dan berdamai. Bahkan tidak jarang pula kita mendapati pertumpahan darah justru di kalangan keluarga atau saudara sendiri. Ini adalah hal yang memprihatinkan. Bisakah anda bayangkan betapa sedihnya hati Tuhan melihat perilaku-perilaku seperti ini?

 

Ada banyak orang mengaku bahwa mereka ada dalam terang. “Tentu saja saya dalam terang. Bukankah saya menerima Yesus? Itu artinya saya ada dalam terang, dong…” itu ada dalam benak banyak orang tanpa berpikir panjang atas cara hidup atau sikap hati mereka. Bersama Terang Dunia, memang kita seharusnya pun berada dalam terang. Bukan cuma berada dalam terang, tetapi seharusnya kita pun menjadi terang bagi banyak orang.

Seperti itulah kita seharusnya, seperti yang dikatakan Yesus dalam Matius 5:14-16.

Tetapi perhatikanlah bahwa Yohanes menyinggung hal ini dengan tegas. Tolok ukur apakah kita berada dalam terang atau tidak sesungguhnya tergantung dari satu hal penting, yaitu sejauh mana kita mengasihi saudara kita.

Perhatikanlah ayat berikut ini: “Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan.” (1 Yohanes 2:10).

Hal ini ia katakan melanjutkan sebuah seruan yang mungkin kontroversial bahkan bagi sebagian orang hari ini: “Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang.” (ayat 9).  Jangan mengaku dalam terang jika masih menyimpan kebencian atau dendam terhadap saudaramu sendiri.

Mari kita lanjutkan satu ayat lagi setelahnya: “Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.” (ayat 11).

Mengapa Yohanes bisa berkata seperti itu? Alasannya jelas. Waktu-waktu yang ia jalani bersama Yesus telah membuktikan sendiri bagaimana Yesus mengasihi manusia tanpa pamrih, tanpa batas. Dari situ ia tahu betul bahwa Allah bukan saja penuh kasih, tetapi Allah adalah kasih itu sendiri. Oleh sebab itulah Yohanes bisa berkata dengan tajam bahwa “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” (1 Yohanes 4:8). Tidak mengenal Allah, itu artinya berada di dalam gelap. Kita mengaku percaya kepada Kristus, tetapi kita tidak mengenal pribadiNya sebagai kasih, itu artinya kita tidak berada di dalamNya. Dengan kata lain, tidak mengasihi berarti kita tidak berada di dalam terang, melainkan masih terkurung jauh di dalam gelap. Dan jelas, berada dalam kegelapan akan membuat kita terus terpengaruh terhadap banyak penyesatan.

Berulang kali Yesus sudah mengingatkan kita akan pentingnya mengasihi saudara-saudara kita dan berhenti menabur atau mempertahankan kebencian. Lihat bagaimana jawaban Yesus dalam menanggapi pertanyaan Petrus akan jumlah maksimal dalam memberi pengampunan terhadap perbuatan dosa yang dilakukan oleh saudara sendiri. “Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” (Matius 18:21-22). Tujuh puluh kali tujuh kali, menunjukkan jumlah yang tidak terbatas dalam memberi pengampunan. Lebih lanjut bahkan dikatakan bahwa adalah percuma buat kita berdoa apabila masih menyimpan ganjalan, sakit hati, kebencian atau dendam terhadap orang lain. “Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” (Markus 11:25). Tidak mau mengampuni orang lain, maka Tuhan pun tidak akan mau mengampuni kita. (ayat 26).

Seringkali kita berdalih dan mengatakan, “untuk apa saya mengampuni sementara ia tidak juga mengakui kesalahannya?” Soal mengampuni sesungguhnya berasal dari kita, bukan tergantung dari orang lain. Apabila kasih Kristus benar-benar mengalir dalam hidup kita, itu akan mendatangkan terang yang membuat kita bisa memberi pengampunan.

Ada pula yang berdalih, “tetapi ia sudah sangat keterlaluan, bagaimana mungkin bisa dimaafkan?” Itupun tidak cukup menjadi alasan bagi kita untuk mendendam.

 

Kurang apa penderitaan yang dialami Yesus? Penyiksaan di luar batas perikemanusiaan, yang dilakukan oleh manusia yang katanya beradab, dipaku kaki dan tangannya, dipasangi mahkota duri hingga mati di atas kayu salib, itu merupakan sebuah siksaan dengan hinaan yang luar biasa kejinya. Tapi apa yang dilakukan Yesus? Di atas kayu salib itu Yesus masih meminta pengampunan buat para penyiksanya! “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34).  

Apakah pada saat itu mereka sudah menyadari kesalahan mereka dan mohon ampun? Tidak. Tapi Yesus tetap menyerukan pengampunan. Ini adalah hal luar biasa yang seharusnya bisa menjadi teladan untuk kita semua. Tidak satupun kita ingin binasa. Kita mungkin telah berbuat dosa yang sangat besar, tetapi Tuhan tetap mau mengampuni meski kesalahan kita sudah sedemikian buruknya sekalipun.

Jika Tuhan saja mau berbuat demikian, siapakah kita yang merasa punya hak lebih untuk bisa tidak mengampuni?

 

Adalah penting bagi kita untuk menjaga kondisi hati kita setiap saat. Mengapa hati? “sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.” (Markus 7:21-22). Dan, “Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.” (ayat 23).

 

Mengampuni itu merupakan kewajiban bagi kita dan bukan sesuatu yang bisa kita pilih-pilih. Mengasihi saudara kita, terlepas dari kekurangan-kekurangan mereka, itulah yang membuktikan apakah kita berada di dalam terang atau tidak, apakah kita masih di jalan yang benar untuk memperoleh segala janji Allah atau tidak.

Dalam perenungan - timbul suatu pertanyaan: “Adakah orang yang masih kita ikat dengan kebencian di dalam hati anda? Adakah orang yang kita anggap belum layak untuk kita ampuni? “

Berikan pengampunan sekarang juga. Jika saya, kita atau anda tidak sanggup, berdoa dan mintalah Roh Kudus untuk memampukan anda. Jangan  biarkan diri kita terus berada dalam kegelapan. Terang tengah menanti kehadiran kita saat ini juga. Masuklah segera ke dalamnya.

 

Kita tidak akan pernah hidup dalam terang selama kebencian masih ada.

Amin

28 Juni 2020
Cynthia.jpg

Cynthia Kaluntas Lebet

Christliches Heft

Sudahkah Saya Mengasihi?


Kita selalu mendengar inti ajaran Kristen adalah kasih. Kasih? Bukankah itu hal yang sangat mudah ? Kita punya relasi yang baik dengan orang di sekitar kita, suka di undang teman, kita juga mengundang teman-teman di tempat kita. Kita memberikan kado kepada teman yang berulang tahun dan sebaliknya kita menerima kado dari teman-teman kita. Kita juga memberikan sumbangan ketika ada bencana alam. Tidak pernah masuk penjara atau melakukan hal-hal yang menunjukkan tidak memiliki kasih, kita ini bukan orang jahat intinya, jadi orang Kristen gampang. Apalagi ke gereja setiap minggu, sudah tahu inti ajaran kekristenan adalah kasih, kan sudah dengar harus mengasihi dari kita masih kecil. Benarkah sesederhana itu yang namanya kasih?


Saya mengangkat topik ini bukan karena saya telah sempurna menjalankan kasih namun karena kesadaran bahwa saya masih terlalu rendah dari standard orang yang menghidupi Firman atau yang memiliki kasih sehingga dengan mengangkat tulisan tentang kasih ini saya akan merenungkan sekali lagi tentang bagian ini, dan juga mengajak saudara-saudari merenungkan makna kasih. Tentunya tulisan ini jauh dari sempurna dan di kupas sangat sederhana dari hati seorang yang melihat pengorbanan salib itu dengan hati yang remuk. Dia mati untuk saya!!! Pantaskah? Sama sekali tidak. Kok ada ya yang mau mati bagi saya? Siapa saya? Kenapa Yesus mau mati bagi saya? Ini sudah terjadi dan bukan hanya satu cerita dongeng. Bahkan penderitaan-Nya sudah di tulis jauh sebelum Dia lahir ke dalam dunia ini. Misalnya kita bisa baca dalam kitab Nabi Yesaya yang di tulis sekitar 700 tahun sebelum kelahiran Tuhan Yesus, begitu menyedihkan kalimat-kalimat yang berbicara penderitaan yang akan dilewati Yesus bagi kita.


Yesaya 53 : 3 – 7

53:3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. 53:4 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. 53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. 53:6 Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

53:7 Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.


Orang mati di salib itu biasa pada zaman itu jadi apa yang spesial dengan penyaliban Yesus? Karena orang-orang yang di salib adalah orang-orang yang benar-benar jahat dalam perbuatannya tapi Yesus disalibkan karena kesalahan kita, murni karena kesalahan saudara dan saya. Dia melewati penyiksaan yang besar sebelum di salib. Ketika saya merenungkan setiap penderitaan yang Yesus alami lewat apa yang tertulis dalam 4 kitab Injil mulai dari taman Getsemani sampai penyaliban, saudara bisa membaca sendiri dari Matius 26 : 36 – 27 : 56, Markus 14 : 32 – 15 : 41, Lukas 22 : 39 – 23 : 49, Yohanes 18 : 1 – 19 : 37. Saya mendapati kasih yang begitu besar kepada saudara dan saya sehingga mau berkorban sedemikian besar dan juga saya membayangkan dalam kacamata saya sebagai seorang mama yang melihat anak saya disiksa banyak orang padahal dia tidak bersalah dan saya sebetulnya bisa menghentikan penyiksaan itu wowwww pasti sakit sekali rasanya, kira-kira begitu perasaan Bapa bahkan lebih dari itu melihat peristiwa penyaliban Yesus, pasti sangat sangat sedih.


Waktu kita hidup dengan perasaan bahwa "saya tidak pantas mendapatkan anugerah sebesar ini" maka kita akan hidup dengan ungkapan syukur yang begitu besar juga, yang terlihat dari cara hidup kita sehari-hari, berlari dengan kecepatan yang tinggi dengan mata dan hati yang fokus kepada Bapa. Terus berusaha memperbaiki diri setiap hari sesuai kebenaran Firman. Haus dan lapar akan Firman Tuhan. Hidup dalam doa setiap saat dan terus memiliki hubungan intim dengan Tuhan. Tapi kenapa kita mau mengikuti pengajaran Kristus? mau belajar ketetapan-ketetapan-Nya? Karena takut penghakiman? ini egois karena penghakiman adalah konsekuen dari perbuatan kita sendiri. Kita mau sungguh-sungguh mengikuti Tuhan karena takut melukai hati Bapa yang mengasihi manusia hina macam saudara dan saya tanpa batas. Ya, mengasihi tanpa batas sehingga memberikan Putra-Nya yang terkasih menebus dosa saudara dan saya sehingga kita memiliki pengharapan untuk hidup kekal. Kita mampu mengasihi karena Bapa terlebih dahulu mengasihi kita. Kasih kita ke Bapa terlihat dalam tindakan nyata kasih kita kepada sesama.


Lalu bagaimanakah kasih menurut Rasul Paulus lewat suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, dari 1 Korintus 13 : 4 - 7.


13:4 Kasih itu sabar; Kita dikatakan orang yang mengasihi waktu kita memiliki kesabaran, punya pengendalian diri, bisa berpikir positif. Pengakuan sabar terhadap diri kita bukanlah datang dari diri kita sendiri melainkan dari orang-orang yang sungguh-sungguh mengenal kita sehari-hari dan melihat bagaimana kita bisa bersabar pada saat ada hal-hal yang terjadi di sekitar kita yang menguji kesabaran kita, mungkin sesuatu yang terjadi di luar dugaan kita, bagaimana kita bereaksi? Mungkin perlu bertahun-tahun sampai orang akan berkata kita sabar karena sudah melihat bagaimana A, B, C memperlakukan kita dan kita tetap bisa bersabar. Marilah kita belajar akan kesabaran Kristus.


kasih itu murah hati; Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah suka (mudah) memberi; tidak pelit; penyayang dan pengasih; suka menolong; baik hati;
Mengapa suka memberi? Karena tahu semua yang dimiliki adalah milik Tuhan sehingga tidak sulit berbagi dengan orang lain. Berarti orang yang pelit tidak memiliki kasih. Kadang antara bijaksana mengatur keuangan dan pelit tidak memang terlihat perbedaannya sehingga ini bisa menjadi bahan perenungan pribadi masuk kategori manakah saya?

Suka menolong masuk dalam murah hati, apakah pada saat melihat orang lain membutuhkan bantuan saya akan otomatis memberikan bantuan atau cuek sepertinya itu tugas orang lain sehingga kita tidak peduli.


Ia tidak cemburu. Cemburu (KBBI) : 1 merasa tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung dan sebagainya; sirik. 2 kurang percaya; curiga (karena iri hati):Pada saat kita tidak sanggup mensyukuri kelebihan orang lain disanalah akan timbul rasa cemburu. Apalagi jika dalam pemikiran kita orang ini lebih rendah dari kita, sekolah cuma segitu, pekerjaannya cuma segitu, ahhh dulu kehidupannya cuma segitu. Kita menganggap remeh orang lain sekalipun kita tidak tunjukkan secara langsung hanya dalam pikiran kita tapi ternyata orang ini lebih berhasil dalam pekerjaan, pendidikan, rumah tangga, apapun itu sehingga akan ada iri hati. Kalau saya secara pribadi melihat satu solusi dari sekian banyak solusi dalam mengatasi rasa cemburu adalah mengenal identitas kita dengan jelas di hadapan Tuhan.

Ia tidak memegahkan diri. Memegahkan diri berarti membanggakan diri, membicarakan tentang diri sendiri secara berlebihan atau ditambah-tambahkan yang sebetulnya tidak ada atau membual. Ini satu bentuk egois dimana orang ingin menjadi pusat perhatian tanpa peduli kebutuhan atau pendapat orang lain. Orang yang mengasihi mengutamakan orang lain terlebih dahulu.

 

dan tidak sombong. Sombong adalah orang yang karena kelebihan yang dimiliki merendahkan atau meremehkan orang lain. Tidak mampu melihat bahwa semua yang dimiliki adalah anugerah Tuhan semata dan Tuhanlah pemilik dari semua hidup kita sehingga tidak ada satu halpun yang bisa kita sombongkan. Kesombongan tidak hanya dalam bentuk verbal tapi juga dari tatapan atau ekspresi tubuh kita bisa menunjukkan sikap meremehkan orang lain.

13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan. Sopan melingkupi berbagai macam hal, bisa dalam berkata-kata, cara berpakaian, sikap kepada orang lain yang menunjukkkan tidak menghargai, dan lain-lain,

 

dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Orang seperti ini hanya baik jika menguntungkan dirinya, mungkin berhadapan dengan orang kaya/pintar/status sosial yang tinggi akan berpura-pura baik karena ada kepentingan di belakangnya. Kebaikan yang diberikan tidaklah tulus dan ini kebalikan dari orang yang mengasihi.

 

Ia tidak pemarah, saya percaya pemarah yang di maksud Rasul Paulus adalah orang yang marah karena egonya tersentuh, motivasi untuk diri sendiri yang terganggu. Orang yang mengasihi pasti pernah marah, kita melihat dalam Perjanjian Baru bagaimana Yesus memarahi pemimpin-pemimpin agama dengan perkataan-perkataan yang sangat keras namun motivasinya benar yaitu untuk menegur dosa dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Orang yang mengasihi tahu mengampuni, sadar kalau dirinya sendiri tidak layak namun beroleh pengampunan sehingga bisa mengampuni. Hanya orang yang sadar dia diampuni bisa mengampuni. Orang bisa dikatakan telah mengampuni hanya jika dia masih mengingat apa yang terjadi namun tidak merasa sakit lagi. Di Matius 18 : 22, Yesus bilang kita harus mengampuni sampai 70x7 kali, artinya mengampuni tanpa batas.

 

13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Orang yang mengasihi akan sedih ketika hal yang tidak benar terjadi disekelilingnya, dia tidak akan berdiam untuk ketidakadilan. Dia akan berani menyatakan kebenaran.

13:7 Ia menutupi segala sesuatu. Orang yang mengasihi tidak akan membeberkan kekurangan orang lain, sekalipun orang itu bukan orang yang baik terhadap dirinya. Orang seperti ini bukanlah orang yang ingin mencari nama di depan manusia melainkan mencari perkenaan Tuhan. Apa yang manusia pikirkan, penilaian tentang dirinya bukanlah hal yang penting sekalipun itu jelek.

 

percaya segala sesuatu. Orang yang mengasihi terus belajar mempercayakan segala sesuatu ke dalam tangan Tuhan sekalipun mata jasmaninya tidak melihat adanya kemungkinan untuk percaya. Tuhan selalu membuka tangan untuk orang hilang yang ingin kembali kepada-Nya, seperti di perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15 : 11-32). Seperti itu, kita juga harus memberikan kesempatan, percaya kalau Tuhan bisa ubah hati orang, siapapun itu dan apapun yang dilakukannya sebelumnya. Saulus juga sedang dalam perjalanan untuk membunuh orang-orang Kristen ketika Tuhan menjamahnya. Adakah yang tidak mungkin dalam Tuhan?

 

mengharapkan segala sesuatu, orang yang mengasihi hidup dalam pengharapan kepada Tuhan sekalipun tidak ada harapan yang terlihat secara mata jasmani. Jangan berharap pada manusia kita bisa kecewa karena setiap manusia berdosa, bisa berubah kapan saja dan kita bisa kecewa, tapi waktu kita berharap sepenuhnya pada Tuhan bahwa Tuhan tahu apa yang kita butuhkan melebihi pengenalan kita akan diri kita sendiri maka kita akan terus bersukacita dalam pengharapan kita.

 

sabar menanggung segala sesuatu.

Itulah contoh dari Kristus yang telah menjadi teladan bagi setiap kita. Jika Kristus yang adalah Anak Allah rela melakukan ini bagi kita, ada hak apa kita yang mengaku pengikut Kristus tidak belajar sabar menanggung segala sesuatu? Jika pemimpin kita melakukan ini tentunya kita juga akan dengan rela belajar seperti teladan pemimpin kita.

 

Kiranya Roh Kudus menuntun setiap kita sehingga lewat ayat-ayat ini kita dimampukan dengan rendah hati di hadapan Tuhan menyelidiki diri kita masing-masing. Mari kita masing-masing memberikan waktu menilik diri kita dengan jujur di hadapan Tuhan apakah saya sudah mengasihi dengan benar? Adakah saya mengasihi Kristus?

 

Yohanes 14 : 15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.

SOLI DEO GLORIA

SOLUS CHRISTUS

21 Juni 2020
Demita.jpg

Demita Klassen

Gras und Blumen

Mencari Makna Hidup Dalam Masa Pandemi Covid-19

 

Tahun 2020 adalah tahun yang sangat istimewa. Di tahun ini Tuhan mengijinkan terjadinya pandemi Covid-19, yang mengakibatkan kehidupan manusia di seluruh muka bumi ini berubah. Sebagian efek negatif dari pandemi ini tentunya sudah kita tahu: ada begitu banyak yang terpapar penyakit corona dan banyak yang kehilangan nyawanya (jumlah terpapar lebih dari 8,782 juta jiwa, dan angka kematian 463 ribu jiwa, data per tanggal 20.6.2020). Rumah sakit-rumah sakit dan tenaga kesehatan mengalami begitu banyak tekanan karena over capacity dari begitu banyaknya orang yang harus dirawat, kurangnya tenaga medis, peralatan kesehatan dan juga alat pelindung diri bagi tenaga medis. Dari sisi ekonomi, banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena lockdown yang diberlakukan sejak kurang lebih bulan maret hingga saat ini (ada negara-negara yang sudah perlahan membuka lockdown dan ada yang masih memberlakukan lockdown), banyak perusahaan yang mengalami kerugian dan bahkan tidak sedikit yang menyatakan kebangkrutan sebagai efek dari kebijakan lockdown yang diberlakukan pemerintah.

Efek negatif yang lain yang kurang tersorot adalah gangguan dan menurunnya kesehatan mental banyak orang yang dikarenakan oleh beban-beban secara finansial, sosial, kehilangan orang yang dikasihi, berbagai perasaan negatif seperti ketakutan, kekuatiran akan masa depan yang dialami selama masa pandemi ini. Selain itu efek negatif lain yang juga jarang tersorot adalah kekerasan didalam rumah tangga yang meningkat dikarenakan  lockdown.

Selain efek negatif, tentunya ada efek positif yang bisa diambil dari masa pandemi ini, diantaranya kesempatan dan waktu yang lebih banyak dengan keluarga baik pasangan ataupun anak/orang tua, anugerah waktu yang diberikan yang bisa dipakai untuk belajar hal-hal dan keterampilan baru, dengan kemajuan teknologi masa lockdown bisa dimanfaatkan untuk melakukan virtual meeting  yang tidak dibatasi oleh jarak dan tempat, memberikan kesempatan pada bumi untuk bernafas kembali, melakukan regenerasi dan mengurangi polusi yang berlebihan sebagai efek dari produksi yang berlebihan dan juga transportasi/traveling yang berlebihan sebelum masa lockdown.

Ada suatu fenomena yang menarik yang saya amati selama masa lockdown ini, dimana ada hal-hal yang sebelum lockdown dianggap sangat penting, saat masa lockdown menjadi berkurang maknanya. Dunia fashion dan entertainment adalah salah satu bidang yang mengalami guncangan karena lockdown ini.  Pakaian dan asesoriesnya seringkali digunakan sebagai statement status sosial dan ekonomi seseorang. Tak jarang orang harus merogoh kantong sangat dalam dan membayar ribuan dolar untuk membeli jam tangan, tas, pakaian ataupun asesories lain bermerek yang dianggap bisa meningkatkan status orang tersebut. You are what you wear, begitu slogannya.  Tetapi dalam masa lockdown ini, orang tidak bisa pergi kemana-mana, tidak bisa mengikuti gathering apapun dan tidak ada kesempatan untuk menggunakan semua barang yang mahal ini untuk dipertunjukkan kepada orang lain. Industri entertainment pun mengalami tekanan karena tidak ada orang yang bisa menghadiri konser-konser, performance, menonton bioskop, opera, theater, art exhibition dan seterusnya.

Kehidupan di barat terutama sangat mengintegrasikan seni budaya dalam kehidupan mereka dan saat ini semua itu harus dihentikan sementara karena lockdown. Seni dan kebudayaan yang memberikan sentuhan dan hiburan bagi jiwa, untuk sementara ini harus menghentikan kegiatannya. Kehidupan sosial orang-orang pun mengalami tekanan, karena orang harus memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dimana semua pertemuan yang berjumlah lebih dari 5 orang tidak diperbolehkan. Pertemuan keluarga, pesta-pesta, acara perayaan, ibadah-ibadah keagamaan dan upacara-upacara keagamaan harus di berhentikan sementara ini. Ketika berada dalam proses lockdown, semua yang bisa kita lakukan adalah melakukan hal-hal yang sifatnya sangat mendasar, seperti makan, minum, tidur, istirahat, belajar dan bekerja dari rumah, belanja dan pergi keluar hanya untuk keperluan yang sangat mendasar yaitu keperluan untuk makan, minum, keperluan kesehatan dan basic needs lainnya. Ketika orang tidak bisa lagi kemana-mana dan melakukan semua aktivitas yang biasa dilakukannya, dan harus berdiam diri di rumah, tidak bisa bertemu dan kumpul-kumpul dengan teman, sahabat, keluarga besar, mau tak mau orang mulai mengevaluasi dan mempertanyakan signifikansi hal-hal yang biasanya dilakukan : kenapa saya pergi menonton konser, kenapa saya pergi shopping, kenapa saya pergi berlibur dan berjalan-jalan, kenapa saya pergi berkumpul dengan A, B, ataupun ikut dalam perkumpulan C, D. Karena ternyata dalam lockdown ini, saya belajar bahwa ternyata saya bisa hidup (dengan standar yang tentunya cukup rendah) tanpa itu semua. Pertanyaan lain yang juga dapat muncul dalam masa lockdown ini yang cukup signifikan adalah pertanyaan mengenai makna hidup. Lockdown seolah membuat setiap orang harus „melucuti“ semua hal yang tidak penting dalam hidup, terpaksa hidup tanpa semua „asesories“ yang biasanya kita kerjakan, lakukan, usahakan, dan ini membuat kita bertanya, tanpa semua hal itu apa makna hidup saya. Tanpa pergi gathering A, B, C, apa makna hidup saya? Tanpa pergi shopping membeli ini dan itu, apa makna hidup saya? Tanpa barang bermerek dan mahal, apa makna hidup saya? Tanpa pergi ke konser melihat pertunjukan ini dan itu, apa makna hidup saya? Tanpa pergi beribadah bersama-sama dg orang percaya yang lainnya, apa makna hidup saya? Tanpa pergi berlibur dan pergi ke tempat-tempat yang baru, apa makna hidup saya?

Pertanyaan yang lebih dalam adalah, apakah makna hidup saya selama ini tergantung pada hal-hal yang ternyata harus „dilucuti“ saat ini? Apakah saya meletakkan signifikansi saya, penerimaan atas diri saya, penghargaan atas diri saya pada hal-hal yang disebut di atas?

Selanjutnya, pertanyaan yang kemudian saya ingin bahas dalam tulisan ini adalah : apakah sebenarnya makna hidup kita ditinjau dari kebenaran Firman Tuhan?

Tanpa kita sadari, pencarian makna hidup dan signifikansi hidup ini sudah ditenun di dalam DNA setiap manusia oleh sang Pencipta. Itu sebabnya  setiap orang di dunia ini sejak dilahirkan terus berusaha mencari kebahagiaan (yang sering dianggap identik dengan makna hidup), yang mereka pikir dapat dipenuhi ketika seseorang mencapai tujuan dan milestone tertentu dalam hidupnya, seperti : lulus tingkat pendidikan tertentu, mendapatkan pekerjaan tertentu dengan gaji tertentu, mendapatkan pasangan hidup yang paling baik, mendapatkan keturunan, memiliki rumah atau kendaraan tertentu, bisa pergi berlibur ke luar negeri, bagi wanita memiliki kecantikan seperti bintang film, tubuh yang ideal seperti model, bagi pria memiliki tubuh yang kekar seperti atlet, memiliki barang-barang mewah dan branded, memiliki banyak teman, menjadi orang yang berpengaruh/influencer yang bisa mempengaruhi banyak orang, dst dst. Banyak diantara milestone-milestone ini diciptakan oleh manusia dan ilah-ilah jaman ini, yang signifikansinya di „push“ dan dipaksakan dengan berbagai iklan yang menampilkan orang-orang yang kelihatannya bahagia kalau sudah memiliki ini dan itu yang disebutkan di atas. Itu sebabnya semua orang seperti sedang berlari dan mengejar semua tujuan-tujuan ini yang dianggap sebagai kebahagiaan dan tercapainya makna hidup seseorang.

Sangat menarik bahwa ternyata bahkan dengan memiliki semua itu, tetapi saat orang tidak punya hal yang sangat mendasar yang Tuhan telah tentukan untuk dimiliki, maka mereka akan tetap merasakan kekosongan di dalam dirinya, dan terus mencari makna di dalam hidupnya. Seringkali orang yang paling merasa kosong dan paling tidak bahagia adalah orang yang seakan telah memiliki segala-galanya menurut standar dunia.

Diantara raja-raja Israel, Salomo dinobatkan sebagai raja terkaya, raja yang sangat cerdas karena hikmat yang luar biasa dan mungkin dengan sangat puas karena memiliki isteri 700 dan 300 gundik (I Raja2 11:1-2; 10:1-29). Untuk ukuran orang dunia itu merupakan suatu pencapaian kepuasan yang luar biasa. Namun di akhir hidupnya dia mengatakan segala sesuatu adalah sia-sia. „Inilah perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem. Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.“ (Pengkhobah 1:1-2). Ini adalah perkataan dari orang yang memiliki SEGALAnya di dalam hidupnya : harta, tahta dan wanita, dalam jumlah yang berlimpah-limpah, tetapi ternyata kesimpulan yang dia berikan bahwa semuanya itu adalah sia-sia. Salomo tetap tidak bahagia dan tidak pernah benar-benar puas dengan semua hal yang telah dimilikinya. Kalau Salomo saja tidak puas, bagaimana dengan orang biasa yang sedang terus berjuang untuk mencapai semua standar kebahagiaan dan tujuan/makna hidup yang diberikan dunia ini, dan terlebih saat pandemi ini seakan tujuan-tujuan itu tidak ada yang bisa dicapai dan diraih dan bahkan kita hanya bisa mencukupkan diri dengan hal-hal yang tampaknya saat basic/mendasar?

Untuk menemukan makna hidup, kita harus kembali pada Sang Pencipta hidup yang menciptakan manusia dan segenap alam semesta. Sebagaimana kita harus bertanya pada ilmuwan yang menciptakan penemuan ilmiah terbaru, apa fungsi dari penemuan ini, apa tujuannya dan bagaimana bisa dioperasikan, begitu juga untuk menemukan tujuan dan makna manusia, kita harus bertanya pada Tuhan yang telah menciptakan manusia dan semesta. Kompleksitas dan keteraturan alam semesta dan juga tubuh manusia menunjukkan bahwa ada Pencipta dibalik semuanya ini. Semua yang rumit dan teratur pasti menyiratkan sebuah tujuan. Kerumitan tanpa keteraturan adalah kekacauan. Timbunan sampah di tempat pembuangan sampah misalnya, mengandung kompleksitas tetapi tanpa keteraturan. Kita dapat melihat adanya kerumitan dan keteraturan di alam semesta dan tubuh kita. Semua anggota tata surya bergerak dengan pola yang teratur. Dibutuhkan kesesuaian dengan hukum alam yang begitu kompleks untuk memiliki alam semesta seperti sekarang ini. Begitu pula dengan tubuh kita. Perkembangan ilmu biomolekuler menunjukkan bahwa DNA manusia jauh lebih kompleks daripada yang dipikirkan oleh banyak orang. Bukan hanya ada struktur yang jelas dan rumit, tetapi juga mengandung begitu banyak informasi di dalamnya. Tuhanlah sang Ilmuwan diatas segala ilmuwan yang telah menciptakan manusia dengan segala kompleksitasnya, dan hanya Dialah yang dapat memberitahukan kita, mengapa manusia diciptakan dan untuk tujuan apa.

Di dalam alkitab kita mendapatkan jawabannya „semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!" (Yesaya 43:7)

Dari ayat diatas jelas dinyatakan bahwa semua orang telah Tuhan ciptakan untuk kemuliaan Tuhan, tujuan akhir manusia adalah memuliakan Allah. Kita harus mengenal Dia dan membuat Dia dikenal (to know Him and to make Him known) dengan memuliakan Dia dengan hidup kita.

Katekismus Singkat Westminster juga mengajarkan: “Tujuan tertinggi hidup manusia adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya.” „Man's chief end is to glorify God, and to enjoy him forever.“

Bagaimanakah kita bisa memuliakan Tuhan?

Pertama, kita harus menyembah Dia dengan sukacita dan syukur. Kita harus mengakui bahwa Dia adalah Pencipta kita dan menyembah Dia karena Dia layak menerima pujian dan penyembahan kita.

Mazmur 100: 2–4 mengatakan:

" Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah bahwa TUHAN, dia adalah Allah!

Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.Masuki gerbang dengan ucapan syukur,

Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!“

Cara lain kita memuliakan Allah adalah dengan menghormati dan melayani Dia dengan hidup kita dan setiap hal yang kita lakukan. Kemampuan untuk melakukan ini dimulai dengan sikap di dalam hati kita: "Hanya takutlah kepada TUHAN dan setialah beribadah kepada-Nya dengan sepenuh hatimu. Sebab ketahuilah, betapa besarnya hal-hal yang telah dilakukannya kepadamu" (1 Samuel 12:24; lihat juga Yohanes 17: 4). Karena kita diciptakan menurut gambar Allah, kita memenuhi tujuan kita melalui kehidupan yang dipersembahkan kepada-Nya (Kejadian 1: 26-27). Raja Salomo menyimpulkan bahwa hidup untuk diri sendiri tidak ada gunanya. Tujuan utama manusia adalah menjalani kehidupan dalam ketaatan kepada Allah (Pengkhotbah 12: 13–14).

Dalam kejatuhan kita dalam dosa, kita tidak dapat memuliakan Allah, tetapi berkat pengorbanan Yesus Kristus atas hidup-Nya sendiri, kita memiliki hubungan yang telah dipulihkan dengan Allah — tidak ada lagi penghalang dosa antara kita dan Allah. Ketika kita menundukkan diri kita kepada Kristus, kita dapat membawa kemuliaan bagi Kristus dengan memberikan teladan Kristus kepada orang lain (2 Korintus 3: 1–6). What would Jesus do in this case? Apa yang Tuhan Yesus lakukan kalau Dia menghadapi hal ini? Pertanyaan ini yang perlu selalu kita berikan pada diri sendiri ketika kita dihadapkan pada suatu ujian.

Mungkin hal yang paling menakjubkan tentang kemampuan kita untuk membawa kemuliaan bagi Allah adalah kenyataan bahwa kita hanya dapat memuliakan Allah karena Dia pertama-tama yang telah memahkotai kita dengan kemuliaan dan kehormatan (Mazmur 8: 4–6; lihat juga Ibrani 2: 6–8). Allah juga telah memberi kita kuasa atas bumi, menganugerahkan kepada kita tugas untuk mengurus bumi dengan segenap kemampuan kita dan demi kemuliaan-Nya (Kejadian 1: 28–29).

Semakin kita mengenal Tuhan, semakin kita dibawa untuk mencintai-Nya dan memahami rencana dan tujuan-Nya. Kita semua memiliki rencana dan tujuan unik yang dirancang untuk kita oleh Allah sebelum kita dilahirkan: "Matamu selagi aku bakal anak; di dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya "(Mazmur 139: 16). Hal yang paling penting untuk diingat adalah bahwa semua rencana dan tujuan Allah bagi kita akhirnya akan membawa kemuliaan bagi-Nya. "Jika kamu makan atau minum, atau apa pun yang kamu lakukan, lakukanlah semuanya untuk kemuliaan Allah" (1 Korintus 10:31).

Ketika kita mengerti bahwa Tuhan telah menciptakan kita sesuai dengan gambaran-Nya untuk tujuan memuliakan Dia melalui hidup kita, maka kita bisa menempatkan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita dalam proporsi yang benar. Hal-hal yang bersifat materi tidak akan pernah membawa sukacita yang sejati dan kekal. Tentu saja Tuhan bisa memberkati kita dengan berkat-berkat materi untuk kita nikmati, karena kasih karuniaNya. Tapi penting untuk kita mengetahui dan mengerti bahwa semua itu bukanlah tujuan akhir dan bukanlah makna utama pada hidup kita yang harus kita kejar dengan segala cara untuk memuaskan diri kita.

Tuhan rindu agar kita „mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi, dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.“ (Matius 22: 37-39).

Dalam masa pandemi ini, ketika kita diijinkan untuk melucuti hal-hal yang kurang perlu dalam hidup kita, belajar meletakkan prioritas yang benar dalam hidup kita, dan belajar mengenal makna hidup kita sebagaimana yang Tuhan kehendaki, kita juga menerapkan tujuan Tuhan untuk kita menjadi berkat bagi orang lain dan mengasihi orang-orang yang Tuhan telah tempatkan di sekeliling kita. Dengan memberikan perhatian, pertolongan, melayani kebutuhan orang-orang di sekeliling kita yang membutuhkan, kita sedang memaknai hidup kita dan menjawab panggilan Tuhan untuk menjadi berkat, mengasihi sesama dan memuliakan Dia dalam keseharian kita. Walaupun tampaknya sederhana, tapi hal-hal ini memiliki nilai dan dampak yang kekal dan menyenangkan hati Tuhan kita. Kita tidak tahu sampai kapan pandemi ini akan berakhir dan apa yang akan terjadi di masa depan. Para ahli mengatakan bahwa kita harus terus waspada dan berjaga-jaga selama belum ditemukan vaksin Covid-19, masih akan ada bahaya gelombang ke-2, ke-3 yang mengancam. Di dalam masa prihatin ini, dimana banyak hal „dilucuti“ dalam hidup kita, kita tetap tahu apa yang menjadi tujuan hidup kita bahwa kita dipanggil untuk memuliakan Tuhan dengan setiap hal yang kita lakukan, untuk memberkati dan mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama kita.

Selamat menjadi berkat dan selamat memuliakan Tuhan dalam hidup kita masing-masing dalam masa pandemi ini.

 

Tuhan memberkati kita semua.

14 Juni 2020
mieke1.jpg

Mieke Lolong

Mädchen in einer Stadt

WaktuNYA Untuk Berubah

 

Salam sejahtera di dalam Kasih Karunia dari Tuhan kita Yesus Kristus. Lewat renungan perdana di forum ini, renungan yang ingin aku sampaikan adalah berkaitan dengan situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh dunia sekarang ini. Judul yang aku berikan adalah WaktuNYA untuk berubah… NYA dengan huruf besar, mengartikan bahwa itu waktu dari Tuhan, dan perubahan yang terjadi adalah sesuai kehendak atau seijin Tuhan, dan bukan karena phenomena alam biasa atau yang perubahan yang dibuat oleh makhluk ciptaanNYA.

Bagi kita-kita ini yang sudah terbiasa hidup di belahan bumi yang mengalami perubahan cuaca sebanyak empat kali dalam setahun, pastinya sudah terbiasa dengan hal itu dan menganggapnya sebagai rutinitas alam. Ternyata di dalam hidup ini ada perubahan berkala tetap dan ada yang terjadi sesekali atau tidak diduga sebelumnya.

Salah satu contoh perubahan yang extra yang sedang kita alami adalah, kejadian pandemi yang dialami sekarang ini… pertanyaannya : apakah memang Tuhan yang menghendaki dan mengijinkan perubahan ini terjadi ? Kalau memang itu benar, kita tidak perlu mempertanyakannya lagi karena pasti tujuan perubahan itu adalah untuk kebaikan umat manusia yang adalah ciptaanNYA. Ayat yang menguatkan hal tersebut ada tertulis di Alkitab dalam kitab Yeremia 29 :11 (Sebab AKU ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKU mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan).

Aku jadi teringat sewaktu menghadiri acara Natal di Yvonand, tanggal 14 Desember 2019 yang lalu, sebelum memasuki ruangan, semua yang hadir mendapat cindera mata yang salah satunya adalah gelang karet warna biru yang bertuliskan : Time to CHANGE! Jesus loves you.  Terbersit di dalam benak, bahwa biasanya aku suka memikirkan resolusi buat tahun yang baru. Ada beberapa keinginan yang ingin diwujudkan di tahun 2020 ini, namun setelah beranjak di awal tahun, seperti yang kita ketahui, kita alami dan rasakan, Tuhan ternyata sudah mempunyai agenda sendiri. Bukan untuk aku semata-mata, tapi juga buat semua umat di dunia ini. 

Aku menarik kesimpulan, bahwa interupsi untuk mengurangi rutinitas yang kita lakukan dalam  hidup ini adalah kehendak dari Tuhan. Lewat pandemi/wabah/tulah yang melanda, seperti kata pepatah bahwa ada hikmah dibalik musibah, ternyata Tuhan juga ingin menghadirkan hal-hal baik, misalnya selain peningkatan rasa kepedulian, solidaritas dan perhatian satu sama lain di antara manusia, juga perhatian terhadap kesehatan baik untuk diri sendiri maupun terhadap lingkungan, serta belajar mensyukuri  apa yang telah dimiliki saat ini. Berbagai hal yang kita pandang sepele sebelumnya, berakhir dengan sangat berarti dalam kehidupan ini. Keseharian yang dijalankan dengan normal, kini sangatlah berharga.    

 

Bagaimana kita menyikapi situasi dan kondisi yang sedang dialami sekarang? Hanya DOA yang dipanjatkan dengan tulus hati kepada Tuhan, yang dapat menolong kita. Sekalipun tidak mudah dan benar-benar suatu tantangan yang harus dihadapi, kita sebagai seorang individu dapat berkontribusi dalam memperbaiki keadaan sekarang menuju keadaan yang lebih baik. Kini saatnya untuk berdiam diri, tidak perlu terlalu khawatir, dan serahkan segala kekuatiran kita kepada Sang Khalik. Sebaiknya untuk mulai merelakan segala rutinitas yang dulunya dapat dikerjakan adalah hal yang tepat. 

 

Lakukanlah evaluasi diri, apakah kita sudah bersikap adil terhadap sesama dan bumi yang kita huni ini.

Seandainya kita benar-benar yakin dan percaya bahwa doa yang tulus itu dapat mengubah segala sesuatu, aku ingin mengambil kutipan doa yang kurasa dapat dijadikan pola dasar penafsiran sehubungan dengan keadaaan saat ini. Doa yang disusun oleh seorang ahli theologi dari Amerika, yang bernama Dr. Reinhold Niebuhr antara tahun 1932-1933, bunyinya demikian:

Ya Tuhan, berilah saya ketenangan untuk menerima hal-hal yang tidak bisa saya ubah, keberanian untuk mengubah hal-hal yang saya bisa, dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya.

Doa tersebut dikenal dengan sebutan Doa Ketenangan, atau terjemahan dalam bahasa Inggeris disebut Serenity Prayer (God, grant me the serenity to accept the things I cannot change, courage to change the things I can, and wisdom to know the difference). 

Marilah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan di dalam kehidupan ini.., menyediakan diri kita untuk diproses oleh Tuhan.., senantiasa hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.., serta berusaha untuk memahami cara kerja Tuhan atas seluruh kehidupan kita.

Amen

7 Juni 2020
wanda1.jpg

Wanda Freidhof

beten

DALAM MASA SULIT TETAP BERSYUKUR

 

Mampukah kita tetap bersyukur pada saat kita mengalami kesulitan ? Khususnya saat ini di seluruh dunia dilanda Pandemi Covid-19. Banyak yang kehilangan pekerjaan, bahkan ada yang kehilangan keluarga atau sahabat, ada yang harus membatalkan perjalanan liburan yang sudah bertahun-tahun direncanakan, ada yang harus menunda pernikahan. Bisakah kita tetap bersyukur… jika rencana pernikahan yang telah dipersiapkan dengan matang tiba-tiba harus dibatalkan, gedung pertemuan, catering, dekorasi atau undangan yang telah dibagikan dengan biaya tinggi dengan harapan merayakan pesta pernikahan yang meriah harus diundurkan atau ditiadakan ?

Bahkan ada yang tetap merayakan dengan harapan pesta pernikahan tetap berlangsung seperti yang dipersiapkan, tetapi gedung pesta kosong melompong, karena tidak ada tamu yang datang karena takut ketularan Covid-19.

Begitu sedihnya, kecewa, kesal dan marah terhadap situasi ini. Mengapa kesulitan ini menimpa saya, mengapa Tuhan membiarkan semua ini terjadi. Pertanyaan satu persatu mengalir dibenak.

Rasul Paulus menulis dalam kitab 1 Tesalonika 5 :18 «Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu».

Pada masa-masa sulit lah kita dibentuk dan dipulas seperti bejana yang semakin indah dan sempurna dan saat-saat kesulitan lah kita semakin dekat kepada Tuhan dan saat itulah Tuhan membentuk karakter kita. Dengan penuh kasih, Tuhan memakai pencobaan yang kita alami untuk membentuk kita, untuk semakin serupa denganNya
(Roma 5:3-4)

 

 

 

Pada masa Pandemi Covid-19 ini kita belajar bersabar, menghargai hal-hal kecil dalam kehidupan kita. Sebelumnya kita sering tanpa berpikir panjang melakukan semua keinginan hati, seperti berlibur atau belanja hal-hal yang tidak perlu. Saat ini sifat konsumtif kita direm dan Tuhan menyadarkan kita bahwa selama ini kita hidup dalam kehidupan yang berlebihan dan boros. Jika kita mau bersyukur dalam masa sulit, kita dapat mengambil hikmah dari situasi tersebut. Hal yang tadinya kita lihat negatif bisa berbalik menjadi positif; seperti pemulihan alam, pohon-pohon bisa bernafas kembali dari pencemaran udara, keluarga mempunyai waktu luang bersama. Dan kita menyadari bahwa hidup yang kita jalani selama ini semata-mata bukan lah hal yang lumrah atau biasa.

Tuhan tetap berkarya membentuk kita anak-anak yang dikasihiNya. Ketika masa-masa sulit melanda kehidupan kita, kita memilih untuk selalu mengucap syukur dan menghitung kebaikan Allah terhadap kehidupan kita. Dengan itu kita mendapat kekuatan untuk bertahan di dalam pergumulan hidup. Bersama sang pemazmur kita dapat menyanyikan lagu-lagu pujian: «Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik ! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya» (Mazmur 118:29).

 

Doa:

Tuhan, aku sadar jika aku hanya berfokus pada masalah dan kesulitan-kesulitanku, aku dapat dengan mudah lupa bahwa sesungguhnya Engkau baik. Ajarku memiliki sikap hati yang bersyukur. Ajar aku untuk mempunyai hati yang sabar karena waktu yang Engkau tentukan buat hidupKu selalu baik.

 

Amen.

31 Mei 2020
Vivi.jpg

Vivianne Studler

pentakosta.jpg

Renungan Pentakosta

Tuhan Telah «Menangkapku»

 

Sabtu, 9 November 2002 di Kartause Ittingen, Swiss .... 

Suatu peristiwa yang tidak akan pernah terlupa dari benak saya, bagaimana Tuhan menangkap saya dengan penuh kasih, bukan dengan kekerasan dan hukuman, saat dimana saya menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saya secara pribadi.

 

Selama bertahun-tahun, saya menyimpan dengan rapi masa lalu saya yang cukup membebani kehidupan saya. Bertahun-tahun saya bawa beban tersebut kemanapun saya pergi, hingga Tuhan sendiri yang memampukan saya untuk menelanjangi diri saya sendiri dan menyerahkan diri saya dan kehidupan saya sepenuhnya dalam genggaman tanganNya.

 

Sewaktu saya berusia 23 tahun, saya melakukan aborsi/pengguguran dengan didampingi seorang teman.

Suatu perbuatan keji dan yang sudah pasti sangat menyedihkan hati Tuhan, tapi tetap saya lakukan...

 

Waktu berjalan, tahun berganti tahun, hingga saya menikah dan Tuhan ijinkan saya untuk datang ke Swiss. Disinilah Tuhan menangkap saya dan disinilah untuk pertama kalinya saya berani membuka dan menceritakan tentang masa lalu saya.

 

Dihadapan banyak orang, Tuhan sendiri yang telah membuka hati dan mulut saya untuk menceritakan dan mengakui semua perbuatan tercela yang selama ini tersimpan dengan rapi.

 

Dengan hati yang lapang dan airmata yang tak terbendung, masih jelas dalam ingatan saya bagaimana orang-orang bersorak Halleluya saat saya melangkah maju dan menyerahkan hidup saya kepada Tuhan, saat saya bisa melepaskan beban yang selama ini ada dalam diri saya.

 

Doa dan lagu pujian terdengar dari setiap penjuru ruangan ... disini saya mengerti Firman Tuhan yang menyatakan:

 

Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat. Lukas 15, 10

 

22 November 2002, saya memutuskan dan memberi diri saya untuk dibaptis, yang merupakan simbol dan pernyataan bahwa manusia lama saya telah mati dan saya telah menjadi manusia baru dan bangkit bersama-sama dengan Kristus dalam kemenangan!

 

Kisah Para Rasul 5, 29:  ... Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia» adalah Firman Tuhan yang diberikan kepada saya waktu itu.

 

Hari Minggu ini, kita merayakan Hari Raya Pentakosta atau dalam Perjanjian Baru dikenal dengan hari pencurahan Roh Kudus. Sebelum Tuhan Yesus meninggalkan dunia dan naik ke surga, Dia menjanjikan akan memberikan PENOLONG bagi kita, yaitu Roh Kebenaran yang akan menyertai dan diam di dalam kita (Yohanes 14,16) dan PENGHIBUR yaitu Roh Kudus yang akan mengajarkan dan mengingatkan segala sesuatu yang telah Tuhan Yesus katakan/ajarkan (Yohanes 14,26)

Perayaan Pentakosta ini juga mengingatkan kita pada saat dimana Tuhan menurunkan kesepuluh Perintah Allah (Taurat) kepada Musa dalam Perjanjian Lama, 50 hari setelah Pesakh (Shavuot, hari yang ke 50) – Imamat 23, 15-16

Sementara dalam Perjanjian Baru, dapat kita baca di dalam Kisah Para Rasul 2:1-4

Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang pecaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angina keras yang memenuhi seluruh rumah, dimana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

Karena Roh Kudus sudah dicurahkan atas kita semua, sekarang adalah keputusan kita apakah kita mau mendengar dan taat pada apa yang Roh Kudus katakan atau kita masih lebih suka melakukan apa yang menjadi kehendak kita sendiri.

 

Mari, kita beri ruang dan biarkan Roh Kudus bekerja dalam diri kita masing-masing, membongkar, menjungkir balikkan bahkan menghancurkan keadaan lama kita dan menjadikan kita manusia baru dalam Kristus.

 

Tuhan telah menegur dan menangkap saya dan Tuhan juga yang akan memampukan saya untuk dapat melakukan kehendakNya dengan pertolongan Roh Kudus. Tentu tidak mudah dan saya pun masih sering terpeleset, tapi saya tahu ada tangan yang kuat yang selalu menopang saya, membantu saya untuk berdiri dan berlari lagi ...

 

Pada saat kita bisa mengakui sisi gelap dalam kehidupan kita tanpa rasa takut dan malu, maka kita sudah selesai dengan diri kita sendiri .... dan sebagai orang yang telah diselamatkan, kita punya tanggung jawab besar, AMANAT AGUNG yang harus kita lakukan, sesuai dengan FirmanNya:

 

 "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."  Matius 28:19-20

 

yang Tuhan Yesus berikan sebelum Dia naik ke surga.

 

 

SELAMAT HARI RAYA PENTAKOSTA

HAPPY SHAVUOT

Tuhan memberkati.

24 Mei 2020
farry1.jpg

Farry Togas

Hari-Raya-Kenaikan-Isa-Almasih-2.jpg

KENAIKAN TUHAN YESUS

 

Matius 28:19 (TB)  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.

 

Shalom umat Tuhan yang diberkati, di hari KENAIKAN TUHAN YESUS ini berisi tentang perintah untuk memberitakan injil. Perikop diatas merupakan perikop dasar menjalankan misi atau perutusan setiap murid Kristus. Misi perutusan para murid Yesus adalah :

1.PERGILAH

2.MENJADIKAN SEMUA BANGSA MURID-KU

3.MENGAJAR MEREKA SEGALA YANG DIPERINTAHKAN

Pertama; Pergilah. Memang untuk pergi ke satu tempat yang sudah kita ketahui atau kita sudah kenal  itu sangat menyenangkan sekali namun ketika Tuhan suruh untuk pergi ke suatu tempat yang mana tempat tersebut kita tidak tahu maka dibutuhkan yang namanya TAAT TANPA BERTANYA.

Seperti Kisah Bapa segala Bangsa yaitu ABRAHAM, awalnya di saat tahun 2000 di saat saya mendapat pekerjaan di Swiss ini adalah SUATU MISI DARI TUHAN Karena dari awal mendapatkan pekerjaan tersebut bukan saya yang mencari tapi Tuhan yang mencari saya dan hingga saat ini saya bisa mengatakan semua oleh karena kemurahan Tuhan dan jalan-jalannya sungguh tidak bisa di pikirkan oleh pikiran Manusia. MENGAPA saya mengatakan demikian saat saya datang di Swiss Geneva saya sama sekali tidak mengenal 1 orang indonesia apalagi anak Tuhan juga tempat beribadah.

Namun di dalam hati saya yang sering saya lakukan sejak melayani Tuhan di kaum muda hanya berdoa sebelum melangkah. Dan akhirnya Tuhan pelan-pelan membukakan satu demi satu pintu pintu hingga akhirnya terbentuklah PMNI. Dan situlah saya kembali melayani Tuhan dan banyak dipertemukan orang-orang Indonesia dan memberitakan Firman Tuhan. Karena kalau saya pikir-pikir tanpa campur tangan Tuhan tak akan mungkin saya dan keluarga ada saat ini di Swiss, dan dalam perjalanan pengutusan tersebut ke Swiss hingga hari ini pada akhirnya NAMA TUHAN SAJA YANG DI TINGGIKAN DAN KAMI AKAN TERUS MELAYANANI-NYA.

 

Jadi pointnya adalah pergilah berarti tugas perutusan yang harus di jalankan pergilah berarti bergerak ,berpindah dari satu tempat ke tempat lain, menjumpai orang dan harus berani keluar dari Zona Nyaman

 

Kedua; Menjadikan semua bangsa murid-Ku. Untuk menjadikan semua bangsa murid Tuhan sudah seharusnya kita dulu yang menjadi murid, dan untuk menjadi murid itu tidaklah gampang dan tidaklah mudah. Dan puji Tuhan sampai saat ini saya sudah di muridkan selama hampir 6 tahun. Menjadi murid harus berani membayar harga dan memikul salib setia hari.

 

Perutusan seorang murid berarti membawa kabar gembira warta keselamatan agar orang percaya dan bertobat. Orang percaya yang hidupnya menurut apa yang diperintahkan Tuhan adanya cinta kasih, adanya persaudaraan, adanya pengampunan, yang saling mengasihi, dan menghargai satu sama lain serta hidup rukun dan damai, dan lewat kehidupan rohani kita orang bisa melihat perbedaan. Lewat keluarga kita, lewat pelayanan kita, lewat pekerjaan kita bahkan lewat buah-buahnya adalah salah satu jalan bagaimana menjadikan semua bangsa murid-Nya.

 

Selain menjadi murid Tuhan dengan membaptis, membaptis dalam nama Bapa dan Anak dan Roh kudus. Tugas membaptis di jaman ini tidaklah mudah, tetapi bila kesaksian hidup kita dilihat orang sebagai orang beriman lalu menarik orang lain untuk percaya dan dibaptis itu adalah hal yang Tuhan Inginkan.

​​

Bahkan Firman Tuhan di dalam Lukas 15:7 (TB)  Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Jadi pointnya adalah berbicara tentang Kristen sangat identik dengan kata dimuridkan. Kita seharusnya yang lebih dulu menjadi seorang murid sebelum menjadikan semua bangsa murid-Nya.

Ketiga; Mengajar mereka segala yang diperintahkan. Berdasarkan FIrman Tuhan di Yohannes 3 :16 (TB) Karena begitu besar KASIH Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Perintah Yesus adalah KASIH. Maka yang di ajarkan adalah Kasih yang Allah yang sungguh luar biasa kepada manusia, sehingga Ia menyerahkan anak-Nya yang Tunggal untuk menebus dan menyelamatkan kita. Ia mengasihi kita dan kitapun harus hidup didalam kasih. Tugas mengajar bukan hanya kewajiban tugas gereja tetapi setiap kita anggota gereja atau anggota persekutuan menerima tugas yang sama dari Yesus untuk mengajarkan segala perintah-Nya, apalagi di dalam keluarga kita sebagai bapak atau Imam atau mungkin sebagai ibu rumah tangga yang lebih dulu tahu dan mengenal Firman Tuhan, harus bisa menjadi teladan di dalam bagaimana kita mengasihi pasangan kita dan juga anak-anak kita.

 

Karena segala sesuatu yang kita lakukan kepada pasangan kita akan di tiru oleh anak-anak kita. Baik itu dalam hal KASIH maupun dalam hal-hal lain. Tugas perutusan ini, semakin tidak mudah, ada banyak tantangan. Tetapi kita tidak perlu takut, cemas dan ragu, karena Yesus yang mengutus kita untuk menjalankan misi-Nya ini selalu menjadi jaminan. Ia menyertai kita sampai akhir zaman. Kita perlu memiliki iman dan semangat militan untuk mengasihi dan mencintai Yesus, yang terwujud dalam menjalankan perutusan kita. Tentu saja kita perlu memiliki semangat Kristus, sebagai orang-orang yang hidup dalam kebenaran dan kasih secara konsisten dan bukan musiman. Berani dan tidak perlu ragu tetapi konsisten mengekspresikan iman mulai dengan cara-cara yang paling sederhana, juga memberikan waktu secukupnya untuk terus berkomunikasi secara pribadi dengan Yesus yang mengutus kita.

 

Kita berani keluar dari diri sendiri, dari zona nyaman diri sendiri, cari aman dan mau bebas. Tetapi kita dituntut untuk menjadi misionaris-misionaris zaman ini ke tengah dunia. Bahkan bagaikan domba ke tengah serigala. Penuh tantangan, kesulitan, penolakan, penderitaan, tetapi kita harus yakin dan percaya. Jaminan kita satu-satunya adalah Kristus sendiri. Ia menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman.

 

Merayakan hari raya Kenaikan Tuhan ini menyadarkan kita untuk lebih berani mewartakan dan memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah di dalam hidup kita di mana saja dan kapan saja. Yesus mengutus kita untuk melanjutkan karya-karya-Nya membangun Kerajaan Allah, supaya semua orang, terlebih mereka yang miskin dan tertindas dapat mengalami kesejahteraan lahir batin.

 

Yesus membutuhkan tangan-tangan kita, kaki kita, suara kita, pikiran kita, hati dan hidup kita untuk melanjutkan karya-Nya supaya dapat membangun Kerajaan Allah di dunia ini, agar kita semakin sejahtera, semakin adil, semakin damai, semakin manusiawi. Kita adalah duta-duta kasih-Nya......amin.

 

Tuhan Yesus memberkati    

 

17 Mei 2020
Alfonso.jpg

Alfonco Sinaga

pic9.jpg

MENGAPA KITA HARUS MENGAMPUNI?

Dan tidak sekedar memaafkan.

Jawabannya Lukas 23:34 (TB)  Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.

Yang pertama, kata kunci mengampuni adalah 'sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat'.

Well, pasti kemanusiaan kita akan berontak. Ah kami sama-sama manusia punya perasaan, saudara sendiri, teman sendiri, keluarga sendiri, sahabat sendiri koq tega...ah tidak mungkin, dia pasti tahu, dan pasti dia sengaja... itulah yang berkecamuk dalam diri kita.

Beribu-ribu tahun nenek moyang manusia berpikir seperti itu, ingin membalaskan dendam, ingin melukai, hingga suatu saat Tuhan sendirilah yang harus memberi contoh, melalui penyaliban. Kalau dipikir-pikir 'sangat hina' sebenarnya 'nasib dan harga diri' Yesus saat itu. Dia dibuat bak tawanan kriminal memikul salib-Nya sambil dipukuli dan dicambuk, padahal Dia tidak bersalah, benar-benar dibuat 'tidak manusiawi'. Lalu disalibkan, sudah sekarat dikasih lagi air asam, dikasih mahkota duri di kepala-Nya, ditombak lambung-Nya, tidak berperikemanusiaan. Itu benar-benar penghinaan tingkat tinggi. Dan itu dipertontonkan di depan umum. Harga diri Yesus saat itu terinjak-injak amat sangat. Luar biasa manusia itu berusaha menghina-Nya.

Tapi Dia tetap berkata "ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat". Tuhan Maha Tahu akan karakter asli manusia yang diciptakan-Nya itu. Dia tahu manusia yang diciptakan-Nya itu tidaklah demikian aslinya waktu dicipta. Dia tahu 'aktor tunggal' di belakang itu siapa, yaitu iblis, musuh abadi-Nya. Iblislah aktor intelektual di belakang semua ini, bukan manusia itu sendiri. Manusia hanyalah korban. Iblis meminjam tangan manusia agar manusia itu dapat dipersalahkan dan merasa tidak layak. Iblis senang manusia itu jatuh ke delam dosa. Iblis itu seperti pengecut harus meminjam dan memperdaya manusia, dan kasihanlah manusianya.

Tuhan sudah mencoba dengan berbagai cara, salah satunya Air Bah, tapi tetap gagal, maka SALIB adalah jalan terakhir. Paling tidak itu membuktikan BETAPA BESAR KASIH-NYA kepada manusia itu (karena dalam kenyataannya memang manusia pun tidak serta merta bertobat dengan penyaliban itu).

Alasan kedua mengapa harus mengampuni, yaitu untuk mematahkan siasat iblis, dengan mengampuni iblis akan mundur teratur, dia gamang, sebab 'pengampunan' mematikan virus tipu daya muslihat iblis. Seperti iri, dengki, sombong, cemburu dan lain-lain. Inilah virus penyebab seringnya manusia berbuat dosa kepada sesamanya.

Dan akan berbeda apabila kita terus menuntut dan mendakwa orang yang bersalah kepada kita, dia akan terus bertahan sebab iblis telah menguasainya, jangan-jangan dia memang sengaja untuk menyusahkan kita, menyakiti kita, menyengsarakan kita, karena iblis sangat bahagia kalau manusia itu susah. Maka lobang kecewa dan sakit hati akan semakin menganga dan semakin dalam.

 

Jadi sebenarnya Yesus di sini memainkan peranan-Nya seolah-olah mengikuti pola permainan iblis, kemauan iblis, yaitu disalibkan seperti tidak berdaya. Namun pada akhirnya Dia menunjukkan kematian sekalipun tidak mampu mengalahkan-Nya, Tuhan mempertontonkan ke Maha Segalaan-Nya, termasuk Maha Kuat meski dihina terus menerus. Dan iblis tidak mampu untuk yang satu itu yaitu mengampuni, iblis bisanya hanya mendakwa, itulah kelemahan iblis, tapi tidak mampu mengampuni, dan selamanya dia akan demikian. Tidak lebih, apalagi mengasihi, iblis tidak mampu. Penyaliban ini sebenarnya kalau di film-film, ini seperti perang maha bintang. Ada yang merasa menang tapi pada akhirnya kalah, yaitu kematian, maut, Yesus telah mengalahkannya. Dan kuasa iblis adalah kematian, dalam hal ini iblis kalah 1-0.

Yang ketiga, alasan mengampuni adalah untuk mengobati luka hati yang kita alami. Ini akan menyembuhkan kita. Tuhan sendiri 'sudah nyerah' koq, dengan penegakan disiplin ketat kepada manusia, makanya Dia rela harus disalibkan. Tuhan sudah tahu skenario terburuk the last choice adalah penyaliban itu, sejak Perjanjian Lama Tuhan sudah tahu, tapi memang tidak langsung dilakukan sebab Tuhan masih ingin ada pertobatan pada manusia itu, terlihat yang paling anyar adalah Air Bah. Tapi toh tetap tidak bertobat, malah makin jahatlah manusia itu.

 

Sekarang bagaimana caranya mengampuni? Ya kembalilah ke Matius 23:34, ampunilah bersama Bapa di sorga. Kita mengampuni sendirian tidak akan sanggup. Yesus sendiri harus mengajak Bapa-Nya, Dia tidak bisa mengampuni manusia itu sendirian, jahatnya sungguh keterlaluan, Tuhannya sendiri disalib.

Bacalah sekali lagi ayat di atas, Yesus berseru kepada Bapa-Nya: 'Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat'.

Jadi kata kunci kedua di sini adalah 'Ya Bapa'. Kita sering gagal mengampuni karena kita coba sendiri melakukannya, atau bahkan kita coba mengajak orang lain, percuma! alih-alih membantu malah semakin rumit.

Tapi serukanlah pengampunanmu kepada Tuhan atas kesalahan orang lain, agar kita mampu. Urusan pengampunan itu tidak bisa tidak melibatkan Tuhan, diluar itu akan GAGAL. Menyimpan sakit hati itu ibarat kita minum racun tapi berharap orang lain yang mati. Artinya perlahan kitalah yang akan mati, dan itulah tujuan iblis yang memperalat manusia menyakiti sesamanya.

Itulah mengapa Alkitab menyuruh kita mengampuni 70 x 7 kali (Matius 18:21). Artinya tidak ada batasnya berapa kali kita harus mengampuni, dan itu juga sebagai tanda bahwa selama kita hidup kita harus antisipasi akan ada banyak manusia yang akan menyakiti kita, apakah itu saudara sendiri, teman, sahabat dan orang-orang yang tidak senang dengan kita.

Kesimpulannya mengapa kita perlu mengampuni orang yang bersalah kepada kita:

  1. Karena orang itu tidak tahu apa yang dia perbuat, kalau dia sadar akan hal itu, dia tidak akan melakukannya.

  2. Bisa saja orang itu memang sengaja untuk membuat kita menderita, karena iri hati, dengki dan cemburu. Maka dengan mengampuni dia akan berhenti, dia akan gamang sendiri, bingung sendiri.

  3. Untuk menyembuhkan luka kita, sebab orang yang menyakiti kita, dia memang ingin kita terluka, dia tidak akan mengobatinya, dia memang antara sengaja atau tidak tahu. Jadi satu-satunya yang mengobati luka kita ya kita sendiri.

  4. Agar Bapamu di sorga juga mengampuni dosamu (Mat 6:14).

  5. Cara mengampuni, berseru dan libatkan Tuhan, sebutlah Ya Bapa.

 

 

Selamat mencoba dan semoga berhasil!

 

Tuhan memberkati !

10 Mei 2020
frankie1.jpg

Frankie Massie

Wellen

Kristus Di Tengah Badai

 

 

Markus 4: 33 - 41 

Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.

Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang."

Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.


Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"

Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.

Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"

 

Dalam usianya yang ke 27, Rembrandt menghasilkan karya lukisan pemandangan laut yang diberi judul Kristus di Tengah Badai di Danau Galilea berdasarkan kisah dalam Injil Markus pasal 4. Dengan penggunaan perbedaan cahaya dan bayangan yang sangat tegas, lukisan Rembrandt menggambarkan sebuah perahu kecil yang terancam hancur di tengah badai yang sedang mengamuk kencang.

 

Ketika para murid sedang berjuang melawan angin dan ombak, Yesus tidak terganggu sama sekali.

Akan tetapi, aspek yang paling tidak biasa dari lukisan tersebut adalah kehadiran seorang murid ke-13 di dalam perahu tersebut yang menurut para ahli seni menyerupai sosok Rembrandt sendiri.

 

Injil Markus menggambarkan pelajaran gamblang yang diterima oleh para murid mengenai siapa diri Yesus dan apa yang bisa diperbuat-Nya. Sementara para murid dengan panik mencoba untuk menyelamatkan perahu yang akan tenggelam tersebut, Yesus justru tidur. Tidak pedulikah Dia bahwa mereka semua akan mati? (ayat 38). Setelah Yesus menenangkan badai itu (ayat 39), Dia mengajukan sebuah pertanyaan yang tajam, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (ayat 40). Para murid justru menjadi semakin takut, dan mereka berkata seorang kepada yang lain, “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?” (ayat 41).

Kita juga dapat menempatkan diri kita dalam kisah tesebut dan, sama seperti para murid, mengetahui bahwa kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus, Dia akan menyatakan kehadiran, belas kasihan, dan kendali-Nya atas setiap badai dalam hidup kita.

 

 

Tenanglah hatiku, karena Allah setia,
Firman kudus-Nya murni, teruji, dan benar;
Walaupun badai menerjang dan laut menggelora, Janji-Nya bagaikan batu pijakan yang kuat.

 

Allah adalah tempat perlindungan yang aman di tengah terjangan badai kehidupan.

 

Tuhan Memberkati

3 Mei 2020
elma.jpg

Elma Roux

singkong.jpg

Kisah Sebuah Singkong

Sebuah singkong yang dibeli seseorang di toko akan diolah sesuai kerinduan sang pemiliknya.
Apakah mau dibuat jadi kolak, kripik singkong, balado singkong, lemet, ubi goreng, tape singkong, cake singkong, singkong rebus dan masih banyak lagi olahan lainnya, semua ada tujuannya,  untuk dinikmati oleh sang pembuat dan orang lain di sekitarnya, bahasa kerennya menjadi berkat.

Proses dan lamanya pembuatan sebuah singkong menjadi makanan yang seperti kerinduan pemiliknya berbeda-beda.
Dalam menjalani proses, kalau singkong tidak setuju  cara kerja pemiliknya, saat dikupas melarikan diri, dipotong-potong lompat dari meja, lompat dari panci saat direbus, lompat dari wajan saat digoreng, tidak mau diparut, dia tidak akan pernah menyelesaikan tujuan pemiliknya untuk  menjadi berkat.

Saat pengupasan, kenapa singkong  melarikan diri dan tidak mau dikupas karena pastinya  tidak enak saat menjalaninya, dipisahkan dari bagian kulit yang sudah bersama dia selama ini, nyaman dan hangat dibungkus kulit 2 lapis, kulit luar  yang kecoklatan dan lapisan dalam yang agak putih mendekati pink.


Loncat dari meja karena tidak tahan kesakitan saat dipotong-potong,  direbus, diparut, membayangkan gigi parutan saja sudah sakit, kenapa harus bersentuhan dengan  alat itu.
Panas pastinya tidak gampang untuk dilewati... dan proses lainnya, yang semua tidak nyaman untuk singkong lewati.
Kalau singkong tidak mau melewati proses-proses ini, dia tidak akan pernah menjadi berkat, tetap sebuah singkong yang akan tinggal sebuah singkong tanpa bisa menggenapi tujuan pemiliknya, membusuk dan dimasukkan ke tempat sampah.

Sebaliknya, kalau dalam masa menjalani proses dia diam dan tenang,  percaya total kepada tangan yang memprosesnya, menyadari bahwa  dia sementara dipersiapkan untuk menjadi makanan lezat yang bisa menjadi berkat, dia akan menghasilkan hasil yang enak dan  menyenangkan hati pemiliknya.

 

Seumpama sebuah singkong di tangan pemiliknya, demikianlah kita di tangan TUHAN, Sang Pemilik kehidupan kita. Dia merindukan anak-anak-Nya untuk  menyenangkan hatiNya dan  menjadi berkat buat sesama.
Tetapi sebelum itu terjadi perlu lebih dahulu melewati proses, seperti  pengupasan, pemotongan, pemarutan, perebusan, penjemuran, pencampuran dengan bumbu-bumbu, penggorengan, supaya menghasilkan sesuatu yang bisa memenuhi kerinduan Tuhan dan menjadi perpanjangan kasihNya di bumi.

Saat menjalani proses kehidupan, kita mau  tinggal tenang dan percaya total kepada Tuhan, tidak enggan melakukan yang menjadi  bagian kita, di sana terletak kekuatan  yang akan memampukan kita menghadapi dan melewatinya.
DIA ada menemani, berjalan bersama, di masa-masa terberat sekalipun tidak pernah DIA membiarkan kita berjalan sendirian.


Tidak ada satu ujian pun yang melebihi kekuatan kita, Ia setia dan tidak akan membiarkan kita dalam proses yang melampaui kekuatan yang bisa kita tanggung, Ia setia memberikan jalan keluar. Kalau kita mau bekerja sama dengan DIA, seberat apapun proses itu kita akan sanggup menanggung dan melewatinya dengan baik dan keluar lebih dari pemenang, untuk dipakai menjadi alat-Nya di bumi untuk kemuliaan bagi nama-Nya.

💧1 Korintus 10:13
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

💧Yesaya 30:15
Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH , Yang Mahakudus, Allah Israel: “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.” Tetapi kamu enggan.



Salam kasih dan damai

Tuhan Yesus memberkati

26 April 2020
Susi.jpg

Susie Lehmann

Frau mit Bibel

Andalkan Tuhan Dalam Hidupmu

 

Tidak mudah menulis suatu pemikiran, apa itu berupa renungan, pengalaman dalam kehidupan yang bisa diartikan sebagai sebuah kesaksian, tulisan aktual dari apa yang sedang terjadi disekitar kita atau tulisan-tulisan yang bersangkutan dengan Alkitab.

 

Tidak semua ingin menerima tantangan ini, karena kita dipaksa berpikir atau dipaksa memohon bantuan orang lain jika ada. Keraguan akan terbersit yang dapat menimbulkan ketakutan untuk melangkah, jika menerima tantangan ini.

Baru terakhir kalau sudah mentok, kita mohon bantuan dari Tuhan.

 

Banyak diantara kita yang meminta bantuan Tuhan pada posisi terakhir, bukan yang pertama. Setelah jalan serasa buntu, terowongan kegelapan serasa panjang atau sinar terang belum terlihat, baru kita menangis, menjerit dan menyembah memohon pertolongan Tuhan. Salahkah itu?

 

Bagi manusia yang sudah mengenal Tuhan secara dalam, yang sudah mengandalkan kehidupan sehari-hari kepada Tuhan, otomatis pertolongan pertama adalah kepada-Nya.

 

Yeremia 17:7

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan.

 

Tapi masih banyak yang belum mengandalkan Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka itu mencari jalan lain dulu, mengasah otak untuk mendapatkan jalan keluar. Banyak yang berhasil sehingga andalannya kepada Tuhan dianggap tidak perlu. Maukah kita sebagai warga kristen mengutamakan kekuatan kita sendiri?

 

Yeremia 17:5

Beginilah firman Tuhan: Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan.

 

Apapun yang harus kita hadapi, yang memaksa kita keluar dari zona nyaman, biasanya fokusnya adalah kelemahan sendiri. Mindset ini yang harus dirubah. Fokuslah kepada apa yang dapat menguatkan kita. Berdoa. Berdoa kepada Tuhan dan mohon pimpinan Roh Kudus agar  melancarkan dan membukakan jalan dalam segala sesuatu yang akan kita lakukan. Bukankah itu yang Tuhan Yesus janjikan sebelum Dia naik ke surga? Menurunkan Roh Kudus untuk menggantikan tempat-Nya didunia.

Yohanes 14:26

tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Ini yang sering terlupakan. Belum otomatis memohon kepada Roh Kudus. Kekurangan dan kelemahan pribadi yang menjadi fokus. Bukan kuasa Tuhan yang dapat merubahnya. Sampai kapan kita akan terus dihantui ketakutan dan keraguan? Sampai kita berubah dan mulai percaya bahwa Tuhan Yesus ada beserta kita. Jiwa kita akan dipenuhi Roh Kudus jika hati kita dibuka untuk kehadiran-Nya.

 

Tapi berdoa saja belum cukup. Kita juga harus membaca firman Tuhan. Jika kita tidak pernah membacanya, bagaimana kita bisa mengerti apa yang Ia kehendaki? Ini sangat penting untuk selalu bersandar pada firman-Nya.

Roma 10:17

Jadi, iman timbul dari pendengaran oleh firman Kristus.

 

Ini dapat kita lakukan melalui pesan-pesan yang disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan, beribadah kegereja atau rajin bersekutu. Semua ini dapat membantu dalam pertumbuhan iman serta menguatkannya.

 

Mazmur 121:2-3

Pertolonganku ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.

 

Marilah kita mulai meminta kepada Roh Kudus penyertaan-Nya dalam semua langkah di kehidupan kita.

 

Tuhan memberkati.

19 April 2020
Chris.jpg

Christiana Streiff

Pessach Platte

PASKAH ITU PASSOVER/PESACH BUKAN EASTER

 

Paskah merupakan tradisi yang dibawa oleh Yesus Kristus dari tradisi historis orang Israel/Yahudi. Paskah dalam sejarah Yahudi adalah peringatan yang dikaitkan dengan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir melalui pertolongan TUHAN.

 

Itulah sebabnya orang Israel menyebutnya PESACH yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi PASSOVER, artinya MELEWATI / KELUAR dari perbudakan Mesir.

TUHAN lalu menetapkan tanggal 14 bulan pertama (Nissan), sebagai awal perayaan Paskah dengan penyembelihan domba, mengingat kisah penyembelihan domba di Mesir untuk meluputkan anak-anak Israel dari kematian akibat tulah (Keluaran 12:3-7).

Ketika Yesus Kristus menjalankan misi penyampaian Kabar Baik (Injil) di dunia, maka menjelang penyalibannya, tercatat Yesus Kristus menegaskan tradisi Paskah sebagai tradisi untuk mengenang kematiannya. Yesus Kristus melakukannya sama dengan tradisi Yahudi, yaitu pada tanggal 14 Nissan, pada hari pertama dari rangkaian perayaan Roti Tidak Beragi (Matius 26:17).

Yesus menunjukkan bahwa hari “penyembelihan domba Paskah” itu, juga akan menjadi hari kematiannya (Matius 26:31). Itulah sebabnya Yesus menggenapi lambang “Anak domba Paskah yang tersembelih” (1Korintus 5:7). Dalam penekanan tradisi Paskahnya, Yesus masih menggunakan “roti tidak beragi” yang menjadi lambang tubuh Yesus yang akan disalibkan, ditambah dengan “anggur” yang menjadi lambang darah Yesus yang tercurah untuk pendamaian, seperti “darah domba paskah” (Matius 26:26-29).

Maka, tradisi “roti tidak beragi” dan “anggur” ini menjadi tradisi dalam ritual Paskah Kristen (1Korintus 11:23-26).

Dengan demikian tradisi Paskah Kristen mula-mula masih sama dengan tradisi Passover/Pesach Yahudi, dan seharusnya ucapan selamat Paskah diucapkan pada hari “domba tersembelih” atau hari “penyaliban Yesus Kristus”.

Dalam perkembangannya, mulai ada keinginan untuk “menjauh” dari Keyahudian dalam otoritas Gereja. Tradisi-tradisi Yahudi pun ingin dihilangkan oleh Konstantin melalui Konsili Nicea dari Paskah Kristen, sehingga Konstantin mengharapkan Kristen menjauhkan diri dari Yahudi yang dianggap “pendosa” karena menyalibkan Yesus Kristus.

 

Hal ini kelihatannya baik, tetapi mengingkari sejarah, karena berarti sejak jaman Konstantin dengan Konsili Nicea-nya itu, Paskah Kristen menjauh bukan hanya dari asal Paskah zaman Musa, tetapi juga melupakan tradisi Paskah yang ditetapkan sendiri oleh Yesus Kristus menjelang penyalibannya!

 

Sedangkan istilah Easter mengemuka dari tradisi Eropa kuno, tentang festival musim semi dan kesuburan. Diduga dari nama dewi kesuburan, maka Easter menjadi tidak hanya dikaitkan dengan peringatan kematian Yesus Kristus, tetapi juga perayaan dewi kesuburan. Tidak heran kemudian lambang-lambang dewi kesuburan Eropa seperti telur dan kelinci masuk pada dekorasi Paskah. Alkitab tidak pernah mencatat

hubungan antara “telur hias” dan “kelinci” dengan Paskah, karena Paskah Alkitab hanya memuat kambing bakar, sayur pahit, roti tidak beragi dan anggur sebagai minuman.

Paskah juga seharusnya tidak selalu dirayakan setiap hari Jumat. Paskah itu berkaitan dengan tanggal 14 Nissan, bukan hari tertentu. Karena dikaitkan dengan tanggal, seharusnya hari di mana Paskah diselenggarakan bisa berubah-ubah.

Misalnya pada tahun 2020 ini, 14 Nissan jatuh pada hari Rabu 8 April 2020 pada penanggalan Masehi. Peringatan penyaliban Yesus Kristus semestinya jatuh pada tanggal 14 Nissan tersebut, dan tidak selalu harus dipaksakan hari Jumat.

Apalagi sebenarnya jika kita mencermati yang ditulis dari Alkitab, bahwa:

Yesus Kristus tidak mati pada hari Jumat pada peristiwa penyaliban! Yesus Kristus sendiri berkata : “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam” (Matius 12:39).

 

​​

Dalam Alkitab tertulis, bahwa kubur Yesus sudah kosong (artinya Dia sudah bangkit), pada hari pertama minggu itu yaitu hari Minggu (Lukas 24:1). Kalau kita menghitung mundur dari hari Minggu itu saja ke hari Jumat, maka tidak akan genap tiga hari tiga malam yang dinubuatkan Yesus, sedangkan Yesus tidak berdusta!

 

Pengertiannya adalah Yesus disalib pada 14 Nissan yang disebut hari persiapan menjelang Sabat (Markus 15:42; Lukas 23:54), ternyata murid-murid Yesus yang perempuan masih sibuk menyediakan rempah-rempah dan minyak mur (Lukas 23:56a); juga keesokan harinya setelah hari persiapan itu (berarti sudah Sabat), imam-imam kepala dan orang-orang Farisi menghadap Pilatus untuk meminta penjagaan kubur (Matius 27:62-66). Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh orang Yahudi menurut hukum Taurat kalau memang Yesus disalibkan pada hari Jumat, karena matahari terbenam di hari Jumat itu berarti sudah masuk Sabat di mana “tidak boleh bekerja”. Tetapi jika kita melihat bahwa 15 Nissan adalah “Sabat” yang lain, yaitu “Sabat hari raya” sebagai hari pertama pekan roti tidak beragi. Kalau “Sabat” yang dimaksud setelah penyaliban itu adalah hari raya roti tidak beragi, maka hukumnya bukan “tidak boleh bekerja” tetapi “boleh bekerja yang tidak berat” (Imamat 23:7). Maka kita dapat memahami murid-murid perempuan Yesus menyiapkan rempah-rempah dan imam-imam kepala menghadap Pilatus.

 

Dengan demikian sebenarnya terjadi dua “Sabat” dalam rangkaian kematian Yesus, yaitu “Sabat” hari pertama pekan Roti Tidak Beragi pada tanggal 15 Nissan (sehari sesudah penyaliban tanggal 14 Nissan), dan “Sabat” hari kudus, yaitu hari ketujuh, sebelum Yesus dibangkitkan.

Kalau kita menghitung nubuat Yesus sendiri tentang “tiga hari tiga malam dalam rahim bumi” (Matius 12:39), maka urutan yang paling memungkinkan adalah, Penyaliban (14 Nissan) terjadi pada hari Rabu, Sabat Roti Tidak Beragi (15 Nissan) terjadi pada hari Kamis, lalu hari Jumat lewat seperti biasa (16 Nissan), dan pada hari Sabat Kudus semua berhenti (17 Nissan), lalu Yesus bangkit pada waktu yang tidak tercatat dan kuburnya ditemukan kosong pada dini hari di hari pertama (18 Nissan). 

 

Dengan demikian secara Alkitab, penetapan hari peringatan penyaliban Yesus yang selalu Jumat adalah tradisi yang salah kaprah karena dua hal :

1. Tanggal 14 Nissan sebagai hari penyaliban Yesus tidak selalu jatuh hari Jumat

2. Secara Alkitab, sesuai nubuatan “tiga hari tiga malam di rahim bumi” Yesus tidak disalibkan hari Jumat tetapi sangat mungkin hari Rabu.

 

Oleh karena itu kesimpulan yang kita dapat dari Alkitab untuk tradisi Paskah adalah :

1. Kita mengucapkan selamat Paskah seharusnya dengan makna Passover/Pesach bukan Easter, karena tradisi Passover memiliki sumber yang sangat jelas dari Alkitab, sedangkan tradisi Easter hanya tradisi paganik Eropa.

2. Lambang-lambang yang ada dalam Paskah adalah Roti Tidak Beragi dan Anggur sesuai teladan Yesus Kristus, sedangkan telur dan kelinci bukanlah bagian dari teladan Yesus Kristus dan tidak perlu dilibatkan dalam Passover kita.

3. Selamat Paskah semestinya diucapkan pada hari penyaliban Yesus bukan di hari kebangkitannya, karena Paskah itu adalah saat “domba disembelih”, tepat saat Yesus disalibkan, bukan saat Yesus dibangkitkan.

4. Tanggal peringatan penyaliban Yesus TIDAK SELALU SAMA HARINYA dalam tahun yang berbeda, dan bahwa penyaliban pada hari Jumat adalah tradisi yang tidak kuat secara historis dan Alkitab mengingat Yesus sendiri mengatakan “tiga hari tiga malam dalam rahim bumi” (Matius 12:39).

Pengetahuan ini kiranya menambah hikmat kita dalam memahami Paskah, tanpa bermaksud untuk mengurangi makna Paskah sebagaimana kita akan masuk dalam rangkaian ibadah Paskah hingga puncaknya pada Perjamuan Kudus untuk mengenang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

 

Soli deo Gloria

12 April 2020
Cynthia.jpg

Cynthia Kaluntas Lebet

Ostern

KASIH YANG SAMPAI KEPADA SALIB

Dua hari lalu kita memperingati kematian Kristus atau biasa kita sebut hari Jumat Agung, berita salib diberitakan di seluruh dunia, entah berapa kali di dalam satu tahun gereja membicarakan kematian satu orang ini, dan khususnya tahun ini berita kematian itu dibicarakan hampir di setiap rumah orang-orang yang percaya kepada orang yang meninggal itu lewat ibadah-ibadah yang dilaksanakan dari rumah-rumah apalagi pada hari Jumat Agung, pastilah kisah salib itu dibicarakan lagi.

 

Rasanya tidak ada satu kematian yang dibicarakan terus menerus lebih dari 2000 tahun. Begitu pentingnya kematian orang ini. Betapa luar biasanya orang yang meninggal ini sehingga kematian-Nya tetap dibicarakan dengan berapi-api, dengan perasaan haru namun penuh sukacita, kematian yang memberikan pengharapan pada kekekalan.

Orang yang menjadi bahan perbincangan ini melewati  :

  • Ditinggalkan murid-murid-Nya, orang-orang yang telah menerima ajaran-Nya selama 3 tahun setengah, mereka hidup bersama dengan Dia namun karena takut, akhirnya mereka lari menyelamatkan diri mereka sendiri. Dia telah menjelaskan bagaimana Dia akan mati sebelumnya, dalam Kitab Markus dan Kitab Lukas 3 kali di tulis dan tercatat dalam Kitab Matius 4 kali. Padahal ketika Dia menyampaikan bagaimana Dia akan mati mereka begitu sedih saat itu namun pada saat itu terjadi tidak mengingat kalau sudah disampaikan beberapa kali yang ada hanyalah usaha menyelamatkan diri masing-masing.

  • Disangkal murid-Nya, murid-Nya sendiri yang bersama dengan Dia selama 3 tahun setengah, padahal sebelumnya dalam ke empat Injil dicatat bahwa murid ini bahkan berkata rela mati untuk Tuhan Yesus. Ia menunjukkan sangat peduli dengan Yesus tapi ternyata baru di tanya apakah kenal orang itu sudah menciut nyalinya.

  • Difitnah oleh orang-orang yang bahkan tidak dikenal-Nya, yang hanya dengar-dengar sedikit tentang Dia, yang hanya ikut-ikutan.

  • Di belenggu layaknya seorang yang akan memberontak, mereka bahkan datang dengan tentara-tentara untuk mengantisipasi orang yang akan di tangkap ini akan melawan.

  • Ditampar oleh orang-orang yang seharusnya dalam posisi mereka tidak melakukan hal-hal yang remeh seperti itu. Dia diam atau tidak menjawab seperti yang mereka mau sehingga mereka menjadi marah dan lepas kendali.

  • Dicaci maki karena mereka gusar.

  • Diludahi mukanya oleh orang-orang yang seharusnya punya cara pikir yang tinggi, beretika, mempunyai belas kasih karena mereka adalah pemimpin-pemimpin agama yang mengajarkan hal-hal yang baik dan juga tua-tua dimana mereka biasanya adalah orang-orang yang berhikmat, yang ada di sidang.

  • Ditinju dalam keadaan muka yang tertutup sehingga tidak bisa mengantisipasi dari mana datangnya pukulan sekalipun tidak bisa membalas namun jika tahu pukulan akan datang dari mana secara psikis pasti ada refleks untuk menahan.

  • Disesah atau dipukul, zaman itu kalau di cambuk, ujung cambukannya tidak hanya satu namun beberapa dan tajam, sehingga setiap kali mencambuk kemungkinan daging bisa tertarik sehingga genaplah yang tertulis dalam Kitab Yesaya tampaknya bukan seperti anak manusia lagi. Dia dipukul oleh orang-orang yang ada disitu, serdadu-serdadu, pemimpin masyarakat, pemimpin agama, sepertinya semua orang merasa berhak memukul-Nya.

  • Ditanggalkan pakaiannya didepan banyak orang, pasti sebagai manusia Dia tidak nyaman, Dia dipermalukan dengan sengaja.

  • Dipasangkan mahkota duri kemudian dipukul kepalanya dengan bambu agar mahkota duri itu menancap di kepalanya, padahal kepala itu keras, pasti sangat sakit.

  • Disiksa secara fisik dan psikis.

  • Pikul salib yang berat setelah dipukul, pastinya kekuatan-Nya sudah berkurang, namun Dia tetap berusaha memikul salib sebelum digantikan Simon orang Kirene.

  • Dicela atau arti lainnya dalam KBBI dihina, dikecam, dikritik oleh orang-orang yang merasa sudah melakukan yang benar seolah mereka tahu apa yang mereka perbuat.

  • Di paku di kayu salib pada tangan dan kakinya sehingga berat badan di tahan oleh tangan dan kaki, tidak bisa membayangkan sakitnya.

  • Diberi minum anggur campur empedu, kemudian saat Dia haus mereka memberikan anggur asam, diperlakukan secara tidak adil

  • Lambungnya di lubangi sehingga bisa membantu mempercepat kematian-Nya.

 

 

Matius 26– 27, Markus 14–15, Lukas 22–23, Yohanes 18–19

Dan mungkin masih ada penderitaan-Nya yang karena keterbatasan hamba terlewatkan dalam penulisan ini, mohon dimaafkan.

 

Dia dipermainkan sesuka hati mereka tanpa mengenal belas kasihan. Dia dituduh, di salah mengerti oleh mereka. Dia diperlakukan seperti seekor domba yang dibawa ke pembantaian dan dianiaya kemudian setelah itu sepertinya belum cukup, Dia harus berjalan dengan sisa-sisa tenaga mendaki sambil memikul salib yang berat, kemudian disalibkan. Bersalahkah Dia? Begitu jahatkah Dia sampai mereka ingin membunuh-Nya? TIDAK, TIDAK, TIDAK.

Dia mengasihi saya, saya? benarkah karena saya? iya, saya.

 

Bapak, Ibu, Saudara-saudari yang sedang membaca ini, kita semua adalah yang menyebabkan Dia disalibkan. Kesombongan, percabulan, iri hati, fitnah, bohong, marah, geram, kata-kata kotor, hawa nafsu, keserakahan, nafsu jahat, perzinahan, dan semua dosa yang kita lakukan karena salah menggunakan kebebasan yang Tuhan izinkan, itulah yang tergantung pada salib itu. Dia menggantikan tempat kita di atas salib itu. Tidak ada pengorbanan sebesar ini kalau bukan karena kasih. Kalau kita mati wajar karena kita bersalah tapi Dia yang tidak bersalah telah ditimpakan kesalahan kita sehingga lewat kematian Kristus kita mendapat kesempatan hidup kekal.

 

Orang "Hidup" fokus menyerahkan nyawanya kepada Kristus yang berkuasa dan menang atas kematian dan berrespon secara utuh pada penderitaan, kematian dan kebangkitan Kristus. (Vic. Jack Kawira, EREOS 2020) (Hidup: rohani yang sehat).

 

Kiranya kematian-Nya tidak sia-sia, setiap anak Tuhan melihat salib itu dengan hati yang remuk karena tahu, kita tidak layak menerima kasih sebesar itu, "penderitaan" kita dalam mengikut Kristus begitu kecil dibandingkan penderitaan yang Yesus terima karena kita namun kita begitu besar bagi Dia sampai Dia mau mati bagi kita.

 

Kiranya anak-anak Tuhan menghidupkan kembali kisah hidup Yesus (Pdt. Jimmy Pardede, EREOS 2020). Kehidupan anak-anak Tuhan menghasilkan ketaatan-ketaatan kepada perintah-perintah Tuhan sehingga kesaksian hidupnya menyenangkan Tuhan.

 

Lewat peringatan Jumat Agung 2020 dan perenungan akan kematian Kristus di tengah-tengah kesesakan seperti saat ini, kiranya Tuhan berbelas kasih sehingga pertobatan-pertobatan sejati boleh terjadi dan seperti Nabi Yesaya yang berrespon atas panggilan Tuhan, anak-anak Tuhan juga boleh memberikan hidupnya untuk Tuhan.

 

Yesaya 6 : 8 Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata : "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku? " Maka sahutku : "Ini aku, utuslah aku!"

 

Selamat Paskah, selamat menikmati Tuhan dan kebangkitan-Nya.

 

SOLI DEO GLORIA

SOLUS CHRISTUS

5 April 2020
Demita.jpg

Demita Klassen

 Kinder mit Masken

Krisis Corona : Quō vādis?

 

Corona, Corona dan lagi lagi Corona! Topik yang satu ini sudah menjadi bahan pembicaraan setiap orang diseluruh dunia di waktu-waktu terakhir ini. Saat kita memasuki tahun baru 2020, tidak pernah kita bayangkan bahwa kata „Corona“ dan efek yang ditimbulkan virus tersebut, akan  mengubah hidup kita seluruhnya. Efek paling besar adalah ketidakpastian yang ditimbulkan virus tersebut.

 

Saat ini bisa dikatakan bahwa wabah Corona telah menjungkirbalikkan dan menggoncangkan semua tatanan masyarakat diseluruh penjuru dunia. Baik dalam dunia pekerjaan, dunia pendidikan, dunia bisnis, dan politik. Juga mengubah hubungan relasi sosial, dunia hiburan, seni,  pariwisata, transportasi dan seterusnya.

 

Yang paling menyedihkan dari krisis ini adalah jumlah yang terinfeksi sampai saat ini per 3 April 2020 adalah lebih dari 1 juta orang.  Dengan angka kematian lebih dari 55.000 orang.  Dukacita mendalam, kecemasan, ketakutan, kekuatiran, ketidakpastian, dan bahkan mungkin kemarahan mendominasi perasaan banyak orang  terutama yang terdampak langsung.

 

Kisahnya benar-benar tidak masuk akal, seperti cerita dalam film-film science fiction Hollywood ini sekarang terjadi di depan mata, di tengah dunia yang begitu modern dan sangat canggih.

 

Sejak Perang Dunia 1 dan 2, belum pernah terjadi di dunia ini suatu krisis yg bersifat global dan mengguncangkan seperti yang kita alami saat ini. Hari demi hari kita membaca berita dan informasi yang hanya menggetarkan dan mencekam. Virus  ini seakan tidak kenal lelah,  tidak kenal batasan apapun, menyerang dan melumpuhkan siapapun yang ada di depannya.

 

Hari demi hari ribuan korban berjatuhan dari segala penjuru dunia. Ketika manusia terpojok dalam segala usahanya menghadapi masalah, tidak ada pilihan lain selain berpaling pada Tuhan. Banyak yang mulai berdoa meminta ampun, belas kasihan dan pertolongan Tuhan, tetapi ada banyak juga yang mulai mengecam Tuhan dan memakai situasi ini sebagai bukti argumentasi mereka, bahwa Tuhan itu tidak ada.

 

Di tengah-tengah krisis global yang begitu mencekam ini, sebagai anak Tuhan kita diberikan hak istimewa dan diperlengkapi dengan senjata-senjata kebenaran yang memberikan kita kekuatan dalam ujian yang kita hadapi. Di dalam Yesus Kristus kita memiliki begitu banyak janji akan pemeliharaan dan perlindungan (2 Tesalonika 3:3; Ulangan 31:6; Yesaya 41:10; Mazmur 46:1; Mazmur 57:1; Mazmur 138:7-8; Mazmur 121, Mazmur 91;)

 

Ada  janji damai sejahtera ( Filipi 4:6-7; Yohanes 14:27; Mazmur 29:11; Yohanes 16:33; Roma 5:1-2). Juga   janji kekuatan saat menghadapi ujian dan bahkan jalan keluar dalam pencobaan (Roma 8:28; Yakobus 1:12; 1 Petrus 5:10; 1 Korintus 10:13; Roma 5:3-5). Dan yang paling indah adalah janji penyertaan Roh Kudus yang akan menolong kita (Yoh 14:16), dan akan memimpin kita dalam kebenaran (Yoh 16:13). Sebagai orang percaya, kita perlu berpegang teguh pada janji-janji dan kebenaran Tuhan dalam masa-masa krisis ini.

 

Ketika saya merenungkan kondisi pandemi Covid-19 ini, saya diingatkan akan suatu peristiwa di awal abad pertama, dimana atas ijin, perkenan dan pimpinan Tuhan, Kaisar Romawi Oktavianus Agustus mengeluarkan perintah agar semua orang di bawah kekaisaran Romawi mendaftarkan dirinya dimana mereka berasal. Dan karena perintah inilah maka Yosef dan Maria harus kembali ke Bethlehem pada saat Maria sedang hamil besar dan melahirkan di Bethlehem sehingga pada akhirnya memenuhi nubuatan dalam Mikha 5:2 bahwa Sang Mesias akan datang dari Bethlehem.

 

Tuhan mengontrol dengan sangat indah kejadian-kejadian di dunia ini, untuk memenuhi rancanganNya yang besar. Jangan lupa bahwa „History is His-Story!“ Sejarah adalah Kisah Tuhan. Bukan tidak mungkin bahwa Tuhan sedang meng-orkestrasikan sesuatu yang besar dengan menggunakan virus corona ini.

 

Sementara ini hal-hal yang bisa kita amati dengan lock-down di seluruh dunia yang terjadi ini diantaranya : orang-orang harus tinggal dirumah dengan keluarganya masing-masing, banyak orang mengambil waktu untuk berdoa, ada kesempatan lebih banyak bersama dengan keluarga yang dulunya dibatasi karena kesibukan. Juga hal-hal yang dulunya tampak menyita waktu seperti pekerjaan, aktivitas diluar rumah, travelling, shopping, dst seakan maknanya berkurang dan orang di“paksa“ untuk melakukan hal-hal yang sifatnya basic yang diperlukan untuk menunjang kelangsungan hidup, dan dipaksa untuk mengevaluasi prioritas-prioritas dalam hidup.

 

 Hubungan-hubungan diperbaharui dan dievaluasi. Tetapi dari sudut pandang yang lebih universal, saya melihat bahwa Tuhan seperti sedang mengetuk pintu umat manusia di seluruh muka bumi ini, seperti yang dikatakan dalam

Wahyu 3:20 „Lihat Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya…..“

 

Dia mau meminta perhatian kita umat manusia dan mengingatkan akan keberadaan Dia, dan bahwa rencana-rencanaNya dan rancangan-rancanganNya yang akan terjadi atas dunia ini. C.S Lewis berkata bahwa „Tuhan berbisik saat kita senang, berbicara pelan ke dalam hati nurani kita, tetapi IA berteriak saat kita menderita. Penderitaan itu sebagai alatnya untuk membangunkan dunia yang tuli“

 

Kita mesti bertanya, apakah yang sedang Tuhan ingin katakan atau teriakkan kepada umat manusia ketika Ia mengijinkan krisis corona ini terjadi.

 

Kita belum tahu bagaimana krisis ini akan berakhir, kapan akan berakhir dan dampak apa yang akan terjadi pada seluruh dunia ini. Ketika lock down diberlakukan untuk jangka waktu yang lama, maka banyak orang yang akan kehilangan pekerjaannya. United Nations memperkirakan akan ada sekitar 24 juta pekerjaan diseluruh dunia yang terancam kelanjutannya karena wabah corona. Bagaimana dengan produksi dan supply makanan jika para petani dan produser makanan juga harus menghentikan aktivitasnya? Apakah mungkin akan terjadi krisis kekurangan makanan atau kelaparan di seluruh dunia? Semua ini membuat saya bertanya-tanya apakah ini „awal dari kesudahan“ yang disebutkan dalam Matius 24? Dan apakah alat pendeteksi penderita corona yang akan dipasang pada setiap penderita yang telah diajukan oleh peneliti di Jerman untuk memperingatkan orang bahwa ada penderita corona di dekatnya, akan menjadi cikal bakal dari suatu sistem yang bisa mengkontrol orang secara elektronik, seperti apa yang telah dituliskan dalam Wahyu 13:16-17 tentang tanda di tangan kanan atau dahi?

 

Mari kita berharap dan berdoa bahwa semua ini hanya prediksi yang tidak benar, tetapi sebagai orang percaya, kita diperlengkapi dengan kebenaran-kebenaran dalam Alkitab yang bisa memberi kita pengetahuan dan hikmat dalam membaca tanda-tanda jaman. Ada sesuatu yang besar yang sedang Tuhan orkestrasikan, sehingga seluruh dunia terguncang, berdiam diri, dan berada dalam (awal) suatu krisis. Tuhan Yesus sedang mengetuk pintu hati setiap orang di seluruh dunia dan meminta perhatian dari manusia, dengan krisis ini. Paskah tahun 2020 akan menjadi paskah yang sangat istimewa, dimana (mungkin) belum pernah terjadi selama 2000 tahun lebih adanya perayaan paskah online diseluruh dunia, dan tidak ada kebaktian besar bersama-sama karena krisis corona.

 

Tuhan Yesuslah yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, secara khusus apa yang akan terjadi dg krisis corona ini dan bagaimana dan kapan akan berakhir.

Bagian kita sebagai anak Tuhan :

Marilah kita mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan Yesus semata. Mari kita merendahkan diri kita dan mencari kehendak dan perkenananNya. Mari kita mendoakan seluruh dunia ini agar bangsa-bangsa mendapat kesempatan mengenal Juru Selamat Yesus Kristus dan diselamatkan. Mari kita mempergunakan waktu yang ada dan singkat ini untuk semakin giat memberitakan kabar keselamatan dari Kristus.

 

„Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.“ (Yohanes 16:33)

April 5th, 2020
Demita.jpg

Demita Klassen

 Kinder mit Masken

Corona Crisis : Quō vādis?

 

Corona, Corona and more Corona! This topic has been lately dominating and becoming the main attention around the world. As we entered the year 2020 we have never thought that the word „Corona“ and the effect caused by this virus will change our lives completely. The biggest effect caused by this virus is the uncertainty it brings.  

 

We might say that at the moment Corona pandemic has turned everything upside down and has shaken the order of many things that we used to : in the business world, education world, the way we work, political world, social relationships, entertainment world, art and culture world, tourism world,  sport world, transportation world, etc.

 

The most dramatic side from this crisis is the number of people infected by the virus which is raising exponentially all over the world. On 3rd April 2020 it is recorded more than 1 million people infected and more than 55.000 death.  Deep grief by those who lost their loved ones, anxiety, fear, uncertainty, and even anger dominate the feeling of many people around the world.

 

The situation doesn't seem to make sense, as if it came straight away from Hollywood science fiction movies, but it is actually happening to us right now in this modern, sophisticated and highly developed world

 

Since the World War 1 and 2, there has never been a crisis that happened globally and has shaken the world like this corona crisis.  Day by day we read news and hear information that gripped us and made us tremble. This virus is not weary in attacking and paralyzing everything that it faced.

 

Day by day thousands of victims fell all over the world. When human feel cornered after trying all they can to solve the problem, they will start to turn to God. Many are asking God for mercy, forgiveness and His helping hand, but some also raising their fist and critizising God, and using this very situation in their argumentation to proof that there was no God. 

In this dreadful global crisis, as the children of God we have the privilege and we are equipped by the armor of the Word of God which can give us strength in this trials.  In Jesus Christ we have so many promises of His care and protection

(2 Thessalonians 3:3; Deuteronomy 31:6; Isaiah 41:10; Psalm 46:1; Psalm 57:1; Psalm 138:7-8; Psalm 121, Psalm 91)

 

There are promises of peace from God (Phillipians 4:6-7; John 14:27; Psalm 29:11; John 16:33; Rome 5:1-2), there are promises of strength as we face trials and even promise of way out in trials  (Rome 8:28; James 1:12; 1 Peter 5:10; 1 Corinthians 10:13; Rome 5:3-5). And beautiful promise of The Holy Spirit`s companion (John 14:16), and Holy Spirits guidance in truth (John 16:13). As believer, we have to hold on tightly to the promises of God and His truth in this trials.

 

As I meditate on this corona crisis situation, I was reminded of something that had happened in the early first century. The Roman Caesar Octavianus Augustus with the permission even with the direction from God, had ordered a Decree that everyone under the Roman Empire has to go back to their origin area for self registration.  Because of this decree, Joseph and Mary had to go back to Bethlehem to register themselves and at that time Mary was big pregnant. We all know the story that Mary finally had to give birth in Bethlehem, and by doing so the prophecy mentioned in Micah 5:2 about the Messiah that will come from Bethlehem was fulfilled.

 

God beautifully arranges and controls everything that happened in this world, to fulfill His big plans. Do not forget that „History is His-Story!“. It is not impossible that God is actually orchestrating something big with this corona crisis.

 

So far we can observe the following changes that happen during lock-down period that applied all over the world: people have to stay at home with their family, many people turning to God to pray, many are taking their time with their immediate family during this lock down. Many activities that usually took most of our times such as working, school, activities outside home, travelling, shopping, etc seems to have less significance now that everyone are forced to stay at home and temporarily mostly doing basic things that needed for life to continue. Relationships are evaluated and also renewed.

 

From a bigger point of view I think it seems that God is actually knocking at our door, just as written in Revelation 3:20 „ Here I am! I stand at the door and knock. If anyone hears my voice and opens the door, I will come in…“

 

It seems that He demands our attention and try to remind us about His existence and reminds us that His will and His plan will be done in this world. C.S Lewis once said „God whispers to us in our pleasures, speaks in our conscience, but shouts in our pains: it is his megaphone to rouse a deaf world.“

We have to ask, what God wanted to say or to shout to us humanity as He allowed the corona crisis to happen.

 

We don`t know yet, how this crisis will evolve, when it is going to end,  how it it going to end, and what impact it will bring to the world. When lock-down is implemented for a certain amount of time, many people will lose their job. The United Nations estimated that there will be around 24 million jobs affected by corona crisis. What about the continuance of production and food supply when farmer and food producer cannot continue to work in large scale because of lock down? Will it then start food supply deficiency or even famine all over the world? I asked myself if it could also be the starting point of „the end of age“ which is mentioned in Matthew 24? And what about the plan to put a electronic detector developed by a german research company for each corona patient, to warn the other that there is a corona patient around them? Would it be a beginning of a control system that will put each one under survellaince and might started what already mentioned in Revelation 13:16-17 about the sign we have to put on our right hand or forehead?

 

Let us hope and pray that this is all a mere prediction, but as a believer we all equipped with the truths in the Bible that give us knowledge and wisdom to understand the signs of this age. There is something big that God is now orchestrating, that the whole world is now shaken, silenced, and probably standing in front of a bigger crisis. The Lord Jesus is knocking the heart of everyone in the whole world with this corona crisis. Easter or Passover in the year 2020 will be a very special celebration where there`s (probably) never happened in the last 2000 years that there will be no physical gathering of believers all around the world to celebrate passover, instead we will all celebrate it with online celebration.

 

The Lord Jesus is the One who knows what will happen in the future, especially regarding this corona crisis, how and when it will end.

Our part as the children of God :

Let us set our hearts and minds to Jesus alone. Let us humble ourselves and looking for His Will and His favour. Let us standing in the gap for the nations so that many will get the chance to know Jesus as their saviour and being saved. Let us use this precious time to bring the good news of salvation from Jesus.

 

“I have told you these things, so that in me you may have peace. In this world you will have trouble. But take heart! I have overcome the world.” (John 16:33)

29 Maret 2020
Vivi.jpg

Vivianne Studler

Covid 19

CORONA - MAHKOTA 

 

 

Begitu ramai dan maraknya nama “Corona” dalam beberapa waktu terakhir disebut. Bukan saja hanya disebut, tapi dikumandangkan dimana-mana. Menjadi topik utama dan teratas, baik di surat kabar, TV, Facebook, dan lainnya ... 

WhatsApp pun penuh dengan berita dan informasi tentang Corona ini ... luar biasa!

Dalam bahasa Latin, Corona berarti MAHKOTA.

Tapi mahkota ini sangat berbeda dengan mahkota pada umumnya. Biasanya sebuah mahkota itu sangat indah, cantik, berharga, mungkin juga dihiasi dengan batu-batu permata yang mewah dan disenangi bahkan mungkin juga diperebutkan, karena sebuah mahkota biasanya sangat berarti atau mempunyai arti yang istimewa. Tidak semua orang bisa mendapatkan apalagi mengenakan sebuah mahkota. 

 

Sementara Corona adalah juga mahkota yang sangat luar biasa, dalam pengertian yang berbeda. Luar biasa berbahaya, luar biasa menakutkan, luar biasa mematikan dan dalam waktu singkat dapat membuat kelumpuhan dimana-mana (aktivitas, finansial dan sebagainya). 

 

Jika kita perhatikan, bukan corona nya sendiri yang menakutkan, tapi KUASA apa yang ada di dalamnya. 

Di dalam corona ada roh atau kuasa yang mematikan/MAUT!

 

Sejak dimulainya Lockdown di Swiss 2 minggu yang lalu, kami mulai dengan doa bersama online setiap hari. 

Kami  sepakat dan bersatu hati  “Standing in the Gap”, kami mau berdiri menjadi duta-duta kerajaanNya, untuk mendoakan bangsa dan negeri ini (Indonesia dan Swiss), mendoakan setiap Persekutuan-persekutuan Doa yang ada,  PERKI Swiss, para dokter dan perawat yang berada di garda depan, teman-teman kami, keluarga kami masing-masing dan apa saja yang Roh Kudus taruh dalam hati kami ... 

Pada saat doa bersama inilah, kami di ingatkan melalui catatan seorang teman, pentingnya agar mata kita tertuju pada mahkota-mahkota yang lain. Bukan berarti kita menyepelekan Corona ini, TIDAK ....  kita tetap harus berhati-hati, tetap waspada,  tetap menjaga diri dan tetap mengikuti peraturan yang ditetapkan, tapi kita juga tahu bahwa ada mahkota-mahkota lain yang tak ternilai harganya.

 

Mari kita kejar, kita raih dan mata hati kita tertuju kepada MAHKOTA-MAHKOTA lain yang Tuhan Yesus ajarkan kepada kita melalui FirmanNya. Karena dalam namaNya ada kuasa, ada Roh yang memberi HIDUP!

 

1. Mahkota KEHIDUPAN 

Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia telah tahan uji, ia akan menerima MAHKOTA KEHIDUPAN yang di janjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.  Dalam Yakobus 1:12 (Bisa dibaca juga Wahyu 2:10)

 

2. Mahkota KEBENARAN

Sekarang telah tersedia bagiku MAHKOTA KEBENARAN yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada  hariNya, tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya.

(2 Timotius 4:8)

 

3. Mahkota ABADI

Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu MAHKOTA yang ABADI.

(1 Korintus 9:25)

 

4. Mahkota KEMEGAHAN

Sebab siapakan pengharapan kami atau sukacita kami atau MAHKOTA KEMEGAHAN kami dihadapkan Yesus, Tuhan kita pada waktu kedatanganNya, kalau bukan kamu? (1 Tesalonika 2:19)

 

Mari kita bersama-sama  “Standing in the Gap” bangkit berdiri menjadi duta-duta kerajaanNya, bersatu dalam doa, mendoakan bangsa dan negeri kita, mengucapkan berkat dan bukan cercaan atau sungut-sungut, tetap teguh berdiri, ikut serta dalam pertandingan-pertandingan yang memang diwajibkan untuk kita ikuti ...  kita yakin dan percaya, pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. 


He is in control!  Kita fokus pada “Mahkota-mahkota” yang Tuhan sediakan bukan pada mahkota yang menakutkan. 

Tuhan memberkati & melindungi kita semua.

 

Sebagai pelengkap renungan ini, lagu “ Doa Kami” 

 

https://youtu.be/bsJDdZdIvyQ

22 Maret 2020
farry.jpg

Farry Togas

Familie zu Fuß am Strand

Sebelum Kita Bisa Menjadi Terang Dunia, Mulailah Dengan Menjadi Terang Di Keluarga Kita Sendiri

 

 

Shalom,


Teman-teman yang baik hati dan yang diberkati Tuhan, semoga tetap dalam lindungan Tuhan Yesus Kristus.
Renungan saya saat ini rindu sekali tentang betapa pentingnya kita sebagai Keluarga KRISTEN bisa melayani bersama dan menjadi teladan bagi anak-anak kita.

Pertanyaannya sekarang:

1. Sudahkah kita melayani Tuhan  bersama keluarga kita?
2. Sudahkah kita menjadi contoh teladan bagi pasangan kita dan anak-anak kita?

Untuk bisa melayani Tuhan bersama keluarga  seharusnya kita terlebih dahulu yang memberikan contoh dan teladan dalam menjadi pelaku Firman Tuhan artinya:
Bagaimana ketaatan kita dalam BERIBADAH Bagaimana ketaatan kita dalam MEMBACA FIRMAN TUHAN dan Bagaimana  ketaatan kita dalam BERDOA. Juga  harus adanya keseimbangan antara pekerjaan, pelayanan dan keluarga. Dan jangan lupa harus ada KESATUAN dan KERUKUNAN.

Karena Firman Tuhan mengatakan di dalam Mazmur 133:1-3 (TB) 

Nyanyian ziarah Daud.
Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!
Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.
Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.



 


Sangat jelas di atas tanpa kesatuan dan kerukunan mustahil keluarga kita akan diberkati. Dan juga dalam kehidupan sehari hari bersama keluarga, yaitu bagaimana kita melayani pasangan kita dan melayani anak-anak kita harus berdasarkan KASIH
yang mana lewat perhatian  tersebut anak-anak akan melihat langsung dan kita  memberikan contoh-contoh teladan dalam pengambilan keputusan. Serta perlunya SATU SUARA antara bapak dan ibu dalam memberikan setiap jawaban kepada anak-anak kita agar mereka tidak bimbang.

Sebagai orangtua, kita bisa menjadi terang dan teladan yang baik bagi anak cucu kita. Mereka bagai anak panah di tangan pahlawan, bidikan kitalah yang menentukan ke arah mana hidup mereka kedepannya.


Sebagai anak, jadilah terang sebagai anak yang baik dan taat. Apapun posisi kita dalam keluarga, jadilah pembawa damai yang memberi kesejukan. Jadikan kata-kata positif yang membangun dan doa syafaat sebagai tiang yang menopang kesatuan keluarga. Dimulai dari yang terkecil, Tuhan akan percayakan yang lebih besar. Diawali dari keluarga, Tuhan akan membuat kita jadi terang bagi lingkungan, negara bahkan sampai ke bangsa-bangsa. Bersama dukungan keluarga, kita akan menjadi jauh lebih kuat dan efektif dalam mengambil alih kuasa kegelapan dan memantulkan terang Kemuliaan Tuhan dalam skala yang jauh lebih baik.

SEMOGA BISA MENJADI BERKAT

Tuhan Yesus memberkati

15 Maret 2020
Alfonso.jpg

Alfonco Sinaga

Shopping with Protective Mask

Corona, Mengapa Tidak Perlu Panik Belanja?

 

Karena kita sedang melawan virus corona, bukan bencana kelaparan. Bukan pula kita sedang dalam keadaan perang. Pemerintah memang ada menutup wilayahnya dan perbatasannya (lockdown), tapi itu untuk mengisolasi penyebaran virus, bukan mengisolasi rakyatnya agar tidak punya makanan (ngomong-ngomong, kemarin saya ke supermarket banyak melihat rak kosong, jadi nyata sekali orang panik).

Sesekali percayalah dengan pemerintah (kalau tidak bisa selalu). Pemerintah itu dipilih Tuhan, dan Tuhan pasti tidak menginginkan manusia itu mati kelaparan, demikian juga Pemerintah. Pemerintah PASTI sudah memikirkan kebutuhan dasar rakyatnya. Perbatasan pasti dibuka untuk transport barang kebutuhan sembako. Bila tidak sama saja Pemerintah membunuh rakyatnya. Tidak mungkin bukan? Kalaupun orang suatu saat dilarang keluar rumah, saya yakin seyakin-yakinnya Pemerintah akan mendistribusikan makanan pokok kepada rakyatnya (mereka sudah punya contingency plan). Karena Pemerintah justru menginginkan warganya hidup makanya diisolasi dari virus corona ini, bukan sebaliknya.

 

Yang sedang dilawan itu virus, bukan wabah kelaparan, bukan wabah penyakit yang merusak sumber makanan, pertanian atau ternak. Percayalah masih ada tangan-tangan yang kuat dan perkasa di luar sana yang telah memikirkan agar kita tidak kelaparan. Jumat lalu sambil bercanda ke teman kantor saya bilang begini, kalau makanan habis saya akan pergi ke hutan dan ke ladang saya makan itu daun-daunan. Atau saya telepon teman-teman saya yang sudah belanja banyak, teman saya ada ratusan saya bilang (pentingnya berteman banyak...hehehe).

 

Kalau nanti bicara iman, dikira ketinggian. Tapi pikir-pikir kalau tidak sekarang lalu kapan lagi kita praktekkan doa kita "Berilah kami hari ini makanan kami yang secukupnya..." kemudian ada Firman Tuhan "Manusia hidup bukan dari roti saja..."

𝐔𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝟖:𝟑

 

"𝐉𝐚𝐝𝐢 𝐈𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐭𝐢𝐦𝐮, 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐢𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐮 𝐥𝐚𝐩𝐚𝐫 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢 𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐮 𝐦𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐧𝐧𝐚, 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐤𝐚𝐮𝐤𝐞𝐧𝐚𝐥 𝐝𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐤𝐞𝐧𝐚𝐥 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐧𝐞𝐧𝐞𝐤 𝐦𝐨𝐲𝐚𝐧𝐠𝐦𝐮, 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐫𝐭𝐢, 𝐛𝐚𝐡𝐰𝐚 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐫𝐨𝐭𝐢 𝐬𝐚𝐣𝐚, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐬𝐞𝐠𝐚𝐥𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐮𝐜𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧 𝐓𝐔𝐇𝐀𝐍."

 

Lagipula seandainya kita menimbun makanan, paling berapa hari sanggupnya? Habis itu bagaimana?

 

Sempat istri saya mau minta ijin 2-3 kali agar belanja banyak. Saya larang, jangan! Pikirkan juga orang lain, jangan egois. Bukannya kita diajarkan untuk mengasihi sesama? (Gak usah dulu musuh, kejauhan). Bayangkan kalau tiap orang berpikir sama, maka persediaan di supermarket bisa habis. Dan kita akan semakin panik seolah-olah bencana kelaparan sudah di depan mata. Jadinya saya anjurkan kalau belanja secukupnya saja misal untuk seminggu, wajar.

 

Karena seandainya pun belanja terlalu banyak itu bisa akan membusuk di rumah, nah kan mubazir. Yang mestinya masih bisa dikonsumsi jadi tidak bisa, malah kita sendiri yang menciptakan bencana baru, manusia pun bisa mati kelaparan, bukan lagi karena virus. Produksi makanan tidak bisa seperti mengambil air dari sungai, anytime bisa ambil sampai tidak terminum. Tanaman dan ternak itu tumbuh alamiah, tidak bisa dipercepat. Yang tadinya kita mau melawan corona sekarang kita ciptakan sendiri bencana kelaparan.

Dalam kesempatan seperti ini, marilah kita merenungkan dalam-dalam siapakah diri kita ini sebenarnya. Dalam kitab Samuel, Tuhan mengijinkan penyakit sampar mewabah di tanah Israel, 70.000 orang meninggal dunia. Virus corona sekarang ini belumlah separah itu. Apakah akan separah itu, atau akankah masih ada bencana kemanusiaan yang lebih dahsyat dan lebih parah, ya jawabannya mungkin. Lalu kemanakah kita harus berlindung? Simpel, berlindunglah, berlututlah di bawah kaki Tuhan, tanyalah Dia, apa yang harus kita perbuat dan lakukan. Tuhanlah sumber hikmat. Presiden Amerika saja didoakan oleh para Hamba Tuhan untuk kasus virus ini. Sudah terbukti orang terkuat di dunia saat ini pun tak kuasa menghentikan penyebaran virus ini, lalu apakah masih ada yang lebih perkasa dari virus ini? Ya ada, yaitu TUHAN Semesta Alam. Silahkan urus diri, silahkan jaga diri masing-masing, tapi jangan lupa Tuhan ada, agar sama-sama berjalan seiring. Ini saatnya kita merasakan apakah iman itu benar-benar ada manfaatnya. Tanpa pengalaman kita akan mengandalkan kekuatan diri kita sendiri, dan cara pandang kita tidak akan berubah. So, alamilah.

 

Dan inilah saatnya kita belajar "bersyukur" dengan kemudahan yang kita peroleh selama ini, yaitu makan, minum dan bepergian (liburan) dengan bebas. Bagi orang yang tidak berhikmat itu dianggap prestasinya, kehebatannya, kebolehannya, hasil kerja kerasnya, sehingga terkadang manusia itu jadi sombong, angkuh dan memamerkannya. Mulai sekarang, yang terbaik adalah mensyukurinya pada pencipta-Nya, pemberi-Nya, silahkan nikmati semua yang ada di muka bumi ini dengan penuh ucapan syukur, jangan pernah lupakan Tuhan. Jangan sampai semua itu, makan, minum, bepergian menjadi penghalang hubungan kita dengan Tuhan.

 

Nah, oleh sebab itu menghadapi virus corona ini tidak usah panik belanja seperti orang yang kebingungan, pakailah akal sehat supaya tidak sesat. Dan perkuat iman agar tetap tenang.

 

Kita lawan corona dengan hidup bersih dan tetap berdoa kepada Sang Pemilik Kehidupan yaitu TUHAN Semesta Alam.

 

Amin.

8 Maret 2020
Alfonso.jpg

Alfonco Sinaga

alfonco1.jpg

Hidup Adalah Kesempatan

 

 

Makan, minum, bepergian. Itulah kehidupan sehari-hari manusia untuk menikmati apa yang mereka miliki dan atas apa yang mereka peroleh. Bekerja, menabung, uangnya akan digunakan untuk membeli makanan, minuman dan bepergian. Liburan ke luar negeri, ke pantai, sampai ke benua lain pun akan dilakonin, untuk memuaskan kebutuhannya akan bepergian. Lalu, apakah puas? Tidak!

Belum satupun orang yang sudah berkata, aku sudah cukup makan hari ini, besok tidak perlu. Aku sudah cukup minum hari ini, besok tidak usah lagi. Liburan ku tahun ini cukup, tahun depan tidak perlu lagi. Tidak ternyata. Bahkan manusia itu mulai makan dan minum sembarangan, lalu penyakit demi penyakit pun singgah. Ada yang penyakit gula, asam urat, darah tinggi, sampai kelebihan kolesterol jahat.

Manusia itu memakan lebih dari kebutuhannya, melebihi dari porsi semestinya dia makan dan minum. Kadang dia tidak memperhatikan umurnya. Minum juga sama, minum minuman yang tidak dibutuhkan oleh tubuhnya, lalu minuman itu pun dapat merusak ginjal dan lever nya. Itulah manusia, ketamakannya akan memberinya penyakit demi penyakit.

 

Sama dengan liburan, banyak orang menjadikan liburan adalah masa yang tidak bisa diganggu oleh siapapun, tidak boleh terganggu oleh apapun, menjadi momok. Makna liburan pun bergeser menjadi menegangkan, terutama bagi orang-orang yang di sekitarnya, seperti keluarga dekat, kerabat dan teman. Bahkan orang mempelajari kapan seseorang akan pergi liburan, agar tidak diganggu. Luar biasa memang manusia itu yang perlahan-lahan kehilangan rasa kemanusiaannya, hidup menjadi eksklusif, hidup menjadi terkurung, hidup menjadi terpenjara tanpa disadari.

 

Kehidupan di zaman modern yang begitu kaku dan ketat. Mereka tak lagi memiliki keutamaan untuk bersekutu dengan Tuhan, pencipta-Nya, yang nomor satu adalah makan, minum dan bepergian. Urusan dengan Tuhan tidak menjadi prioritas. Sadarkah manusia itu bahwa apa yang dia makan, apa yang dia minum, berasal dari Tuhan. Apakah sebenarnya yang bisa dibanggakan manusia itu sehingga ia tidak lagi mengucap syukur pada Tuhan? Apakah masih sempat berdoa sebelum makan dan minum? Apakah sebelum bepergian masih sempat berdoa pada Tuhan? Atau dia hanya sibuk membuat plan mau mengunjungi ini dan itu, mau makan ini dan itu.

 

 

Sadarkah manusia itu, tempat liburan yang indah itu adalah juga ciptaan Tuhan? Pemberian Tuhan? Lalu kenapa untuk mengambil waktu bersekutu dengan Tuhan saja tidak mau, sombong dan pura-pura tidak peduli? Bila lidah ini sudah peluh, bila penyakit sudah menimpa, apa masih bisa makan dan minum sesuka hati? Tidak. Apakah masih bisa bepergian bebas kemana-mana kalau lutut ini sudah goyang, apakah masih kuat naik pesawat bila nanti sudah tua renta? Lalu di situlah waktu kita beri untuk Tuhan? Betapa sedih-Nya Tuhan melihat anak-anak ciptaan-Nya makan, minum dan bepergian, tapi tak pernah bersyukur pada Tuhan. Makan, minum, bepergian suatu saat akan berakhir, tidak abadi. Kita harus bertanya, apakah yang kita lakukan di dunia ini selain ketiga hal itu, adakah kita tabung ibadah kita kepada Tuhan saat kita masih muda, saat kita masih sehat? Adakah kita bangun persekutuan dengan sesama sewaktu kita kuat, masih punya cukup uang utk ongkos? Ataukah semua yang kita miliki itu, harta, uang, jabatan, waktu, kesehatan, usia muda, kita pakai hanya untuk memuaskan tubuh kita yang suatu saat akan musnah ini?

 

Tuhan ajarlah kami menghitung hari-hari kami, agar setiap hari, setiap pagi, setiap malam, kami tidak lupa mengucap syukur pada Tuhan, melayani Tuhan, menjaga hati, menjaga omongan, berbuat baik, jadi bila suatu saat nanti ku tak berdaya lagi, tabunganku sudah cukup untuk kubawa ke sorga.

 

Makan, minum, bepergian, silahkan, tapi awali dan akhiri semuanya dengan ucapan syukur pada Tuhan, dan berilah waktumu untuk melayani Tuhan, berdoa dan mengingat-Nya setiap hari.

Dan selama hidupmu beribadahlah pada Tuhan. Selagi masih ada kesempatan, pakailah kesempatan itu untuk juga bersekutu dengan Tuhan dan bersekutu dengan sesama anak Tuhan. Itulah hidup orang Kristen, tidak sama dengan dunia ini. Jangan banggakan waktumu, karena waktu itu pun dari Tuhan, semua yang berasal dari Tuhan suatu saat akan kembali pada Tuhan.

 

Yakobus 4:14 "Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap".

 

Amin

bottom of page